Tittle: (I Can Read What's) In Your Head

Chapter: 1

Casts: Kim Jongin, and Oh Sehun

Author: kimjongkai-ssi (Rin)

Warning: typos, error!plot, slight!fantasy (is this kind of thing is fantasy? ouo)

.

.::HAPPY READING::.

.

Jongin membuka pintu kamar dormnya dengan perasaan gelisah. Tadi siang, wali kelasnya memberitahunya jika seorang murid pindahan akan menjadi teman sekamar barunya. Setelah melewati waktu lebih dari setahun memiliki kamar dorm untuk dirinya sendiri, Jongin merasa agak canggung karena tiba-tiba harus berbagi kamar dengan seseorang yang belum dikenalnya.

Saat di tahun pertama sekolah, Jongin memang memiliki teman sekamar, namanya Park Chanyeol. Namja jangkung dengan senyum lebar itu kemudian pindah setelah enam bulan. Sayang sekali, mengingat Jongin sudah mulai merasa nyaman dengan keberadaan Chanyeol.

Dua bulan setelah Chanyeol pindah ke Jepang, seseorang bernama Lee Taemin menjadi teman sekamar Jongin berikutnya. Namun baru tiga minggu, Taemin pindah ke New York untuk memenuhi sebuah beasiswa di sekolah tari swasta disana.

Sejak itu, Jongin tidak pernah memiliki teman sekamar lagi. Hingga hari ini.

"A-annyeong." sapa Jongin pelan kepada seorang namja yang duduk di atas kasur di sebelah miliknya.

Namja yang tadinya sibuk melipat baju itu mendongak dan melepaskan headphonenya. "Oh, hai." balasnya dengan sebuah senyum kecil.

Selama beberapa detik, Jongin tidak tahu harus berbuat apa, lalu kemudian namja tan itu memutuskan untuk menyodorkan tangannya, "Namaku Kim Jongin." suara Jongin masih terdengar kecil dan terkesan takut, "A-aku yang akan menjadi roommatemu mulai hari ini. Salam kenal."

Namja itu menyambut tangan Jongin, menjabatnya sambil memperhatikan Jongin dari rambut hingga kakinya, "Sehun. Oh Sehun." jawabnya.

"Anak ini punya badan yang bagus. Aku ingin 'mencicipi'nya."

Jongin tersentak. Ia melepaskan tangannya dari Sehun secara tiba-tiba. Matanya menatap Sehun dengan tidak percaya.

Jongin memang memiliki suatu 'penyakit' sejak kecil. Namja tan itu bisa membaca pikiran orang lain ketika mereka bersentuhan langsung, entah ketika berjabat tangan, berpelukan, atau sekedar sentuhan yang tidak sengaja.

Dan yang barusan itu.. adalah isi kepala dari Oh Sehun.

"Hey, kau tidak apa?" tegur Sehun dengan suara heran. Ia mencengkeram lengan atas Jongin dengan kuat, membuat Jongin sadar bahwa ia baru saja bertingkah aneh. Jongin seharusnya tidak menunjukkan sesuatu yang mencurigakan.

Jongin memaksakan sebuah senyum. Ia mencoba melepaskan cengkeraman tangan Sehun, namun Sehun justru semakin mempereratnya. "A-aku baik-baik saja, Sehun-ssi." ujarnya dengan suara kecil, nadanya seolah memohon.

"Oh, astaga. Aku bahkan sudah bisa membayangkan bocah ini mendesahkan namaku saat―"

Tangan Jongin menyentak Sehun dengan kuat. Namja itu rasanya ingin menangis mendengar isi pikiran Sehun yang sungguh tidak sopan terhadap dirinya itu.

"Jangan dekati a-aku, Sehun-ssi." ucap Jongin dengan kepala menunduk. Tanpa melihat ke arah Sehun atau menunggu respon darinya, Jongin berjalan ke arah kasurnya, dan berbaring membelakangi Sehun. Namja itu menarik selimut hingga menutupi sebagian dagunya.

Saat mendengar apa yang Sehun pikirkan, Jongin teringat dengan pamannya.

Dan itu membuat Jongin, sekali lagi, menjadi hancur.

.::.

Sehun terbangun saat mendengar suara tangis terendam dari kasur yang tak jauh darinya. Namja itu memperhatikan, dan sadar jika Jongin, yang sedang bergelung dalam selimut tebalnya itu, sedang menangis. Gulungan besar selimut itu juga terlihat bergetar.

Sebenarnya, Sehun bisa saja bersikap cuek dan kembali melanjutkan tidurnya. Tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang membuat ia berdiri dan berjalan menghampiri kasur Jongin.

Sekilas, wajah ketakutan Jongin tadi sore teringat oleh Sehun. Dan ia tahu jika ada sesuatu yang tidak benar terjadi.

Jongin tidak mungkin terlihat begitu pemalu dan ramah sebelumnya, kemudian berubah dan memintanya menjauhinya, hanya dalam lima menit.

Seseorang tidak mungkin berubah pikiran secepat itu. Sekalipun mereka belum saling kenal.

"Jongin?" Sehun memanggilnya dengan suara lembut. "Kau baik-baik saja?"

Tangan Sehun memegangi pudak Jongin, dan mengelusnya dengan menggunakan ibu jarinya. Badan Jongin terlihat kaku di balik selimutnya, tangisan kecilnya juga berhenti, digantikan oleh isakan tertahan. Sehun tidak tahu mengapa ia tersenyum saat itu, saat mengetahui Jongin berhenti menangis karenanya.

"A-aku tidak apa-apa." gumam Jongin dengan suara bergetar. Ia hanya melirik Sehun sekilas dari celah selimut tebalnya. Jongin yang seperti ini mengingatkan Sehun dengan anak anjing lucu yang sedang ketakutan. Menggemaskan, tetapi di satu waktu juga terlihat memilukan.

Sehun tidak menjauh. Namja itu masih mengelus pundak Jongin, kemudian duduk di tepi kasurnya. Senyum kembali mengembang di bibirnya ketika merasakan tubuh Jongin tidak sekaku barusan, sepertinya Jongin mulai merasa nyaman dengan keberadaannya.

"Kau bisa bercerita padaku." Sehun tidak tahu mengapa ia mengatakan hal semacam itu. Sehun adalah tipe orang yang cuek dan dingin. Baru kali ini ia mengatakan hal semanis itu, dan rasanya.. cukup menyenangkan. "Aku akan ada disini untukmu."

Karena sentuhan Sehun terhalang oleh selimut tebal milik Jongin, namja tan itu jadi tidak bisa membaca pikiran Sehun. Ia tidak tahu apakah Sehun hanya membual atau sungguh-sungguh. Ia tidak tahu apakah ini hanya kalimat spontan karena kasihan padanya atau ada makna tulus didalamnya.

Jongin tidak terbiasa berharap terlalu besar. Karena ia selalu kecewa. Jongin tidak ingin merasakan kecewa lagi, apalagi hanya karena namja yang baru dikenalnya.

"Menjauhlah." sahut Jongin kemudian. Ia menatap Sehun dengan wajah lelah dan mata bengkak yang memerah. "Aku tidak perlu bantuanmu." bohong Jongin. Namja tan itu tentu perlu seseorang untuk menjadi sandarannya sekarang, mengingat betapa hancurnya dirinya, tetapi sekali lagi, Jongin terus mengingatkan dirinya untuk tidak tergantung pada orang lain. Ia pasti bisa bahagia dengan dirinya sendiri.

"Aku tetap akan berada disini untukmu." ucap Sehun tenang. Jongin membulatkan matanya, sama sekali tidak menyangka dengan jawaban Sehun itu. "Kau perlu tahu, aku ini orang yang keras kepala."

Jongin akhirnya hanya mengangguk. "B-baiklah, Sehun-ssi."

.

.

.::TBC/End?::.

.

.

Annyeong~! ^o^

Maaf ya Rin malah bikin ff baru padahal belom update Better Than I Know Myself. Ide Rin lagi stuck, dan rasanya susah banget buat ngelanjutin ke chapter 6, walaupun udah ada beberapa bagian yang selesai ditulis, tapi masih banyak banget kurangnya :c

Menurut chingu ff ini lebih baik dilanjutin atau nggak? Rin tahu plot sama alurnya rada-rada mainstream gitu, tapi tiba-tiba aja Rin kepikiran dan malah nulis ini hehe ouo

Kalo chingu ada masukan, please kindly tell me through review atau PM ya hihi gomawo! c;