Lost in the Echo, A GaaHina fanfiction dedicated for GHLP#3

.

.

.

Desclaimer: Naruto is belong to Masashi Kishimoto, Rhe Muliya Young borrows the characters.

The title is Lost in the Echo, song by Linkin Park.

Please enjoy this one!

Warning : AU, OOC, Mature content, Bad language, Violence, Lil' bit Gore, Typos, etc.

Hyuuga Hinata= 17 tahun

Gaara= 25 tahun

Hyuuga Hiashi= 48 tahun

Hyuuga Sakura= 30 tahun

Uchiha Sasuke= 24 tahun

Dont like? GTFO!

Chapter I

Birthday Wish

.

.

.

"PLAK!"

Satu tamparan yang amat keras mendarat dipipinya, membuatnya terjungkal tak berdaya diatas lantai marmer yang dingin. Rasa panas dan ngilu mendera dibagian itu, hingga ia nyaris tak tahan lagi membendung luapan air matanya.

Tidak. Ia tak boleh menunjukkan kelemahannya dan menangis di depan pria yang baru saja menamparnya-Hyuuga Hiashi, ayah kandungnya sendiri.

"Hinata-chan!?"

Seorang wanita yang lebih tua darinya, merengkuh bahu mungilnya yang bergetar karena takut dan rasa sakit. "Kau tidak apa-apa nak?" Iris emerald si wanita penuh kekhawatiran. Namun dia tetap memasang wajah datar.

"Lepaskan!" Gadis muda yang dipenggil Hinata tadi menepis kasar tangan sang wanita berambut pink. Ia 'pun mencoba bangkit sambil terhuyung. Berjalan terseret-seret menuju singasana sang konglomerat Hyuuga. Lalu, ia jatuh bersujud dan memeluk kaki kanan sang ayah, "Ayah, ku mohon maafkan aku. Aku janji akan memeperbaikinya!" si gadis yang merupakan calon heiress mengiba mengharap pengampunan dan belas kasihan dari orangtua tunggalnya.

Bahkan Yang Mulia Hyuuga Hiashi enggan menatap putri sulungnya yang begitu menyedihkan. Kekecewaannya telah mengalahkan hati nuraninya. Baginya kesalahan putrinya itu sudah fatal, tak ada ampun untuknya. "Cukup Hinata, kau bukan lagi heiress, Sakura yang akan menggantikanmu!"

Kedua iris amethyst putrinya itu melebar tak percaya, ia hanya membeku ditempatnya tak bisa berkata-kata lagi mendengar perintah mutlak dari sang ayah.

Si wanita berambut pink berlari kearah Hinata sambil memegangi bahu gadis itu. "Hiashi-sama! Tolonglah ampuni Hinata-chan. Dia adalah heiress yang paling tepat, muda, cerdas dan bijak, perusahaan Hyuuga akan sukses dibawah ke-"

Yang Mulia Hiashi memberi tatapan memperingati untuk wanita berambut pink tadi. "Sakura!" Dan mereka berdua 'pun tak punya hak untuk melawan apapun yang dicetuskan oleh pemimpin Hyuuga yang merajai bisnis di Jepang.

Tuan Hiashi mengalihkan pandangannya pada satu-satunya pemuda diruangan itu. Pemuda yang berdiri tegap didekat pintu keluar. "Gaara, bawa Hinata kekamar!"

Dengan tanggap, si pemuda berambut spike warna merah membawa Nona muda yang masih menunduk diam tadi. Sebelum mereka hendak berlalu wanita bernama Sakura memberi tatapan sendu bagi si mantan heiress "Kuatkan dirimu Hinata-chan."

Tiba-tiba Nona Hinata menghentikan langkahnya dan berdiri membelakangi Sakura. "Wanita Jalang!" Entah dimana letak sopan santun si Nona Hyuuga itu mengumpati orang lain dihadapan ayahnya yang memandang penuh ketidakpercayaan.

Wanita berambut pink itu menunduk dengan mata berkaca-kaca. Hatinya perih mengingat perjuangannya untuk menjadi ibu pengganti untuk sang Nona muda sia-sia saja. Karena sampai kapanpun Hinata tidak akan pernah menerimanya.

Saat bulir airmatanya akan jatuh, ia mendapatkan elusan mesra di punggungnya yang datang dari pria dibelakangnya, Hyuuga Hiashi-suami sahnya. "Tolong maafkan Hinata, Sakura."

Si wanita menggeleng pelan dan tersenyum manis, "tidak apa-apa, Anata."

.

.

.

"BLAM!"

Pintu ruangan kerja Tuan Hiashi di tutup oleh Gaara, seorang bodyguard terpacaya yang ditugaskan untuk mengawal Nona Hinata kamanapun dan dimanapun. "Tinggalkan aku Gaara!" Pemuda itu meperhatikan majikannya dengan raut sendu. Mengerti bagaimana keadaan Nonanya yang memprihatinkan. Diusianya yang masih remaja sudah menanggung beban sebagai seorang heiress untuk perusahaan berskala internasional seperti Hyuuga. Masa muda yang indah dihabiskan untuk belajar hal-hal rumit yang membuat orang cepat tua. Bagi Nona Hinata, hidupnya bukan miliknya sendiri, melainkan milik Hyuuga.

Seminggu lalu, Nona Hinata mengikuti training untuk menjadi direktur di salah satu cabang Hyuuga di prefektur Nishiyama. Awalnya semua berjalan lancar berkat bimbingan Tuan Koh yang juga seorang CEO berpengalaman. Namun, di hari kelimanya Nona Hinata salah bertindak mengalirkan dana yang tidak sedikit pada perusahaan relasi baru, akibatnya nilai saham Hyuuga di cabang Nishiyama menurun drastis.

Tuan Hiashi murka karenanya, belum genap seminggu training sudah melakukan kesalahan fatal. Bagaimana ia memimpin perusahaannya kelak?

Gaara adalah satu-satunya orang yang paling mengerti perasaan Hinata saat ini. Gadis itu merasa amat sangat bersalah. "Aku memang tidak berguna, ya." Gumamnya seperti orang putus asa yang hendak mengakhiri hidupnya.

Tak ada tanggapan dari bodyguard sekaligus sahabat karibnya itu, membuat Hinata mendengus kesal sambil merengut. Dengan menyilangkan tangan didada, si gadis yang jengkel hendak berlalu dari tempat itu.

'greb'

Tapi sebelum itu terjadi, Gaara menahan pergelangan tangannya, "mau kemana?"

Si gadis menghembuskan nafasnya malas, "loncat dari atas lantai sepuluh" jawabnya begitu enteng.

"Tidak boleh." Sedetik kemudian tubuh Hinata telah berpindah kedalam gendongan bridal style Gaara.

"Lepaskan aku!" rontaan Hinata sia-sia. Sudah dipastikan dirinya akan dikurung dikamar malam ini. Ia tidak mau, sungguh ia benci aturan yang dibuat tua bangka itu-ayahnya. Dan jika mengingat itu, airmata Hinata serasa ingin mendobrak keluar dari bendungannya.

Hinata menggelengkan kepalanya, ia teringat Kaa-san dan juga Hanabi. Hidup dimansion berlantai 10 ini bagaikan neraka semenjak hadirnya wanita setan itu. Wanita jalang yang mengaku mengandung bayi Hiashi dan menjadi Ratu Hyuuga setelah meninggalnya Nyonya Hyuuga.

Hiashi bukan lagi ayahnya yang dulu.

'BRENGSEK!'

Hinata ingin melampiaskan rasa kesalnya saat ini juga. Tapi tubuhnya sulit digerakkan dalam dekapan si Gaara. Alhasil dia malah membenamkan wajahnya di dada bidang pria itu, dan menangis sepuasnya disana.

Tanpa Hinata sadari, Gaara terus saja memandangnya tajam dengan tatapan sendu, 'Seandainya aku bisa membuatmu bahagia.'

Kuku panjang brwarna ungu pucat itu meremas kuat-kuat jas yang dikenakan Gaara, sambil terisak ia berbisik, "bawa aku pergi darisini, Gaara."

Konoha, pukul 11.01 malam.

Gaara terus menyetir limusin hitam itu tanpa arah tujuan. Ia melirik kesamping, tempat Nona kesayangannya tidur pulas setelah kelelahan menangis. Ia tersenyum tipis melihat wajah damainya saat tidur. Setidaknya itu lebih baik daripada gadis itu mengamuk. Nonanya tadi hanya berpesan agar membawanya pergi dari rumah itu. Sehingga bodyguard yang merangkap supir itu hanya berputar-putar disekitar kota Konoha dimalam itu.

Setelah merasa pegal menginjak pedal gas dikecepatan ratusan kilometer perjam, akhirnya ia memilih untuk menurunkan spidometernya. Mobil mulus dengan harga milyaran yen itu berhenti di sebuah toko kue imut bernuansa coklat. Ia pun tersenyum lagi saat memandangi etalase yang menyajikan satu porsi Cinnamon Rolls berbentuk hati.

.

.

.

Disebuah kamar luas yang berada di lantai 7 mansion Hyuuga, seorang wanita tengah tertawa terbahak-bahak. Ia duduk menyandar diatas single sofa. Tangan kirinya memegangi segelas wine hitam yang isinya tinggal sedikit, lalu tangan kanannya menggenggam sebuah smartphone berwarna pink.

"Kau tahu sayang, malam ini aku menjadi Ratu Hyuuga seutuhnya, hahhhaaahaaaahhhaa!"

"Si tua bangka itu mencabut gelar heiress dari putri sulungnya dan memindahkannya untukku."

"Selamat Sakura nee-chan."

"Sasuke-kun sayang, sudah kubilang berhenti memanggilku nee-chan!"

"Hn! Dimana pria itu?"

"Oh dia sudah tidur setelah kami habis bercinta."

"..."

"Jangan marah Sasuke-kun, dia itu masih kalah tangguh darimu untuk urusan ranjang."

"...Kau mabuk?"

"Iya, untuk merayakan kemenangan."

"Sayang sekali, aku tidak disitu untuk menemanimu."

"Mmmmm, besok sore aku ke apartemenmu, kita bersenang-senang."

.

.

.

Sepasang iris amethyst perlahan terbuka. Sang pemilik mengerjap-ngerjapkannya untuk menyesuaikan penglihatannya. Hal pertama yang ia lihat adalah warna hitam dari langit malam yang begitu pekat. Malam semakin larut, ia pun melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 01.00 malam.

Ia menggeliat sejenak. Setelah itu, ia menyadari bahwa dirinya saat ini berada dalam posisi berbaring. Ia menyadari bahwa kepalanya bertumpu pada sesuatu seperti paha manusia.

Hal itu mengingatkannya akan Kaa-san yang selalu membiarkan dirinya tertidur di pangkuannya sambil menyisir rambutnya yang panjang dan bernyanyi lagu lullaby untuknya. Ia pun memejamkan matanya menikmati sensai itu. Membayangkan kalau saat ini ia terbaring dipangkuan; 'Kaa-san' lirihnya.

"PLUK!"

Sebuah telapak tangan tiba-tiba mendarat diatas perutnya yang rata. Lalu perlahan-lahan bergerak mengelus-elus lembut daerah itu dengan pola melingkar. Menyebabkan tubuhnya menegang seperti disengat listrik. Tapi bukan rasa sakit yang menyerangnya, melainkan sensasi yang menyenangkan, seperti rasa nyaman.

"Sudah bangun?"

Suara baritone dari orang yang sudah dikenalnya sejak kecil membuyarkan lamunannya. Ia pun mendongak kearah pria datar yang seenaknya menjamah perutnya yang masih suci. Dua manik biru jade yang disekitarnya ada warna hitam pekat itu memandangnya lekat-lekat. Dasar "PANDA-CHAN!"

Seketika ia bangkit dan menarik kasar kerah kemeja putih yang dikenakan Gaara, "Berani-beraninya kau menyentuhku!?" Mata Nona Muda itu melotot nyalang kearah bodyguardnya yang masih santai-santai saja padahal ia sudah menyiapkan tinjunya yang bisa dilontarkan kapanpun dia mau.

Yang dilakukan Gaara hanya tersenyum tipis. Salah satu tangan kekar milik si bodyguard mendarat di pundak Nonanya. Lalu ia mengucapkan sesuatu, "Tanjoubi Omedatteou, KONEKO-CHAN!" sembari memberikan seporsi Cinnamon Rolls berbentuk hati.

.

.

.

Gaara memperhatikan Nona Mudanya memakan cinnamon rolls dengan lahapnya. Terus-menerus Hinata menyuapkan potongan-potongan kue favoritnya itu, sampai-sampai pipinya menggembung karena terlalu banyaknya cinnamon yang tertampung dimulutnya. Satu dari banyak hal yang membuat Gaara tersenyum malam itu adalah tangisan bahagia dan ocehan dari majikan sekaligus sahabat sejatinya.

"Hiks...kau ingat ulangtahunku-umm disaat aku sendiri dan orang terdekatku-umm melupakan itu..hiks hiks. " ujar si Hinata masih terus menyuapkan cinnamon rolls sambil sesekali terisak.

"Kau, si Panda bodoh yang berani menyentuh tubuhku, mengerjaiku, dan...mau melakukan apapun untukku bahkan mengerjakan semua tugasku, dan um-" semburat merah muda menjalar di pipi Hinata. "Dan mau mencuci pakaian dalamku, heheh kau bodoh Panda-chan." Air mata semakin deras berjatuhan dari mata indahnya. Ia gunakan kedua telapak tangannya untuk mengusap pipinya yang sembab.

Namun Gaara datang dengan sebuah sapu tangan dan mengeringkan wajahnya yang basah. Hinata menunduk malu, merasa dirinya kekanakan. "Apa harapanmu?"

Mendengar pertanyaan Gaara, Hinata terdiam sejenak, "harapanku, ya..." lalu melanjutkan kalimatnya.

"Aku hanya ingin Panda-chan selalu berada disisiku selamanya."

.

.

.

TBC

"Pray for me I can finish this fict on January 19. I Love You, Gaara and Hinata"

"HAPPY THIRD ANNIVERSARY GAAHINA LOVE PARADE!"

From: Rhe Muliya Young with Love.