-Kise's POV-

Musim semi…

Semilir angin yang lembut berhembus melewati pohon sakura yang tengah bermekaran melewati setiap helai rambutku. Mulai hari ini… Aku, Kise Ryouko resmi menjadi siswi kelas dua SMA. Dan sekarang, mulai hari ini juga, dengan langit biru cerah yang begitu indahnya serta pohon sakura yang bermekaran… Entah mengapa, aku dapat merasakan ada hal baik yang akan terjadi di tahun ini. Lebih tepatnya, sangat banyak hal baik!

Dari kejauhan, aku dapat melihat gadis sebaya denganku dengan rambut biru muda ikal yang tidak terlalu panjang dan pendek berjalan sambil membaca buku. Dan diriku langsung tahu, kalau dialah teman dekatku semenjak kelas satu, Kuroko Tetsuna!

Tanpa memperdulikan keadaan sekitar, aku pun langsung berlari ke arahnya dan bersiap memeluknya. "Kurokocchi~~!"

.

.

.

Notice: Fanfiction ini adalah fanfic kedua saya yang di ambil dari anime/manga Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi-sensei. Bila ada kemiripan alur atau hal sejenis, jangan salahkan saya karena fic ini saya karang sendiri dan mungkin beberapa scene di terinspirasi dari pengalaman saya :3

Caution: Maaf bila ada kesalahan ketik, OOC, dan kesalahan serupa lainnya. AU! Kouhai!Akashi x FemaleSenpai!Kuroko dan Kouhai!Aomine x Female Senpai!Kise. Mungkin akan ada beberapa scene yang mirip Shoujo-Ai, tapi itu mungkin hanya perasaan saya.

Ehm, kalau ga suka pairing-nya… boleh di close aja kok ^^ Mind to RnR?

-SELAMAT MEMBACA-

.

.

.

-Kuroko's POV-

"Kurokocchi~~!" seseorang memanggilku dari kejauhan. Tanpa menoleh pun aku sudah tahu siapa dia karena tidak ada orang yang memanggilku dengan sebutan aneh itu selain dia, Kise Ryouko.

Tetapi, entah mengapa pada akhirnya aku tetap menoleh dan mendapati seorang siswa yang belum pernah kulihat sebelumnya yang sedang berjalan malas tanpa melihat sekeliling. Tampaknya, mereka akan bertabrakan kalau terus seperti ini. Dan, tepat ketika aku akan menegur Kise…

Bruk! Sesuai dugaan, keduanya bertabrakan dan mengeluarkan bunyi yang keras. Sontak, seluruh orang yang ada di sekitar menoleh ke arah mereka.

"O-ouch! Ittai-ssu yo!" seru Kise kesal pada siswa laki-laki dengan kulit berwarna gelap dan rambut pendek berwarna biru yang sama gelapnya itu. Dilihat dari seragamnya, sepertinya dia adalah siswa kelas satu di SMA yang sama dengan kami.

"Ha? Bukannya kau yang menabrakku dengan kecepatan kuda pacuan itu?!" Siswa itu membalas.

"'Kuda pacuan'? Apa maumu, 'Dik' kelas satu?!" Kise tak mau mengalah. Melihat situasinya, mungkin pertengkaran ini tidak akan ada habisnya.

"Henti—"

"Daiki! Kita harus cepat." Tiba-tiba seorang siswa berambut merah terang berdiri membelakangiku. Aku tidak bisa melihat wajahnya. Tapi, siswa berambut biru tua itu langsung cepat berdiri dan membersihkan seragamnya yang sedikit kotor.

"Ingatlah, 'Dik' kelas satu! Urusan kita belum selesai!" seru Kise setelah ia berdiri dan juga membersihkan pakaiannya.

"Apa peduli ku, 'Kak' pirang cerewet," ujar siswa surai biru tua itu untuk mengakhiri pertemuannya dengan Kise.

Kise tampak geram di panggil 'Kak pirang cerewet'. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

Setelah mereka sudah tidak terlihat di pandangan, aku pun mendekat ke Kise. "Kamu suka sekali membuat masalah di awal tahun pelajaran, Kise-san."

Mendengarnya, Kise tertawa renyah. "Tapi itu karena aku aku berlari ke arah Kurokocchi, 'kan?"

Aku hanya menghela nafas, "aku tidak peduli. Itu kesalahanmu karena terlalu ceroboh, Kise-san."

"Ehh?" Kise tampak terkejut dan wajahnya terlihat seperti gadis kecil yang bonekanya disita. "Kurokocchi jahat~!"

Aku tidak membalas untuk beberapa waktu. "Cepatlah, kita mungkin akan terlambat untuk upacara pembukaan."

"Ha~i!"

.

.

.

-Aomine's POV-

"Hoi, Akashi. Bukankah kita terlalu awal?" protesku ketika kami berdua tiba di depan gerbang SMA Teiko. Akashi yang berdiri di depanku hanya menoleh. Namun, tatapan dari dua mata heterochromia merah-emasnya begitu mengintimidasi. Aku sudah tak bisa berkata sepatah kata lagi.

"Kita harus cepat untuk mencari nama kita di papan pengumuman pembagian kelas."

Aku paham. Sifat Akashi yang selalu cepat atau apalah itu sangat berkebalikan denganku. Tapi, kalau aku tidak menurutinya, mungkin aku akan di rajam dengan gunting. Yah, aku bukan tandingannya dalam masalah argumen atau hal lain ketika kami tak bersependapat.

Kami berjalan masuk ke dalam SMA baru kami ini seperti biasa. "Oh, aku baru ingat. Apa kau sudah menghapal pidatomu untuk acara pembukaan pagi ini, Akashi?"

"Buat apa kamu bertanya, Daiki?"

Pertanyaanku dibalas dengan pertanyaan. Dan keduanya pastilah tidak perlu di jawab. Dengan otak Akashi yang mungkin bekerja lebih baik dari pada mesin sekalipun itu, aku hanya seperti melontarkan pertanyaan bodoh dan tidak penting.

Dan, tibalah kami di depan papan besar yang berisi ratusan nama mulai dari murid kelas satu sampai kelas tiga yang masing-masing terdiri dari enam kelas. Aku mencari namaku dari kolom untuk kelas B sampai F. Yah, aku yakin aku tidak mungkin lolos ke kelas A yang berisi orang-orang pintar.

"Ah, ketemu," gumamku dengan malas ketika menemukan namaku di kelas F. Aku langsung berbalik dan berjalan menjauh dari sana.

"Daiki," panggil Akashi. Aku cepat-cepat menoleh. "Aku akan pergi bersiap untuk upacara nanti. Sampai nanti."

Singkat. Dan satu hal lagi, aku jadi sendirian. "Haaahh…"

Aku berjalan menuju gedung sekolah dan menaruh sepatuku di rak. Lalu, aku berjalan malas menuju kelasku, kelas 1-F.

.

.

.

-Kise's POV-

"Yah, kenapa tahun ini aku harus berpisah dengan Kurokocchi?" Aku sangat kecewa ketika melihat Kurokocchi berada di kelas 2-C dan aku di kelas 2-F. "Kita terpisah dua ruang kelas."

Kurokocchi hanya menunjukkan wajah datarnya. Aku tidak dapat mendeteksi bagaimana perasaannya saat ini. "Mou. Kurokocchi selalu saja memasang poker face? Setidaknya tunjukkan senyum atau kerutkan alismu sedikit!"

"Kise-san cerewet."

Jleb. Panah berlumur racun katak menantap tepat di hatiku. "Aww, Kurokocchi kejam!" Dan, ketika aku kembali melihat ke tempat dia berada, dia menghilang. "Eh? Kurokocchi?!"

.

.

.

-Kuroko's POV-

Aku berjalan masuk ke dalam kelas 2-C dan memilih kursi paling ujung dekat jendela nomor dua dari belakang. Tanpa Kise disini, rasanya agak tenang. Tapi, aku sedikit bersalah karena pergi menghilang begitu saja.

Aku menatap ke luar jendela, terdapat gedung olahraga yang biasa di pakai untuk hal penting seperti upacara penerimaan atau penutupan. Dan, sebaiknya aku pergi ke sana sebelum terlambat.

.

.

.

Aku berdiri di depan pintu gedung olahraga. Masih sekitar belasan siswa berada di dalamnya. Sudah tersedia ratusan bangku dan tiga deretan untuk kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Lalu, aku pun memilih duduk di ujung pada baris ke tiga di deretan kelas 2.

Aku sendirian. Tepatnya menyedihkan. Selama dua tahun berada di SMA ini, hanya Kise lah yang menjadi teman dekatku. Atau mungkin dia memang teman pertamaku di sini. Jika aku memiliki tidak keberadaan yang tipis dan wajah yang secara alami datar ini, mungkin aku bisa lebih percaya diri untuk berteman dengan yang lain.

Sudah beberapa kali aku mencoba mendekat kepada orang-orang. Hasilnya, mereka malah takut atau canggung bersamaku. Namun, Kise memang berbeda. Dia gadis cerewet, tapi sangat bersahabat dan peduli. Mungkin kalau dia tidak ada, aku hanyalah…

"Kurokocchi!"

Ah, panggilan aneh dan suara cempreng itu… Mungkin aku tidak pernah menemukan orang lain seperti dia lagi untuk di jadikan teman dekat.

"Cih, kenapa Kurokocchi meninggalkanku tanpa berpamitan sedikit pun?" Kise mencibir. Dalam hati, aku sudah dapat tersenyum sendiri melihat ekspresinya.

"Buat apa berpamitan?" Aku bertanya dengan nada monoton alamiku. "Pada akhirnya Kise-san masih saja bertemu denganku."

Kise tampak kaget. "Eh? Kurokocchi ada benarnya juga." Setelah itu, dia tertawa. Namun, tawanya terlalu keras dan bergema di seluruh ruangan. Semua orang yang ada di dalam gedung olahraga langsung menoleh ke arahnya.

"Kamu menarik perhatian lagi, Ryouko-san."

Kise tampak tak peduli dan malah terkikik sendiri. "Baru saja Kurokocchi memanggilku dengan panggilanku, 'kan?"

Eh? Benarkah? Aku tak sadar. Mungkin tahun ini kamu akan menjadi teman yang lebih berarti untukku Kise.

"Kamu pasti salah dengar, Kise-san."

Dia tertawa renyah, dengan volume yang jauh lebih rendah dari yang tadi. "Jangan jadi tsundere, Kurokocchi~!"

"Siapa yang tsundere?" tanyaku dengan nada monoton. Yah, aku dari awal memang bukan seorang tsundere. Aku bisa jamin itu.

"Sudahlah, sudahlah… jangan di sembunyikan, Kurokocchi~!"

"Aku tidak menyembunyikan apapun, Kise-san." Dan jujur saja, aku ingin memanggilnya dengan panggilan itu lagi.

.

.

.

- To be continued

Wah, satu lagi fic Kuroko no Basuke dari saya :3 Saya jadi merasa fic ini beneran GaJe. Di chapter pertama pun belum di tunjukkan hintpairing-nya '3' Huuffftt... Maafkan Kiku kalau ada kesalahan penulisan atau penggunaan kata yang kurang tepat atau memang tidak tepat. Dan... saya merasa chapter ini benar-benar pendek.

Yah, jangan judge Kiku yang macam-macam loh. *Kiku masih 13 tahun* Tapi saya masih ngerasa kalo Kuroko-nya beneran OOC.

Note: Nama Kise Ryouta di ubah jadi Kise Ryouko dan Kuroko Tetsuya menjadi Kuroko Tetsuna.

By the way, thanks udah mampir ke fanfic aneh bin gaje punya Kiku yang ini ^^ Sampai bertemu di chapter selanjutnya!

-Kisaragi Shiragiku