Addicted
By
Achan Jeevas
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Cast :
Kim Jonghyun
Hwang Minhyun
Kim Kibum
Cho Kyuhyun
Hwang Sujin
Kim Jaejoong
Jessica Jung as Kim Jessica
Nichkhun Horvejkul as Hwang Nichkhun
Tiffany Young as Tiffany Hwang
Choi Seungcheol
Kang Seulgi
Cha Eunwoo
Kyulkyung
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Summary :
Jonghyun (Si berandalan sekolah) dan Minhyun (Si pebisnis handal) melakukan one night stand, harusnya setelah itu tidak ada hubungan apa-apa lagi diantara mereka namun siapa yang tahu jika keduanya ternyata sudah dijodohkan sejak dulu dan disinilah mereka, berdiri didepan altar dengan seorang pendeta yang siap menyatukan keduanya dalam ikatan pernikahan.
Pernikahan keduanya juga membuka sebuah rahasia yang tersimpan rapat. Rahasia akan siapa orang tua kandung Jonghyun yang sebenarnya.
Masa lalu adalah pemegang kunci utama dalam rumah tangga keduanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Chapter 1 : One Night Stand
.
.
Minhyun menghentikan kegiatannya meneguk champagne ketika mendengar suara riuh dari lantai dansa. Matanya menatap kearah lantai dansa karena penasaran dan disana ia melihat seorang pemuda tampan tengah menari dengan sexy disekelilingi oleh para wanita yang memakai baju kekurangan bahan.
"Dia stripper disini?" tanya Minhyun pada bartender, matanya tidak lepas dari pemuda itu yang masih menari dengan sangat sexy.
Wajah pemuda itu sangat tampan, dengan kulitnya yang tan serta keringat yang menempel padanya membuat aura maskulin pemuda itu menguar dan Minhyun suka lemah pada pria tampan yang memiliki aura maskulin.
"Bukan, Tuan. Dia teman dekatnya Tuan Seungcheol, hampir setiap hari dia datang kesini."
"Seungcheol adiknya Minho?"
"Iya, Tuan."
Minhyun mengangguk mengerti. Minho adalah salah satu koleganya sekaligus pemiliki 'SHINEE Bar' ini, malam ini Minhyun datang ke Bar Minho juga karena tadi siang ia dan Minho kembali melakukan kerjasama dan sebagai rasa terimakasihnya Minho meminta Minhyun untuk bermain di Barnya.
Pertama masuk Minhyun memang langsung disambut oleh Minho namun tidak sampai sepuluh menit Minho sudah pergi dengan kekasihnya. Jadi disinilah Minhyun duduk sendirian di meja bartender.
Minhyun sebenarnya bukan tipe orang yang suka bermain ke Bar namun beberapa minggu ini dia stress bukan main, bukan karena masalah pekerjaannya, bukan –dia adalah pebisnis yang handal jadi pekerjaannya bisa ia tangani dengan mudah tapi masalah ada pada keluarganya, lebih tepatnya kedua orangtuanya.
Ayah dan Ibunya akhir-akhir ini sering menelponnya bahkan mendatangi apartementnya hanya untuk menanyakan apakah Minhyun sudah memiliki calon pendamping atau belum. Mereka bahkan mengancam akan menjodohkan Minhyun jika dalam waktu dekat Minhyun masih tidak memiliki calon juga.
Minhyun menghela nafas dan kembali meneguk champagnenya ketika matanya tidak sengaja menatap lantai dansa dan pemuda tampan yang tengah menari tadi kini tengah memandangnya dengan tatapan bermakna.
Minhyun mengeluarkan smirknya, dia sangat tahu arti dari tatapan itu. Amat sangat tahu karena dia juga menginginkannya. Mungkin melakukan one night stand tidak buruk juga. Lagipula seperti yang dikatakan diawal, Minhyun butuh sesuatu untuk melepaskan rasa stressnya.
Pemuda tampan yang ada ditengah lantai dansa langsung berjalan mendekati Minhyun yang kini membuang muka padanya, ketika ia keluar dari lantai dansa banyak para wanita yang tadi berdansa dengannya mengerang kecewa.
"Jangan kecewa, Ladies. Biarkan malam ini aku dengan pilihanku tapi besok malam kalian semua akan mendesahkan namaku." Setelah mengatakan itu ia memberikan kedipan mata pada mereka.
Para wanita itu cekikikan lalu melambaikan tangan mereka –dengan gerakan menggoda padanya.
"Sampai jumpa besok malam, Jonghyunie."
"Kau harus membuat kami mendesah hebat, Jonghyun."
"Noona akan meminum viagra agar menyeimbangi tenagamu di ranjang, Jonghyun-ah."
Pemuda tampan itu tak lain dan tak bukan adalah Jonghyun. Kim Jonghyun. Ia hanya tersenyum pada para wanita itu dan kembali memfokuskan diri pada sosok yang tengah duduk dimeja bartender seorang diri.
Dan dengan lancangnya Jonghyun langsung memeluk sosok tersebut dari belakang. "Hai."
"Hai." Balas Minhyun dengan santai.
Jonghyun mencium telinga kanan Minhyun bahkan memberikan gigitan kecil pada telinga itu. "Kau sendirian, mau aku temani?"
"Aku lebih suka sendirian tapi sepertinya bukan ide yang buruk ditemanimu." Ujar Minhyun dengan pelan.
Jonghyun terkekeh kecil lalu mendudukan dirinya disamping Minhyun, ia memanggil bartender yang sudah ia kenal dekat dan memesan minumannya.
Minhyun sekarang bisa melihat jelas ketampanan pemuda didepannya. Minhyun menggigit bibir bawahnya ketika melihat dada Jonghyun, Jonghyun memang memakai jas namun ia tidak repot-repot untuk memakai dalaman dibalik jasnya hingga menampikan dadanya yang masih dipenuhi keringat akibat menari tadi. Ah, Minhyun benar-benar ingin menjilati dada bidang didepannya.
"Suka apa yang kau lihat?" goda Jonghyun sambil tersenyum tampan.
Minhyun mengangkat bahunya acuh namun senyumnya mengatakan hal lain. "Aku belum melihat semuanya jadi aku masih belum bisa mengatakan suka."
Mata Jonghyun langsung membara mendengar ucapan menantang Minhyun. Ia mengerti maksud dari kalimat sosok didepannya. Minhyun ingin melihat seluruh tubuhnya.
Jonghyun langsung meneguk habis minumannya dan dengan segera melemparkan uang dengan jumlah banyak diatas meja. Ia dengan segera berdiri dan memegang tangan Minhyun. "Ikut aku, ada kamar yang bagus di Bar ini."
"Kamar itu pasti sudah pernah tersentuh banyak sperma. Aku tidak mau."
"Jadi kau ingin kita melakukannya dimana? Di mobil? Well, aku suka ide itu."
Minhyun memukul kepala Jonghyun. "Hotel, Bodoh."
Jonghyun mengaduh kesakitan namun ia tetap membawa Minhyun keluar dari Bar. Sungguh hebat, mereka baru bertemu tidak lebih dari lima menit dan sekarang keduanya bertingkah seakan mereka sudah mengenal lama.
.
.
.
.
.
.
.
Jonghyun langsung melemparkan Minhyun di ranjang setelah ia menutup pintu kamar hotel dengan kakinya.
Minhyun langsung membuka jas dan kemejanya dengan cepat namun belum selesai ia melemparkan kemejanya Jonghyun sudah lebih dulu menindihnya dan menciumnya dengan kasar.
Minhyun tentu saja langsung membalas ciuman Jonghyun dengan sama kasarnya. Mereka menggunakan gigi mereka dalam ciuman itu.
Jonghyun menjauhkan bibir mereka setelah dirasa keduanya membutuhkan oksigen. "Ngomong-ngomong namaku Jonghyun."
"Apa itu penting?" tanya Minhyun sambil mengais oksigen lewat mulutnya.
"Tentu saja penting. Aku ingin kau mendesahkan namaku."
.
.
.
.
.
.
Minhyun membuka matanya ketika merasakan cahaya matahari menelasak masuk.
"Arghh." Ia dengan segera mengigit bibir bawahnya ketika merasakan bagian bawah tubuhnya sakit bukan main, rasanya tulang-tulang tubuhnya remuk.
Dalam hati Minhyun mengutuk dirinya sendiri yang semalam mabuk dan hilang kendali. Dia benar-benar seperti bukan dirinya sendiri semalam. Minhyun yang dalam keadaan normal pasti langsung menolak ajakan seseorang untuk melakukan one night stand namun semalam dia mabuk dan stress gara-gara kedua orangtuanya.
"Pagi."
Minhyun tidak menjawab sapaan pagi dari seseorang yang sudah membuatnya kesakitan seperti ini.
Jonghyun memandang Minhyun yang tengah mengigit bibir bawahnya. Ia menggaruk rambutnya yang masih basah karena mandi. "Sepertinya aku terlalu kasar semalam."
"Kau membuat tulangku patah."
"Kau menyuruhku untuk bergerak lebih cepat dan lebih keras."
"Kau memasukan milikmu dengan kasar."
"Kita tidak memiliki lube dan mana aku tahu kau sangat sempit. Aku pikir kau seorang yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini."
"Aku berpengalaman jika dengan wanita."
"Oh, jadi aku pria pertama yang memasukimu?" Jonghyun langsung tersenyum bangga.
"Dalam mimpimu."
"Ah, jadi bukan yah. Hm, tapi milikmu memang sangat sempit sih."
Minhyun menatap Jonghyun. "Pergilah."
Jonghyun mengangguk. "Aku harap kita tidak pernah bertemu lagi."
"Kau pikir aku mau bertemu denganmu lagi, huh?"
"Dengarkan dulu penjelasanku, Sayang."
Minhyun memberi Jonghyun glare terbaiknya.
"Aku tidak mau bertemu denganmu lagi karena aku tidak yakin kau akan selamat dariku. Tubuhmu membuatku kecanduan." Jonghyun menjilat bibir bawahnya saat mengatakan kata terakhir itu.
Semalam mereka memang melakukannya dengan sangat liar dan membara. Mereka bahkan baru menghentikan aktivitas panas mereka dua jam yang lalu.
"Lebih baik kau segera pergi dari hadapanku."
"Tenang saja, aku juga memang mau berangkat ke sekolah."
Mata Minhyun membelalak. "Sekolah?! Kau masih sekolah!"
Jonghyun kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Astaga, setelah semalam aku pikir suaramu sudah habis karena banyak berteriak ternyata tidak yah."
"Jawab pertanyaanku, kau masih sekolah?"
"Ya, aku masih sekolah. Aku kelas 3 sekarang. Sebulan lagi aku akan lulus."
"Jadi dengan kata lain umurmu masih 18 tahun! Astaga aku tidur dengan seseorang yang lebih muda sepuluh tahun dariku." Minhyun menjambak rambutnya sendiri.
Jonghyun terkekeh akan tingkah Minhyun. "Oh, jadi umurmu sendiri 28 tahun? Astaga aku kira kau masih 20 tahun. Kau tampak awet muda."
Memang benar apa kata Jonghyun, dilihat darimanapun Minhyun memang terlihat masih muda dari umurnya yang sebenarnya. Efek dulu saat ia masih remaja Ibunya suka membawanya ke salon dan mandi susu serta perawatan kulit.
Jonghyun lalu berjalan menuju pintu. "Jangan terlalu dipikirkan tentang umur. Umur hanya angka dan aku pernah tidur dengan wanita yang dua puluh tahun lebih tua dariku."
Setelah mengatakan itu Jonghyun pergi meninggalkan Minhyun yang masih merutuki dirinya sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
17 Juni 2018
