Ichimatsu menatap sang kakak dengan kedua mata yang hanya terbuka setengah, "Osomatsu," panggilnya

Sang kakak, dengan keringat bercucuran di dahi, menaruh karung berisi boneka beruang yang sedari tadi ia bawa. Setelahnya, baru ia menoleh pada Ichimatsu, "Ya?"

Tatapan sang adik beralih pada boneka beruang yang berada di dalam karung. Boneka itu ukurannya besar, mungkin tingginya hampir sama dengannya, seukuran manusia. Tak heran jika benda itu berat, membuat Osomatsu berkeringat.

"Untuk apa kau bawa itu?" tanya Ichimatsu, pandangan masih tertuju pada boneka.

Menaruh kedua tangan di pinggang, Osomatsu menatap adiknya dengan cengiran lebar, "Untuk kuberikan padamu."

.

.

.

.

for you

Osomatsu-san © Akatsuka Fujio

Dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada keuntungan lainnya yang didapatkan.

note: osoichi—bisa sebagai hubungan kakak-adik, atau dalam konteks romens, terserah anda menganggapnya yang mana. ooc.

.

.

.

.

Kedua manik Ichimatsu melebar sepersekian detik, "Hah?"

Lucu, ini lucu sebenarnya. Osomatsu memberinya sebuah boneka beruang seukuran manusia? Tunggu, mungkin kalau kepribadian Ichimatsu seperti adik bungsunya yang imut dan sebagainya, dia tidak akan heran. Tapi ini Ichimatsu. Dan boneka beruang sama sekali tidak cocok untuknya. Mungkin kalau ditukar dengan boneka kucing, dia akan merubah pikirannya.

"Ini untukmu," ulang sang kakak, masih dengan ujung-ujung bibir yang tertarik ke atas. Telunjuk kanannya kini mengusap hidungnya, "Kau suka?"

Ichimatsu mendengus, wajah kembali pada ekspresi malas dan tidak tertarik, "Kau pikir aku ini Todomatsu?"

Mungkin kepala kakaknya ini sehabis terantuk dinding atau semacamnya. Ya walau Osomatsu memang aneh dan jalan pikirannya tidak dapat dimengerti siapapun.

"Aku serius." Kakaknya mendorong karung berisi boneka itu, "Aku tahu kau suka kucing, tapi bukankah beruang ini lucu? Dia juga dapat dipeluk! Kau bisa memeluknya jika kau merasa butuh pelukan. Kucing-kucing itu mencakarmu karena kau memeluk mereka terlalu erat, bukan?"

Sial.

Selain jalan pikir yang tidak bisa ditebak, Osomatsu memang seakan tahu tentang segalanya. Kakaknya ini berbakat sekali jadi paranormal. Dan dia benci itu.

Melihat tidak ada respon dari sang adik, Osomatsu menghela napasnya, paham bahwa adiknya itu kesal padanya karena mengetahui hal yang seharusnya tidak ia ketahui. Tapi itu tugasnya sebagai kakak, bukan? Memahami adik-adiknya—walau terkadang dia bodoh dan semacamnya.

"Dengar, aku tahu kau kesepian. Kau terlalu keras kepala untuk meminta pelukan atau memeluk siapapun, aku tahu."

Ichimatsu masih terdiam, pandangan terpaku pada boneka yang semakin lama semakin dekat akibat sang kakak yang mendorong karung itu.

"Jadi, setidaknya kau punya teman peluk sekarang."

Boneka itu susah payah Osomatsu keluarkan dari karungnya, menaruhnya di hadapan Ichimatsu persis. Sang adik masih menatap boneka tersebut, benda itu pun menatap adiknya.

"..."

"Apa? Aku tidak dengar, suaramu kecil sekali," ucap Osomatsu, menoleh pada adiknya yang kini memandang pada lantai.

"Kubilang, terima ... kasih."

Senyum lebar kembali pada paras Osomatsu, dalam hati senang karena Ichimatsu menerima hadiahnya.

"Jadi apa aku juga bisa dapat pelukan darimu—Ow! Kau tidak perlu memukulku dengan amplop itu! Ah, bahkan kau sudah ketularan Choromatsu sekarang."

.

.

.

END

a/n: akhirnya kesampaian juga nulis osoichi :'") dan btw osomatsu bawa beruang itu dari game Hesokuri Wars (siapa yang main jugaaa?) special White Day wwww keinspirasi karena kenapa oso harus bawa beruang kenapakenapakenapa