Dinginnya angin malam yang berhembus tidak membuat laki-laki bersurai hitam itu beranjak dari tempatnya, dengan air mata yang terus mengalir dan hembusan nafas kecewa berkali-kali ia keluarkan. Menjelaskan betapa kacaunya suasana hatinya sekarang.

"Aku menyesal." Ia kembali mengucapkan kata-kata itu, entah sudah yang keberapa kalinya.

Kim Yesung, nama laki-laki itu. Air matanya yang terus mengalir tidak bisa ia hentikan, seolah-olah mengejek keadaannya sekarang. Lihat, bukan suasana hatinya saja yang kacau, tapi keadaannya juga. Biasanya dia selalu tampil sempurna dengan wajah tampannya tanpa meninggalkan kesan berwibawa, yang membuat semua orang akan menjadi segan ketika melihatnya. Tapi sekarang penampilannya sangat bertolak belakang dari biasanya, lingkaran hitam dibawah matanya yang tidak bisa ia tutupi, rambut acak-acakkan, dan jangan lupakan pakaian kusut yang melekat di tubuhnya sekarang membuatnya tidak berbeda dengan seorang pengemis. Tapi bagaimanapun keadaannya sekarang, dia tidak peduli. Ia sudah tidak akan peduli jika ada orang yang mlihatnya dan membuat cerita yang tidak-tidak tentangnya.

"Aku sangat menyesal." Lagi, ia tidak pernah bosan mengucapkan kata-kata itu. Seakan kata-kata itu sudah menjadi bagian dari hidupnya.

"Kenapa kau pergi?" Ia menggerakkan tangannya untuk mengusap batu nisan yang ada di hadapannya sekarang, tubuhnya bergetar menahan isakkannya. Tangannya terus mengusap batu nisan itu, entah kenapa ia merasa nyaman dengan apa yang dilakukannya sekarang.

"Kenapa kau meninggalkan ku?"

"Kenapa kau membiarkanku seperti ini?"

"Kenapa kau tidak membawaku Kim Ryeowook!?" Ia terus melontarkan pertanyaan-pertanyaannya yang hanya dijawab oleh kebisuan malam. Ia mengusap wajahnya kasar dan kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku celannya, sesuatu yang membuatnya tidak bisa menahan senyumannya.

"Kau tahu? Aku sangat mencintaimu." Ucapnya sambil menatap sebuah kuburan yang batu nisannya terus ia elus tadi.

"Aku sangat mencintaimu, sampai-sampai rasanya aku tidak bisa bernafas ketika kau pergi." Ia menundukan kepalanya dan mengecup batu nisan itu.

"Kalau kau tidak mau membawaku pergi bersamamu, mak aku yang akan pergi menyusulmu Ryeowook-ah." Ia kemudian memejamkan matanya dan

'DORRRRR'

Ia menarik pelatuk pistol yang sudah ia keluarkan dari saku celananya tadi, peluru yang ia tembakan itu menembus kepalanya dan bersarang didalam sana. Tubuhnya perlahan-lahan melemah dan jatuh di atas kuburan itu, matanya yang terbuka kini perlahan-lahan mulai terpejam dan hembusan nafasnya mulai tersendat-sendat.

"Kita akan bertemu lagi Kim Ryeowook." Akhirnya mata itupun terpejam dengan sempurna dengan sebuah senyuman yang menghiasi wajahnya.