KUSO MANE?

Disclaimer: Om Riichiro Inagaki yang baik hati.. Gak lupa bang Yuusuke Murata yang cakep abis deeeh -_-"

Genre : Romance/Friendship

Rate : T

Summary : Baca sajalaah~

Note : Ada yang sudah pernah nonton Eyeshield 21 eps 119? Disitu kan ada mini cornernya, dimana Hiruma kelelahan dan tertidur di sebuah bangku dengan laptop yang menyala didepannya.. Terus tiba-tiba Mamori dateng dan menyelimuti setan itu dengan blazer-nya.. Syalalala~ saya si cuma bikin cerita dengan setting itu, daaan… versi saya sendiri xD

^PRANG PLAK PLETHAK^

Warning!

Beware of : Typo, OOC, GaJe story, virus yang bisa bikin tangan anda terangsang buat neken tombol 'back' atau 'exit' ,

R'n'R :*


"Yatta"

"Akhirnya kita melakukannya"

"Aku tak pernah menyangka ini~"

"Yaaa.. Yokatta Kami-sama"

"Syukurlah"

"Minna~ ayo kita berpesta"

"YEY"

Sorak sorai memenuhi kediaman markas Deimon Devil Bats, sebuah team American Football asal SMU Deimon. Siapa yang tak kenal team itu. Yah, mereka terkenal. Tentu. Terlebih saat mereka berhasil menang melawan Bando Spiders, salah satu team American Football untuk tingkat SMU yang cukup ditakuti. Karena keberadaan Eyeshield 21 yang sebenarnya.

Lupakan. Deimon Devil Bats juga punya seorang Eyeshield 21.

Yaah, Sena Kobayakawa. Seorang siswa kelas 1 yang pendiam namun benar-benar MENAKJUBKAN. Team ini begitu menakjubkan. Setelah semua penderitaan dan kesusahan yang mereka lalui.

Setelah semua tantangan dan siksaan yang mereka hadapi. Mereka menjadi benar-benar kuat.

Menara control setan yang mengerikan membuat mental dan fisik mereka bak monster lapangan yang sebenarnya. Tak kenal ampun. Penampilan fisik mereka sepintas memunculkan keraguan semua orang. Tapi sekali lagi, mereka adalah monster lapangan.

Yak, mereka sudah membuktikannya. Berkali-kali membuktikannya. Apa kurang setelah mereka mengalahkan Kyoshin Poseidon yang sangat popular berkat pemain mereka yang kelewat tinggi? Apa juga kurang membuktikan setelah mereka bertarung mati-matian melawan Seibu Wild-gunmans yang sekali lagi ditakuti itu dan merek berhasil menang? Apa kurang setelah mereka berjuang dan sukses melawan kesatuan kicker team Bando Spider itu? Dan sekarang, mereka berhasil menembak mati team yang bahkan bisa mengalahkan Ojou White Knights, Shinryuji Naga!

Oh ya Tuhan.. Hebat sekali mereka. Dan bahkan Shinryuji. Tempat bertenggernya manusia dewa dengan kecepatan yang tak wajar untuk seorang manusia, Agon Kongo beserta kembarannya, Unsui Kongo! Betapa keren dan menakjubkannya mereka.

Itulah mengapa, sudah sangat sepantasnya, Deimon Devil Bats merayakan kemenangan itu.

Dengan pesta. Dengan pesta besar di markas Devil Bats itu. Dengan sorak sorai gembira dari semua anggota Devil Bats itu.

Yah, semua. Kecuali…

Kalian pasti tahu siapa.

"Kumosubi-kun, ayo makan yang banyak," ucap seorang line Devil Bats berbadan super jumbo kepada seseorang lagi yang juga berukuran jumbo namun lebih mini.

"Fugo..Fugoo," ucap seseorang tersebut dengan memakai bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh orang kuat.

Di lain tempat, 3 orang line Devil Bats juga sedang berjoget ria.

"Kazu-chan.. Jangan diam saja," goda seorang berkacamata bulat dan aneh yang bisa saja dibilang 'alay' *ditubruk Toganou* itu.

"Aah, aku hanya lelah," jawab seorang yang dipanggil Kazu-chan itu dengan santai.

"Minna—san~ sekarang Monta yang hebat ini akan berkaraoke ria MAX," teriak seorang lagi yang memakai plaster di hidungnya itu dengan riang gembira. Dia langsung mengambil mic dan bersiap memutar sebuah kaset. Namun naas, usaha pemuda monyet itu digagalkan oleh bujangan lentur yang sedari tadi menari-nari tidak jelas sampai menubruk tape recorder dan membuatnya jadi hancur berkeping-keping. Jadilah monyet dan manusia lentur itu terlibat dalam pertengkaran yang yaah.. Tidak penting.

"Yaaa~ Sena.. Ayo makan kue ini," ajak si ketua cheerleader itu dengan manis. Yang diajak hanya mengangguk dan tersenyum penuh arti.

Yaaah, hari itu semuanya nampak ceria. Semuanya.

Termasuk sang manager, Mamori Anezaki.

Namun itu sebelum hatinya bergeming karena ketidak hadiran 'seorang' yang Author maksud tadi.

'Semua sudah melakukan yang terbaik. Yokatta nee.. Aku sangat senang,' batin gadis cantik itu. Ia terus menatap ke semua anggota Devil Bats di ruangan itu tanpa terkecuali.

Tanpa terkecuali.

'Ah, tunggu. Kemana Hiruma-kun?' dan ternyata narasi-nya Author salah.

Ada satu orang yang tidak ia lihat sedari tadi. Dan sepertinya Mamori telah mengucapkan namanya sebelum Author memberi tahu.

'Hiruma-kun tidak disini,' hatinya mulai khawatir. Senyum yang tersungging di bibir mungilnya kini sirna. Ia melangkah pelan menuju ke arah seorang pemuda berwajah 'tua' yang sedang menikmati segelas soda-nya itu *ditendang Musashi*

"Ng…" gadis Amerika-Jepang itu belum mengucapkan sepatah katapun pada orang yang sedang meminum soda itu.

"Oh, Anezaki. Ada apa?" sapa pemuda tua itu sopan *author mental 60 yard*

"Ngg.. Ano. Kau melihat Hiruma-kun tidak?" gadis itu berusaha bertanya dengan nada yang sangat lirih. Namun tetap saja, cheer riang gembira itu mendengar pertanyaannya.

"Yaa~ Mamo nee mengkhawatirkan You nii," ucap gadis line skate itu sambil menggerakan 'antena' di rambutnya itu.

"Mou, Suzuna-chan. Aku kan hanya bertanya," elak Mamori dengan cepat.

"Mamo nee… Lihat, pipimu merah," antena itu bergerak makin cepat. Mamori makin blushing.

"Hn, aku juga belum melihat orang itu dari tadi. Mungkin dia pergi keluar sebentar," jawab Musashi, sang kicker, yang sebenarnya bisa dibilang 'meleraikan' dua gadis itu.

"Oh, jadi begitu. Pergi kemana sih, Hiruma-kun," ucap Mamori makin gelisah. Ia memutuskan untuk mencarinya keluar setelah minta ijin pada Musashi.

Mamori mencari-nya ke lapangan sekolah. Namun yang ada hanya kerlipan lampu malam yang agak redup. 'Dia tidak di sana,' pikir gadis itu.

Ia kembali mengelilingi sekitar sekolah. Ke taman, dan dia juga tidak di sana.

Ia berlari menuju ke semua tempat, dan bahkan ke tempat yang tak mungkin sekalipun—perpustakaan.

Bodohnya Mamori. Ia malah belum mencari orang itu di ruang kelas.

Baik, itu adalah ruangan terakhir yang ia duga sebagai tempat persembunyian setan itu.

Setan, ya..? Setan.. Tidak, menurut Mamori, dia adalah orang yang paling tam— ah sudahlah.

Ruang kelas tampak sepi. Lampu yang biasa menyinari ruangan itu-pun sudah dimatikan. Ia bahkan ragu kalau Hiruma, orang yang dicarinya sedang berada di situ. Tapi tak ada salahnya mencoba. Ia melangkah pelan ke depan ruang kelas-nya itu. Pintunya tertutup rapat—namun tak terkunci. Gelap. Yah, gelap.

Ia menggeser pelan pintu itu. Dan yang ia lihat bukanlah setan ataupun iblis yang terkenal ganas itu. Namun seorang pemuda dengan spike pirangnya yang keren ditambah telinga elf yang membuat orang beranggapan kalau dia keturunan setan itu sedang tidur pulas di sebuah kursi di ruangan itu. Laptop VAIO kesayangannya itu masih dalam keadaan menyala di depannya.

Gadis Anezaki itu tersenyum kecut dan mendekati pemuda itu. Sejenak ia tatap wajah siswa yang paling ditakuti oleh orang satu SMU tersebut jika sedang terlelap. Tampan. Keren. Hebat. Hanya itu yang dapat terlukiskan. Tidurnya lelap sekali. Dengan kedua tangannya yang masih saja masuk ke dalam saku celana-nya itu. Untuk beberapa saat, Mamori terbius ke dalam indah wajah sang kapten setan itu.

Ia tersenyum. Kemudian dengan perlahan ia membuka blazer hijau-nya dan meletakkannya di atas tubuh Hiruma yang sedang terlelap.

'Kau benar-benar hebat, Hiruma-kun.' Katanya dalam hati. Ia kembali tersenyum untuk yang kesekian kalinya. Pelan-pelan ia melangkah ke sebuah bangku yang letaknya persis di belakang bangku Hiruma. Ia terus memandang ke sosok yang ada di depannya, meski yang ia lihat hanya punggung tegap pemuda setan sedikit mencuri pandangan pada laptop yang menyala itu.

"Kau benar-benar sangat luar biasa," ucap Mamori lirih—sangat.

Ia kagum pada sosok kaptennya itu. Hebat, disiplin, kuat, dan sangat cerdas. Dalam situasi se-santai atau bahkan se-genting apapun, dia akan selalu memikirkan keberhasilan team nya. Yah, itulah Hiruma.

Bermenit-menit ia memandang punggung Hiruma dari belakang. Yah, bermenit-menit.

Mungkin benar, setan memang tidak tidur di malam hari.

Langit malam tertera jelas dari dalam ruang kelas itu. Sang Akuma yang sedang menjelajah alam mimpi itu serasa dibangunkan oleh gemerlap bintang.

Hey, tidak! Dia bangun dengan sendirinya.

Mata penuh magic milik pemuda itu perlahan terbuka. Walaupun ia terbangun dengan tiba-tiba, namun ekspresinya biasa saja. Seperti ia baru saja memejamkan matanya hanya untuk beberapa detik. Sama sekali tidak tergambarkan kantuk di wajah tampannya itu.

'Tch, blazer siapa sih?' batin Hiruma dalam hati. Ia menjelajah ruangan itu. Sampai ia menemukan seorang gadis tertidur pulas di belakangnya.

'Manager sialan, ternyata kau,' batin Hiruma sekali lagi. Samar-samar tersirat senyum tulus di bibirnya. Sangat samar-samar. Ia kemudian berdiri dan mengambil blazer milik gadis auburn yang sedari tadi melekat di tubuhnya untuk ia letakkan di badan Anezaki yang sedang terlelap itu.

"Kekekeke, mana ada malaikat menolong setan. Dasar kuso mane," umpat setan itu lirih. Beberapa detik kemudian, senyum yang tulus kembali menghiasi wajah tampan setan itu.

"Arigatou," ucapnya lirih tepat di telinga malaikat itu. Selama beberapa detik, ia terus tersenyum penuh arti sebelum akhirnya ia melangkah menjauh ke luar kelas. Namun sebelum ia benar-benar keluar ruangan itu, langkahnya terhenti.

'Apa aku gendong saja manager sialan itu sampai ke ruang klub? Kasihan juga dia sendirian di sini,' batin Akuma itu. Ia pun memutuskan untuk membawa gadis itu ke ruang klub.

Ia kembali melangkah ke bangku itu. Ia sedikit ragu. Apa lebih baik ia membangunkannya dan menyuruhnya jalan sendiri atau ia gendong saja sampai ke ruang klub.

Hati sang Akuma pun tergerak untuk menggendong gadis anezaki yang sedang terlelap itu. Disandarkan pelan-pelan tubuh gadis itu ke punggung kekarnya. Kemudian ia menggendong gadis itu pelan-pelan agar tidur lelapnya tidak terbangun. Dan demi menggendong gadis itu, ia rela meninggalkan laptop tercintanya di dalam kelas.

Dengan lembut, setan itu menggendong sang gadis malaikat menuju ke ruang klub. Ia benar-benar berharap tidak ada yang melihat nya, dan malaikat itu tidak terbangun.

Naas. Itu sia-sia.

"Sena, itu kan You nii," ucap seorang gadis kepada seorang pemuda yang sedang bersamanya. Ia berusaha bersembunyi.

"Ah, kau benar Suzuna," ucap Sena, pemuda itu. Lantas ia mengucek-ucek matanya.

"Suzuna, itu kan Mamori-neechan," sontak perkataan Sena itu membuat mata Suzuna melotot tajam.

"Jangan berisik, Sena," kata Suzuna lirih. ia terlihat tak mau kalau sang setan itu memergokinya.

"Kira-kira apa yang mereka lakukan?" tanya Sena—polos.

"Jangan-jangan…" Suzuna meletakkan telunjuknya ke dagu mungilnya itu.

"Jangan-jangan apa, cheer sialan?" suara yang familiar itu benar-benar membuat Suzuna shivering.

"Hiee.. Hiruma-san," teriak Sena merinding.

"Tch, apa yang kalian lakukan di sini? Mau mengintip aku, he?" umpat setan itu.

"Ti..Tidak kok You nii.. Hh..Hanya saja, apa yang You nii lakukan de..dengan…" Suzuna menunjuk ke arah punggung Hiruma.

"Manager sialan ini tertidur di ruang kelas, aku ingin membawanya ke ruang klub. Dasar bodoh. Kau pikir apa yang akan ku lakukan?" bentak Hiruma galak.

"A..Apa yang terjadi?" mata Mamori perlahan terbuka.

"Hieee? Apa-apaan kau Hiruma-kun? Lepaskan aku," celetuk Mamori sambil memukul bahu Hiruma. Hiruma yang risih langsung menurunkan Mamori.

"Suzuna-chan, Sena. Apa yang terjadi?" tanya gadis itu panik.

"Ano, kata You nii tadi Mamo nee tertidur di kelas dan dia ingin membawa Mamo nee ke ruang klub," ucap Suzuna seadanya.

"Memang apa yang Mamori-neechan lakukan di kelas? Kan kita sedang pesta tadi," tanya Sena innocent.

"Ano.. Apa yang aku lakukan?" tiba-tiba, Mamori jadi seperti amnesia.

"Tch. Manager sialan tadi menyelimutiku yang sedang tidur dengan blazer nya. Dia sendiri malah ikutan tertidur di kelas," umpat Hiruma sebal. Mamori hanya terlihat bingung dengan kata-kata Hiruma.

'Benarkah aku melakukan itu tadi?' batin Mamori. Tanpa mereka sadari, 'antena' Suzuna sudah bergerak sangat cepat.

"Romantis sekali.. Mamo nee dan You nii itu seperti orang paca—" kata-kata Suzuna sepertinya belum lulus sensor, karena begitu ia hendak menyelesaikan kalimatnya, ia sudah ditodong Hiruma dengan senjata api yang entah ia ambil dari mana *kayaknya Hiruma punya gudang senjata api dimana-mana*

"Seperti apa cheer sialan?" kata Hiruma membentak.

"A..Ano, ti..tidak kok You nii. Hehe," elak Suzuna cepat sebelum nyawanya melayang.

"Mou, Hiruma-kun. Turunkan senjatamu. Aku tak suka kau begitu," perintah Mamori dengan tegas—tanpa rasa takut.

"Tch, memang kau ini siapa? Beraninya memerintahku, manager sialan," bentak Hiruma.

"Mou, jangan panggil aku dengan nama itu lagi! Aku itu punya nama," emosi Mamori terpancing.

"Memang namamu siapa? Aku lebih suka memanggilmu manager sialan," ledek Hiruma. Pipi Mamori sudah menggembung—tanda kalau dia sedang marah.

"Dengar ya, Hiruma-kun. Aku ini manager klub. Dan aku rasa semua anggota klub tidak ada yang memanggilku seperti itu, kecuali kau! Dan aku tak suka itu," omel Mamori.

"Tch."

"Hei, kau dengar tidak? Aku ini manager klub!" teriak Mamori sekali lagi.

"Tidak. Kau itu managerku," goda Hiruma. Mamori terdiam. Terlihat samar-samar garis-garis merah di pipinya, menandakan bahwa ia malu.

Lagi, antena Suzuna bergerak dengan cepat—namun tak secepat tadi. Senyum lebar menghiasi wajah imutnya itu.

"Yaa~ You nii menyatakan cin—" lagi, ia ditodong oleh senjata api milik sang setan. Ia pun memilih diam seribu bahasa, dari pada harus bernasib naas.

Sang setan itu akhirnya pergi meninggalkan mereka bertiga—menuju kelas lagi, karena laptop kesayangannya masih ada di kelas itu.

Sedangkan ketiga pelajar itu masih terdiam. Mamori karena masih blushing, Suzuna karena ketakutan, dan Sena karena melihat mereka berdua diam.

"Ano, aku tidak mengerti yang dimaksud jadi managernya Hiruma-san," tanya Sena membuka percakapan.

"Ah, kau ini terkadang baka, Sena. Maksudnya, You nii ingin Mamo nee jadi pacarnya," ucap Suzuna dengan tampang santai. Mamori yang mendengarnya langsung terbangun dari lamunannya itu.

"Mou, Suzuna-chan. Mu..mungkin bukan itu maksud Hiruma-kun," elak Mamori cepat.

"Hah, Mamo nee seperti tidak tahu saja. Sudah, ayo kita ke ruang klub," ajak Suzuna riang.

"Mou, tunggu! Bagaimana dengar Hiruma-kun? Dia juga harus ikut pesta, kan?" tanya Mamori.

"Yaa~ kalau Mamo nee mau menunggu You nii silahkan saja. Kami mau ke sana dulu. Jaa~!"

"Chotto matte! Aku ikut," timpal Mamori.

Mereka bertiga akhirnya menuju ke ruang klub bersama-sama. Di ruang klub, tampak sang Akuma sedang duduk santai sambil memainkan laptop kesayangannya itu.

"Hi..Hiruma-kun, sejak kapan kau di sini?" tanya Mamori bingung.

"Tch. Memang kenapa manager sialan?" ucapnya santai sambil mengunyah permen karet less sugar nya itu.

"Mou, aku sudah bilang jangan panggil aku begitu. Aku ini kan manager klub, padahal semua anggota tidak ada yang memanggilku begitu. Ingat Hiruma-kun. Aku ini manager—" belum sempat Mamori menyelesaikan kata-katanya, Hiruma bangkit dari duduknya dan mendekati Mamori.

"Sudah ku bilang, kan! Kau akan jadi manager sialan KU!" ucap Hiruma menekankan kata-KU.

"A..Apa maksudmu sih Hiruma-kun?" Mamori masih terlihat bingung.

"Sudah jelas, kan? Hiruma itu.."

"Ingin menjadikanmu…"

"Pacar…" ucap Huh Huh brother bergantian.

"Kekeke, mereka yang bodoh saja tahu," ucap Hiruma santai dan langsung meninggalkan ruangan itu. Mamori terdiam—lagi mendengar perkataan langsung dari Hiruma.

'A..apa tadi itu? Kenapa jantungku berdetak kencang?' batin Mamori.

"Yaaa~ Mamo nee.. You nii meninggalkan sebuah pesan untukmu," panggil Suzuna sambil membaca kertas itu.

"He? Apa itu Suzuna-chan?"

"Kekekeke, kuso mane. Temui aku besok di ruang klub jam setengah 5 pagi. Jangan sampai terlambat. Kalau kau terlambat 1 detik saja, aku akan menyebarkan foto 'itu' ke seluruh penjuru Jepang. Ya-Ha!" ucap Suzuna seraya menirukan gaya Hiruma.


Dan apakah yang akan dikatakan Hiruma pada Mamori keesokan harinya? Pernyataan cinta-kah? Wuooo.. tunggu kelanjutannya yaa Minna-sama :D


Yoooo~~ *Teriak Gaje*

Fic pertama saya di Fandom Aishirudo Nijuuichi~ch.1 berhasil lahir dengan seh—aargh.. Cacat ,

Hiruma : Woy, Author sialan! Ngapain bikin fic gaje kayak begini?

Mamori : Mou, Hiruma-kun.. Yang sopan.. Ah, Annisya-chan, arigatou atas fic nya.. Aku suka.

Author : Aaaaaaa.. Makaaaaaaasiih kembali neng cantiik.. Muaach *digampar Mamori*

Hiruma : Heee! Kok gue jadi begitu si? Masa gue nembak Kuso Mane?

Author : Yeee.. Kan belom ceritanya.. Napsong bener pengen nembak :P *ditembak mati beneran*

Mamori : Mou, Author sialan. Jangan coba-coba bikin fic yang lebih abal-abal tentang gue sama Hiruma. Ngerti lo? *ngeri amat si neng cantik*

Author : I..Itu kan Style nya bang Hiruma *gemeter*

Mamori : Aah, gomen.

Author : Geezz.. *jalan ke arah Hiruma dan membisikan sesuatu. Hiruma nampak menyeringai*

Hiruma : Yaaaa-Haaaaa! Author sialan bilang kalian yang baca harus REVIEW ! Kalo tidak, rahasia besar kalian akan menyebar ke seluruh Indonesia *Hiruma digebukin readers*

Ahahahahahaha *Taki-style*… REVIEW nya selalu dibutuhkan *muter2*

Akhir kata :

Makasiih .. Unyun unyun~~ *dattebayo versi Author*