The Pieces of Your Love
Cast:
Min Yoongi
Park Jimin
Kim Namjoon, Jeon Jungkook
Rated: T
Romance / Hurt, Comfort / Min!top, Park!bottom
.
.
Cerita ini hanyalah fiksi belaka
.
Enjoy
.
Min Yoongi memandang berkeliling, berdiri mengagumi setiap inchi perpaduan indah laut dan langit, membuat hamparan warna biru putih terpantul dari manik coklat matanya. tidak ada satupun pohon kelapa disana (hal yang pasti ada di gambaran anak-anak tentang pantai) namun, ada segerombolan burung warna putih beterbangan kesana kemari yang menambah aksesoris alam kota Busan.
Dia menarik ujung mantel panjangnya, menambah erat pelukan mantel itu ditubuhnya. Angin pantai bertiup membawa ujung syal merah kotak-kotak yang bertengger dibahunya beterbangan, sol sepatu pantofelnya tenggelam dalam pasir putih yang tersebar hampir disemua tempat. kulit wajahnya yang pucat berubah merah karna dingin, dan surai hitam jatuh menutupi dahi dan sebagian matanya.
Seorang pria lain datang menghampiri Min yoongi, dengan jaket tebal warna biru tua dan sepatu boot bertali warna coklat. Dia berlari dengan susah payah diatas pasir, wajahnya tampak khawatir melihat Yoongi berdiri di pinggiran pantai hanya dengan sebuah kaus tipis, mantel dan syal.
"Sajangnim" katanya setelah sampai di belakang Yoongi
Pria pucat itu menjawab dengan tolehan kepalanya.
"tolong jangan membuat dirimu kedinginan. kau sedang tidak sehat" lanjutnya, dia sendiri sudah menggosok-gosok tangannya mencari kehangatan.
Yoongi tersenyum, namun matanya masih memandangi garis alam yang memisahkan laut dan langit di depannya. tangannya kemudian saling bertautan, menggenggam dinginnya udara pagi awal musim gugur itu dan menghembuskan nafas berat.
"aku suka langit, Namjoon-ah. selalu.." kata Yoongi lebih pada dirinya sendiri. Dia diam sebentar kemudian menghembuskan nafas berat sekali lagi "ayo pergi. acaranya akan segera dimulai kan?" Yoongi berbalik menatap Namjoon, pria tinggi dengan suara berat yang memposisikan dirinya sebagai asisten Min Yoongi sejak 8 tahun yang lalu, orang yang paling dipercayainya.
"satu jam lagi setelah sarapan" Namjoon meraih lengan Yoongi, menahannya agar tidak jatuh karna pasir pantai yang membuat langkah mereka berat, dan berjalan di belakang pria pucat itu setelah ia bisa mengontrol langkahnya.
mereka berjalan masuk kesebuah hotel bintang 5 di Busan yang bagian belakangnya menghadap ke pantai, -pantai yang baru saja dikunjungi Yoongi karna dia bisa melihat indahnya langit disana. Min Yoongi, seorang pemilik perusahaan makanan dan restoran (red: Ji way Fud, mirip Ji Way Pi) yang terkenal seantero Korea selatan. Restoran, cafe dan berbagai toko makanan dibawah kendali tersebar di seluruh tanah Korea Selatan termasuk di Busan, dan Min Yoongi selaku presdir dan pendiri sedang menghadiri pameran makanan yang di adakan oleh cabang perusahaannya di Busan sebagai perkenalan resep baru oleh para koki.
perusahaan milik Min Yoongi itu didirikan lebih dari 8 tahun yang lalu dan mencapai puncak kejayaannya 2 tahun kemudian yang membuat seorang Min Yoongi terkenal sebagai dewanya makanan. sepak terjangnya dalam dunia bisnis dibantu oleh Namjoon sampai sekarang. Dan satu hal tentang Min Yoongi, pria yang memiliki kulit pucat itu hanya menyukai 5 hal di dunia ini; Langit, masak, musik, tidur, dan Jimin.
Yoongi selalu suka langit, sejak kecil. Ciptaan tuhan yang paling besar itu membuatnya selalu tenang ketika menatapnya. saat-saat yang berat baginya akan sedikit terlupakan hanya dengan mencari ruang terbuka dan mendongak, menatap birunya langit diatas sana. Dia bahkan tidak peduli jika petir, hujan atau salju datang mengotori sang biru, dia akan tetap menyukainya. Yoongi pernah bercita-cita menjadi pilot sewaktu kecil supaya dia bisa berada diantara awan, menjelajahi luasnya langit dan menyelam dalam ketenangan. Namun Yoongi muda bukan orang dari keluarga kaya dan mengingat biaya sekolah pilot sangat mahal, dia mengurungkan niat untuk bicara pada ayahnya tentang itu
hal kedua yang Yoongi suka adalah memasak dan tentu saja hal ini yang membuatnya menjadi seorang Min Yoongi yang sekarang. dia suka jenis makanan manis dan kebanyakan produk perusahaannya adalah makanan manis; dessert, cake, dan berbagai kue. walaupun begitu, yang sudah berkembang pesat menjadi salah satu perusahaan makanan terbesar di Korea punya beberapa restoran dengan menu makanan lengkap. Selain memasak, Yoongi suka musik, hal yang selalu mengikuti langkahnya kemanapun dia pergi dan apapun yang dia lakukan, bahkan saat memasak. dia selalu punya waktu untuk mendengarkan musik di sela-sela waktu sibuk ngantor, bahkan dia selalu menyempatkan diri membuat musiknya sendiri.
Ngantor, memasak, bahkan mendengarkan musik membuat waktunya yang banyak tersita oleh semua kesibukan itu, membuat Yoongi selalu tidak suka diganggu saat tidur. menurutnya, ada 2 waktu dimana manusia tidak boleh diganggu, saat makan dan tidur.
dan, Jimin…. ah, Park Jimin. Pria yang membuat Yoongi masih single sampai sekarang. oh, yeah. Min Yoongi menyukai pria, namun hanya satu pria dan itu Park Jimin. pria yang datang pada Yoongi dengan segala pesona; rambutnya yang dicat merah, mata sipitnya yang akan berbentuk garis lurus saat dia tertawa atau tersenyum, dan tentu saja senyum manis yang akan selalu merekah dari bibir plumnya. belum lagi kepribadiannya yang berbeda 180 derajat dengan Yoongi membuat pria itu menarik.
Yoongi suka ketenangan, makanya dia suka memasak sendirian dengan musik klasik yang mengalun mengantarkan setiap gerakannya. Yoongi juga termasuk orang yang dingin dan berlidah tajam, dia tidak akan segan-segan berkomentar pedas tentang pekerjaan karyawan atau koki yang dianggapnya tidak memuaskan.
sedangkan Jimin adalah pria yang selalu ribut dengan suara melengking dan satoori, dia juga ceroboh tapi baik hati, easy going dan ramah pada siapapun. Park Jimin menjadi hal yang sangat Min Yoongi sukai. dia menyukai Jimin hingga tak bisa bernafas, menyukai Jimin lebih dari semua hal yang ia sukai; lebih dari langit yang sudah dicintainya sejak kecil. Tulus, tanpa syarat dan tanpa batas waktu.
tapi Park Jimin sudah pergi. meninggalkan Min Yoongi.
6 tahun yang lalu Jimin datang ke kantor Yoongi dan disambut pelukan hangat penuh suka cita oleh kekasihnya itu. Jimin tersenyum, memberikannya ucapan selamat karena perusahaan sedang naik daun dan Min Yoongi sudah dianugrahi penghargaan untuk pengusaha makanan terbaik tahun itu.
Tak hanya itu, Jimin juga memberinya sebuah pernyataan untuk berpisah dan ciuman perpisahan yang panjang, setelah itu dia tak pernah menemukan park Jimin dimanapun.
Jika ada yang bertanya kenapa Yoongi tak menahan kepergian kekasihnya, oh demi tuhan dia sudah melakukannya. dia menangis, memohon bahkan berlutut agar Jimin tidak pergi, namun pria manis itu tetap pergi dengan genangan kesedihan di sudut matanya. Park Jimin meninggalkan Min Yoongi dengan alasan yang sampai 6 tahun berlalupun tak akan pernah bisa diterima oleh Yoongi sendiri. Yoongi sudah terkenal, perusahaannya sudah maju, Jimin tak ingin usahanya jatuh karna orang-orang mengetahui 'keanehan'nya bersama Jimin.
Yoongi memang ingin perusahaannya maju dan berkembang, membuatnya punya banyak uang dan bisa melakukan apapun, hingga dia mengusahakan segala hal agar hal itu terjadi. namun, semua itu karna dia punya banyak mimpi yang hanya bisa dicapai dengan uang, dan 9 dari 10 mimpinya adalah hal yang ingin dilakukannya bersama Park Jimin.
Namun pria yang begitu di cintainya itu telah pergi, hingga menguap sudah hasrat hidup dan bermimpi Min Yoongi. Dia menenggelamkan diri dalam segala kesibukannya, tak membiarkan satu haripun kosong, mengerjakan apa yang harus dikerjakannya dan mengabaikan hal-hal yang menurutnya tidak penting termasuk kesehatannya, membuat tubuh Min Yoongi selalu tidak sehat dan beberapa kali collapse membuatnya harus terbaring lemah diatas tempat tidur rumah sakit. Namun setelah sehat, dia kembali menyibukkan diri walaupun tanpa tujuan, tanpa arah, tidak peduli pada apapun.
dan semua itu karna Park Jimin.
.
.
.
Pameran makanan pagi itu bertema Children Sweetness yang menyuguhkan berbagai macam makanan manis untuk anak-anak, di adakan di ballroom terbesar yang dimiki hotel itu. Berbagai kue dibentuk sedemikian rupa agar menarik dimata anak-anak, dan juga dibuat agar rasanya disukai namun tidak akan mengganggu kesehatan mereka. selain itu, ada puluhan cake mini warna-warni berjejer rapi di rak kaca pendek dan susu berbagai rasa beratur rapi diatas meja. dengan tema tersebut, perusahaan mengundang anak-anak beberapa sekolah TK untuk melihat keberhasilan resep-resep baru itu.
Yoongi menatap semua anak-anak yang berlarian kesana kemari minta diambilkan kue yang mereka inginkan tanpa minat. namun, dia cukup senang melihat hampir semua kue dan cake disana diminati para anak-anak, ini berarti proyeknya berhasil dan menu-menu tersebut akan segera ditambahkan kedalam daftar menu resmi mereka. Yoongi juga berencana mempromosikan ketua koki dan beberapa koki pembantu untuk naik jabatan.
melihat Yoongi senang adalah kepuasan lain untuk para koki dan staff cabang perusahaan . Mereka sudah gugup sejak pagi ketika mempersiapkan acara itu; menata dan mengatur sebaik mungkin tanpa kesalahan karna Yoongi adalah tipe pemimpin perfeksionis galak yang tidak akan ditemukan dimanapun di Korea.
Para staff dan koki saling melempar senyum senang melihat Yoongi mengangguk tipis, berbisik pada Namjoon di belakangnya dan mulai bangkit dari tempat duduk. Yoongi memang hanya perlu memastikan proyek resep baru itu berhasil kemudian sisanya akan diurus oleh Namjoon.
asisten pribadi merangkap sekretaris Yoongi itu adalah orang yang easy going jadi para staff dan koki lebih merasa nyaman berdiskusi dengan Namjoon dibanding dengan presdir mereka, tapi Yoongi tidak peduli, dia hanya perlu mengungkapkan pada Namjoon tentang komentarnya dan Namjoon akan menyampaikannya pada para staff dan koki.
Yoongi dengan setelan hitam dan dasi merahnya pergi dari ballroom, disambut dengan helaan nafas lega para staff dan koki. pria pucat itu memilih menghabiskan waktu untuk tidur berharganya, jadi dia melangkah ke kamarnya di lantai 6, melepas jas dan dasinya, bersandar pada single-sofa warna coklat yang empuk dan menutup mata, membiarkan matahari musim gugur menimpa kulit pucatnya.
belum 5 menit Yoongi menutup mata, seseorang masuk ke kamarnya tanpa mengetuk. itu pasti Namjoon karna hanya dia yang diizinkan melakukan itu. Yoongi tipe orang yang tidak akan terbangun hanya dengan ketukan dipintu, jadi dia mengizinkan Namjoon masuk kekamar dan membangunkannya, dan yah hanya Namjoon juga yang tidak akan kena dampratan jika membangunkannya.
pria tinggi itu menatap Yoongi dengan gelisah dan bingung. dia menimbang-nimbang apakah harus membangunkan bosnya itu atau tidak. Yoongi yang belum jatuh dalam tidurnya merasakan Namjoon berjalan kesana kemari, gelisah dibelakang kursinya, jadi dia bersuara "apa?" tanpa membuka mata.
Namjoon tidak terlalu terkejut karna Yoongi ternyata masih belum tidur, dia berhenti mondar-mandir dan berdiri dibelakang sofa, menjentikkan kukunya sendiri dengan gelisah, "aku tidak tau harus mengatakan ini padamu atau tidak. tapi…"
Yoongi masih menutup matanya dan bersuara dengan malas, "tapi apa?"
"anu…..dibawah…."
Yoongi menghela nafasnya berat. dia baru sampai di Busan larut malam tadi dan dia harus bangun pagi padahal dia baru tertidur pukul 4 karna masih harus memeriksa beberapa berkas dan menandatangani beberapa persetujuan proyek. Yoongi benar-benar ingin tidur sekarang.
"bicara yang benar, Namjoon-ah" Yoongi menyeret suara lelahnya. jika Namjoon tidak mengatakan apapun dalam 5 detik, dia akan tertidur.
"aku melihat Park Jimin di bawah"
mata Yoongi sontak terbuka, rasa kantuknya menguap begitu saja, lelah yang menghinggapi tubuhnya melayang pergi. seketika jantungnya berdetak cepat, darahnya berdesir, dan perutnya melilit sakit. oh, lihat apa yang bisa Park Jimin lakukan pada Yoongi bahkan setelah 6 tahun berpisah. Yoongi berbalik menatap Namjoon, "dimana?" katanya
"di pantai"
Yoongi dengan cepat memakai sepatunya dan melesat keluar dari kamar. ternyata tubuh Yoongi memang susah bohong, lelah yang katanya sudah pergi itu masih menggerogoti tubuhnya membuat Yoongi kehabisan nafas dan tenaga hanya untuk mencapai lift. setelah lift itu membawa Yoongi turun, dia mencoba berlari lagi (namun gagal, memaksanya untuk puas hanya dengan berjalan menyeret kakinya) dan menemukan apa yang Namjoon lihat.
Park Jimin berdiri di pinggir pantai dengan celana jeans dan kemeja putih lengan panjang serta mantel panjang sampai lutut.
Yoongi yakin itu Park Jimin. itu Jimin-nya.
Yoongi berjalan mendekat perlahan, masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. dia memang tidak tau harus mengatakan apa untuk menyapa Jimin, tapi dia hanya ingin bertemu Jimin dulu. sisanya nanti dipikirkan.
Jimin berdiri menghadap pantai dan tidak melihat Yoongi yang perlahan mendekatinya.
Yoongi menyadari warna merah yang selalu menghias surai halus itu berganti coklat gelap yang membuat kulitnya semakin cemerlang. Jimin tersenyum pada sesuatu dan Yoongi yakin itu masih senyum yang sama, mata yang berbentuk garis lurus itu masih sama.
tubuh Jimin sedikit berisi sekarang, berat badannya naik dan Yoongi tersenyum menyimpulkan Jimin hidup dengan baik selama ini. Tanpanya.
"hati-hati, kau bisa terjatuh!" teriak Jimin, dan Yoongi menyadari Jimin sedang tersenyum melihat seorang anak kecil berlarian mengejar burung-burung yang akan terbang kekiri jika anak itu berlari ke kanan dan mereka akan terbang kekanan jika anak itu berlari ke kiri.
tubuh Yoongi terlalu lelah rupanya, memang dia banyak menghabiskan malamnya untuk bekerja akhir-akhir ini membuatnya kekurangan waktu tidur, lagi. lututnya bergetar dan dia hampir terjatuh jika Namjoon tidak muncul dan menahan tubuhnya.
"kau baik-baik saja?"
Yoongi tersenyum, menatap punggung Jimin yang tinggal berjarak beberapa langkah lagi, "never better"
Namjoon memakaikan mantel dan syal pada Yoongi yang tadi tanpa sadar berlari hanya dengan kemeja putihnya, sedangkan angin musim gugur bertiup kencang di pantai. kemudian, Namjoon mundur beberapa langkah saat Yoongi maju kearah Jimin untuk memberikan Yoongi space untuk privasi, tapi dia tak mau meninggalkan Yoongi yang kelelahan disana, jadi dia menunggu, mengamati 2 orang itu dari jauh.
sedangkan Yoongi yang sudah berada tepat dibelakang punggung Jimin menatap nanar sosok itu, "Park Jimin"
"ne?" Jimin menoleh dan terpaku melihat siapa yang berdiri disana.
cukup lama mereka hanya bertatapan, tak tau harus mengatakan apa. Yoongi ingin sekali memeluk sosok itu. kerinduan yang tiap malam di tanggungnya dengan helaan nafas berat dan hasrat ingin melihat wajah Jimin yang selalu mengekorinya kemanapun dia pergi menggelitik perutnya, namun hal itu menyakitkan ketika sebuah pertanyaan mengiang ditelinganya "masih bolehkah Yoongi memeluknya?"
sedangkan Jimin tangannya berkeringat di tengah angin yang bertiup dingin. dia mengamati wajah pucat Yoongi. selama ini dia hanya melihat wajah itu dari foto yang selalu dibawanya di dompet. melihatnya langsung seperti ini setelah banyak tahun berlalu membuatnya ingin merekam wajah itu lebih lama untuk dirinya sendiri. wajah Yoongi terlihat lebih tirus dan tubuh itu menjadi lebih kurus. mau tak mau tatapan sayang menguar dari mata Jimin.
"hiks. huwaaaaa" sebuah suara menginterupsi kegiatan 2 pria itu. Jimin menoleh ke asal suara dan segera berlari kearah anak kecil yang sekarang terjatuh diatas pasir. dia memeluk anak kecil itu, membersihkan bagian depan pakaiannya dari pasir dan menghujani anak itu dengan beberapa ciuman yang membuat anak yang menangis itu sekarang tertawa geli.
Jimin membiarkan anak itu kembali berlarian sedangkan dia sendiri kembali berdiri disisi Yoongi dengan hati yang lebih mantap dari sebelumnya. dia masih memperhatikan anak laki-laki itu berlarian.
"sedang apa kau disini?" Tanya Yoongi akhirnya
Jimin tertawa dan Yoongi merasa nafasnya tercekat. tawa yang begitu dia rindukan itu masih sama,
"bukankah seharusnya kau bertanya 'apa kabar?' untuk orang yang sudah lama tidak kau temui?"
"sedang apa kau disini?" ulang Yoongi, wajahnya tanpa ekspresi, tanpa intonasi.
Jimin menghela nafas panjang dan menggeleng maklum menemukan Yoongi dengan ekspresi dingin yang sama ketika mereka pertama kali bertemu, "aku menemani Jungkook ikut acara sekolahnya di hotel ini. pameran makanan untuk anak-anak, diselenggarakan oleh . kau sendiri sedang apa disini?"
Tak menghiraukan pertanyaan Jimin, Yoongi menatap anak kecil yang sedang berlari sambil tertawa-tawa disana, "dia Jungkook?"
"eoh...
…anakku"
Yoongi merasakan seseorang, atau sesuatu, meremas jantungnya. nafasnya tercekat, dia hampir tak bisa bernafas, jantungnya berdegup kencang, sakit. Jimin punya anak. Jimin-nya menikah dan punya anak.
Yoongi tak tau harus bereaksi bagaimana sekarang. haruskah dia marah? Jimin meninggalkannya dengan alasan tidak jelas dan sekarang mengaku punya anak, sedangkan dirinya bahkan tak bisa melirik orang lain dan hanya merindukan Jimin sepanjang hidupnya. atau haruskah dia turut bahagia? setidaknya Jimin bahagia, walau tanpa Yoongi disisinya.
"kau menikah?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Min Yoongi.
"oh, aku single parents"
"jadi?"
"jadi apa?"
"siapa ibunya?" haruskah Yoongi menanyakan itu? haruskah Yoongi menanyakan pertanyaan menyakitkan itu? bertanya tentang orang lain yang menggantikan Yoongi dihati Park Jimin.
sekali lagi, Jimin tertawa. pertanyaan-pertanyaan Yoongi selalu mengundang tawanya, "bagaimana aku harus menjawab pertanyaan itu.?" Jimin bertanya pada dirinya sendiri dengan geli kemudian menjawab, "aku yang mengandungnya. apa itu membuat aku jadi ibunya? Tapi aku pria jadi aku juga ayahnya"
"Kau yang….?" Yoongi mengerutkan keningnya; bingung dan shock menanggapi jawaban ambigu Jimin. Bagaimana mungkin….
"Yah aku juga bingung waktu tau aku hamil, tapi begitulah kenyataanya" Jimin terlihat mengangkat tangannya ke udara, melambai pada Jungkook yang balas melambai padanya. jaket tebal yang pakai Jungkook terlihat begitu lucu ditubuh kecilnya, jangan lupa sepatu boot bertali yang pas di kaki mungil itu.
Jungkook kecil sedang melompat-lompat senang dengan tangan menggapai ke atas, seakan mencoba menangkap langit biru. walaupun dia tau tangannya tak akan mungkin bisa mencapai langit itu, namun Jungkook tetap melompat-lompat dengan riang gembira.
tanpa sadar, Yoongi tersenyum melihat tingkah anak itu. es yang biasa bersemayam di tubuh dan hati Yoongi meleleh melihat Jungkook. dan Yoongi mau tidak mau mengakui bahwa apapun yang berhubungan dengan Jimin akan melelehkannya, bahkan anak itu.
"jadi, sedang apa kau disini?" Jimin kembali membawa pertanyaan yang tadi tak tejawab.
Yoongi masih mengamati Jongkook sambil menjawab, " itu punyaku"
"aah~" Jimin mengangguk mengerti. Sebelum Jimin pergi, perusahaan Yoongi bernama SUGA (red: syuga), itu adalah bahasa inggris yang di Hangeul-kan yang berarti gula. Jimin tak pernah tau Yoongi mengganti nama perusahaannya. memang, Jimin tak pernah lagi mencari tau apa-apa tentang Yoongi dan focus menjaga Jungkook.
"kenapa mengganti namanya?"
" .Food. aku merindukanmu dan lagipula sebagian besar resep utamanya adalah semua yang pernah kumasak untukmu."
Jimin terdiam. dia tidak tau harus merespon apa jawaban itu. Yoongi juga diam, dia tidak tau kenapa jawaban itu lolos begitu saja dari bibirnya. dia melirik Jimin dengan ujung matanya, kemudian mengganti topik dengan segera.
"jadi, selama ini kau di Busan?"
"ya. ini kampung halamanku, kalau kau tidak tau"
"oh, benar.."
OH BENAR SKALI, MIN YOONGI, JIMIN BERASAL DARI BUSAN.
Yoongi merutuki kebodohannya. dia selalu mengeluhkan suara cempreng Jimin dan satoorinya, tapi tidak pernah berpikir Jimin berasal dari daerah yang membuatnya bicara satoori dan mencarinya disana. Yoongi memang suka tidur, tapi tak tau kalau ternyata otaknya tidur lebih lama dari dirinya.
yah, sebenarnya Jimin sudah memakai logat Seoul karna sudah tinggal di Seoul sejak kuliah tapi satoori-nya tetap akan muncul saat sedang mengomel atau marah-marah. andai saja Yoongi lebih cepat menyadari itu, mungkin dia akan menemukan Jimin lebih cepat dan Jimin tidak akan menjadi milik orang lain seperti ini. Bagus Min Yoongi! Yoongi dan kebodohannya.
"Jungkook umur berapa?" Yoongi mengamati lagi Jongkook yang sekarang sudah duduk bosan diatas pasir. seperti tau diperhatikan, Jungkook balas menatap Yoongi dan nyengir padanya. menampilkan gigi kelincinya yang berbaris imut.
"6 tahun"
sudah bosan duduk disana, Jungkook berjalan malas kearah Jimin dan Yoongi. Dia memeluk kaki Jimin dan menengadahkan wajahnya menatap Yoongi. Jimin dan Yoongi sama-sama berjongkok sejajar, Jimin memeluk Jongkook dan menciumnya dengan sayang, "ini Yoon ahjussi. dia ingin berkenalan denganmu. Yoon ahjussi ini yang punya semua kue tadi loh"
Yoongi menatap Jimin yang penuh kasih sayang itu, tersenyum pada dirinya sendiri, dan akhirnya mengulurkan tangan pada anak laki-laki di depannya, "halo" katanya
Jungkook menatap Jimin terlebih dahulu, mendapat anggukan ringan, dia mengabaikan uluran tangan dan memeluk leher Yoongi. Jimin hanya tertawa melihat Yoongi dengan canggung membalas pelukan anaknya. setelah Jungkook melepaskan pelukannya, dia mundur 2 langkah kecil, berdiri tegap, dan melakukan bow sopan, "Jungkook imnida"
Yoongi tertawa keras melihat tingkah lucu Jungkook. dia membawa tangan besarnya dikepala Jongkook dan menyapu surai hitam anak itu. "aih kiyowo~"
Jungkook tau itu sebuah pujian, jadi dia menggelayut malu di tangan Jimin. membuat dua orang dewasa itu kembali tertawa.
"eomma.." panggil Jongkook pada Jimin, "aku ngantuk. ayo pulang"
"okey. kita pulang. go go"
"go go" Jongkook mengulang perkataan Jimin dengan lucu dan mulai berlari kearah pintu hotel, meninggalkan Jimin dan Yoongi disana.
"aku pergi dulu. senang bertemu denganmu" kata Jimin
Yoongi kembali tak tau harus bagaimana menanggapi itu. Dia baru saja bertemu dengan Jimin setelah 6 tahun dan sekarang Jimin kembali mengucapkan selamat tinggal. Jimin baru akan melangkah, namun ia ditarik Yoongi masuk dalam pelukannya. baiklah, biarkan Yoongi memeluk Jiminnya,
kali ini saja.
"Yoongi-ah"
"aku merindukamu"
tak ada kata lain. dia hanya ingin Jimin tau apa yang membuatnya begitu tersiksa 6 tahun ini. sedangkan Jimin tersenyum dibalik punggung Yoongi. dia membalas pelukan itu dengan belaian halus di punggung pria yang sangat dicintainya itu.
walaupun Jimin yang pergi meninggalkan Yoongi, tapi dia tidak bisa memungkiri kalau hatinya tidak bisa pergi. jantungnya masih berdetak kencang saat matanya bertemu manik coklat Yoongi, bahkan setelah 6 tahun. kupu-kupu dalam perutnya masih beterbangan saat Yoongi mengatakan bahwa adalah akronim dari nama mereka berdua, kekanakkan tapi sweet. darahnya berdesir saat Yoongi berkata bahwa pria itu merindukannya. dan tubuhnya tak bisa bergerak saat Yoongi memeluk tubuhnya.
Park Jimin masih mencintai Yoongi-nya, dan dia merindukannya.
"eomma! ppali!" suara Jungkook membuat Yoongi dan Jimin saling melepaskan pelukan mereka. Jimin menyeka air mata yang hampir jatuh dari matanya, kemudian tersenyum pada anak laki-laki itu.
Jungkook yang melihat Jimin mulai bergerak dari tempatnya, berbalik dan kembali berlari. namun sayang, pasir membuat sepatunya terasa berat dan membuatnya jatuh.
"Yah! Min Jongkook, sudah kubilang hati-hati!" Jimin meneriaki Jungkook yang baru saja bangun dari jatuhnya, nyengir pada Jimin dan kembali berlari. "yatuhan. kenapa anak itu malah mirip denganku?" keluh Jimin.
Park Jimin pergi dari sana, menyusul anaknya yang kembali terjatuh di tangga, meninggalkan Yoongi yang masih menatap 2 orang itu dengan hati yang tak karuan. dia belum bisa bergerak dari sana, dia masih terus mematai Jimin hingga punggung pria itu menghilang dibalik pintu.
Namjoon mendekati Yoongi, kalau saja bosnya itu butuh bantuan untuk berjalan -mengingat tubuh Yoongi yang kurus bisa saja terbang tertiup angin.
"dia sudah punya anak." bisik Yoongi pedih, Namjoon mendengarnya.
yah, Namjoon yang sudah lama ikut dengan Yoongi tentu saja tau kisah percintaan tragis atasannya itu. dia dulu juga cukup dekat dengan Jimin, walau tadi Jimin tidak menyapanya karna mungkin Namjoon berdiri terlalu jauh untuk dapat dikenali Jimin.
"Jimin ibunya ya? tadi kudengar dia dipanggil 'eomma'" Tanya Namjoon yang dibalas anggukan oleh Yoongi
"kau tidak kaget? pria bisa hamil"
"oh tidak, aku sudah pernah melihat hal seperti itu"
"benarkah?"
"tolong perhatikan juga bawahanmu ini, Sajangnim. Aku punya anak dari istri priaku" Jawab Namjoon dengan suara serak pura-pura merajuk. Tapi, jawaban itu malah membuat Yoongi tambah bersedih. Dia membayangkan Jimin-nya disentuh pria lain…
"namanya Min Jongkook ya?" Tanya Namjoon lagi. Yoonggi mengangguk, membuat Namjoon menggumamkan 'hmmm' panjang kemudian berkata, "ini perasaanku saja sih. kayaknya anak itu mirip denganmu, sajangnim"
Yoongi menyahutkan, "mwo?" dengan tidak bersemangat, bayangan Jimin di grepe-grepe pria lain masih melayang-layang di otaknya.
"kau tidak perhatikan ya? kulit pucatnya, mata coklatnya, rambutnya, wajahnya mirip denganmu. dan melihat tadi dia mencoba menggapai langit saat bermain, sepertinya dia juga suka langit. sepertimu. yah walaupun kelakuannya memang mirip Jimin"
"apa? ulangi lagi"
Namjoon memutar bola matanya malas. walaupun begitu, Namjoon tau dia tak harus mengulangi apa yang dikatakannya. Yoongi mendengarnya dan sekarang pria pucat itu terlihat sedang mengingat-ngingat apa saja yang terlewat oleh otak lambannya selama ini.
"umurnya 6 tahun" kata Yoongi tiba-tiba, "apa menurutmu Jimin meninggalkanku karna dia sedang hamil? Maksudku, dia khawatir orang-orang akan tau tentang hubungan kami, apalagi kalau mereka tau aku punya anak darinya. Benarkan?"
Namjoon hanya mengangkat bahu sebagai jawaban, dia yakin atasannya itu cukup pintar untuk memikirkan itu sendiri, Namjoon hanya menambahkan, "anak itu pakai marga Min. entah karna kebetulan pria lain itu juga bermarga Min atau….."
"atau Jungkook itu anakku…" Sambung Yoongi. Shock.
segala hal tentang kepergian Jimin yang ternyata selama ini berbentuk kepingan kecil puzzle kemudian saling menyatu dan melengkapi di otaknya. air mata perlahan menggenang di sudut matanya. kakinya kembali gemetar, dia bertumpu pada Namjoon di sampingnya, "cari dia, Namjoon-ah. bawa kembali Park Jimin padaku. kumohon. bawakan aku Jimin dan anak laki-lakiku"
.fin.
Review?
