Eyeshield 21 belongs to Riichiro Inagaki and Yusuke Murata.
Story by levina-rukaruka
Warning: OoC max, Typo (s), OC, dst…
[DLDR!]
[Need No Flame Reviews]
Teng… Teng… Teng…
Bel menggema dengan nyaring. Suasana ramai mendadak sepi sunyi ketika seorang pria berambut spike blonde melangkah dengan santai menuju altar. Tuxedo hitamnya rapih tertata, sepatu hitam yang ia pakai bergesekan dengan karpet merah dan menimbulkan bunyi-bunyian yang khas.
Pria beranting tersebut berdiri dengan santai sambil menunggu sang wanita. Tangannya ia lipat di depan dada, dan ia turunkan ketika dari ambang pintu terlihat seorang wanita dan seorang bapak-bapak.
Langkahnya yang anggun membuat sanga pria terpaku. Ingin sekali pria beranting tersebut melihat wajah sang wanita, tapi tak bisa karena tertutupi oleh sehelai kain tipis.
Tap, tap, tap…
Ia makin mendekat.
Tap, tap, tap…
Ia berada satu meter di depan pria itu.
Tap, tap, tap…
Wanita tersebut berhenti. Beridiri di sebelah pria beranting tersebut.
Kemudian seorang pak tua datang menghampiri. Wajahnya yang sudah keriput menunjukan kewibawaan. Dan tanpa disuruh, pak tua tersebut memulai.
Sebaris kata-kata panjang ia lontarkan untuk sang pria. Dan dengan cepat sang pria membalas kata-kata pak tua tersebut.
"Ya, aku bersedia," katanya. Pandangan pak tua itu beralih, menatap sang wanita dengan saksama. Kemudian mengulangi kalimat panjang yang ia tanyakan pada si pria tadi.
Dan seperti yang dilakukan sang pria beranting, wanita ini juga menjawabnya dengan cepat, dan tegas.
"Ya, aku bersedia."
"Dan dengan Ini, Anezaki Mamori dan Hiruma Youichi, atas nama Yang Maha Kuasa dan di saksikan oleh semuanya, kalian di resmikan sebagai pasangan suami-isteri."
WHAT THE HELL?
Anezaki Mamori terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia meringis sambil mengingat-ingat mimpinya yang 'mengerikan'
'Demi kaus kaki Flying Dutcman! Mimpi apa aku tadi?' tanya Mamori dalam hatinya. Ia mengusap peluhnya dengan gelisah, dan melirik jam yang dengan manis menempel di didinding kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukan pukul setengah enam pagi.
::
Mamori menatap pantulan dirinya dari cermin toilet sekolah. Matanya masih memerah karena ia harus bergadang semalaman menemani Hiruma mencari bahan ancaman baru untuk kepala sekolah. Oh, benar-benar iblis! Dia menyuruhku menemaninya sampai malam, dan sekarang berhasil membuat mataku bengkak, pikirnya geram.
Mamori mendengus seraya berjalan menuju ruang kelasnya. Sepanjang jalan pikirannya tentang mimpinya semalam terus berputar. Ingin rasanya Mamori membenturkan kepala pada tembok yang keras agar pikirannya tentang mimpi itu segera hilang.
"Akh! Mimpi aneh macam apa tadi malam itu? Memakai gaun putih dan menikah dengan Hiruma-kun? Yang benar saja!"
Dan beberapa saat kemudian, pikiran tersebut hilang dan tergantikan dengan kekehan Hiruma yang terdengar nyata.
"Kekeke… terganggu karena mimpimu semalam, manajer sialan?"
"Ya, dan itu hampir membuatku gila," jawab Mamori masam. Menyadari sesuatu, mata Mamori terbelalak. Oh, sayang… sepertinya teman akumamu ini mengetahui tentang mimpi 'indahmu' itu.
"Kau!" pekik Mamori. Hiruma tertawa ngakak sampai mengeluarkan air mata sesekali ia berkata, "akan kusebarkan ya-ha!"
"Mou! Bodoh, seenaknya saja menguping omongan orang. Dasar tidak sopan!" kata Mamori kesal sambil memukul-mukul punggung Hiruma dengan tangan yang terkepal.
"Kekeke, memang aku tidak sopan, kekeke…," tawa Hiruma semakin menjadi-jadi, dan semakin keras pula, mamori memukuli Hiruma.
"Memakai gaun sialan, hmph… -menahan tawa- dan menikah denganku? Kekeke… konyol!"
Wajah Mamori memerah, karena malu, dan marah. Ia memberikan tatapan diam-atau-kubunuh-kau kepada Hiruma, dan Hiruma membalas dengan tatapan konyol seolah mau bilang bunuh-saja-kalau-berani sambil tertawa keras, dan pergi menginggalkan Mamori.
"Jangan menggodaku, HIRUMA-KUN!" jerit Mamori pada Hiruma yang sudah menghilang di kerumunan siswa.
::
"Mengingat minggu ini adalah minggu terakhir kalian di SMU Deimon, sensei ingin menugaskan kalian untuk membuat karangan tentang tahun ketiga kalian. Semua kejadian yang kalian anggap terkesan, bisa kalian tulis dan dikumpulkan minggu depan," ujar Inagaki-sensei (hehehe).
"Lalu," lanjut Inagaki-sensei, "sensei juga akan memberikan tugas terakhir untuk kalian. Tugasnya berkelompok, satu kelompok ada dua orang. Berpasangan laki-laki dan perempuan. Tugasnya, mencoba salah satu permainan yang tersedia dalam festival tahunan Deimon, dan membuat rancangan taman sekolah berupa gambar."
Mamori merengut mendengar kata 'gambar'. Hah, paling ujung-ujungnya aku tidak dapat pasangan seperti tahun lalu, pikir Mamori.
"Silahkan memilih kelompoknya!" ujar Inagaki-sensei dengan riang.
Seluruh siswa –kecuali Hiruma- sibuk mencari pasangan untuk tugas tersebut.
"Yamada-san, boleh aku denganmu?" tanya Mamori.
"Ano, Anezaki aku sudah dengan Ana-san," jawab Yamada. Mamori tersenyum masam.
Hampir semua orang Mamori ajak, tapi tentu saja tidak ada hasilnya. Akhirnya Mamori hanya pasrah, dan hanya bisa berdoa agar tahun ini ia mendapat pasangan untuk tugasnya.
"Siapa yang belum dapat pasangan?" tanya Inagaki-sensei. Dengan lemas Mamori mengangkat tangan. Dan tanpa ia sadari, ternyata Hiruma juga mengangkat tangannya.
"Ng… ka-kalian mungkin bisa sekelompok," kata Inagaki-sensei. Mamori mengangkat sebelah alisnya dan melirik kebelakang. Sedangkan Hiruma mengadahkan pandangannya kedepan.
"APA!" seru mereka berdua kompak.
::
"Nomor tiga belas…," gumam Mamori sambil mencari-cari sebuah wahana permainan dengan stiker bernomor tiga belas di temboknya. Dalam hatinya Mamori benar-benar mengutuki Hiruma karena tidak mau membantunya mencari wahana yang harus mereka mainkan.
Hiruma, benar-benar menyebalkan! Dosa apa sih aku bisa satu kelompok sama Hiruma? Gara-gara mimpi itu ketauan dia jadi bisa leluasa mengancamku. Huh, batin Mamori.
"Tapi Hiruma-kun yang di mimpiku semalam, keren… ditambah dia memakai tuxedo hitam jadi kelihatan gagah, lalu aku yang jadi pengantin wanitanya." Pipi Mamori merona merah.
PLAK! Mamori menepuk pipinya.
Tidak mau menikah dengan Hiruma-kun, tidak mau, tidak mau. Mamori menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Memangnya aku sekeren itu, ya? Kekeke…"
Oh, my my... jangan lagi…, pikir Mamori sambil berbalik badan, dan melihat Hiruma yang sedang menyeringai jahil berdiri sambil memegang buku ancamannya yang terbuka.
"Wah, wah, wah… kau benar-benar mau menikah denganku, manajer sialan? Kekeke…," goda Hiruma. Wajah Mamori memerah.
"Ti-tidak!" jawab Mamori gelagapan. Seringai Hiruma makin lebar, ia berjalan mendekati Mamori.
"Yang benar?" tanyanya sambil menyentuh dagu Mamori. Refleks Mamori mundur.
"Be-beneran kok," jawabnya.
"Kekeke! Bodoh, ada orang bodoh!" ejek Hiruma gaje. Wajah Mamori yang tadinya memerah karena malu, berubah menjadi merah padam karena marah.
"Mou, hentikan! Jangan main-main, bantu aku cari wahana nomor tiga belas dong!" pinta Mamori.
"Cih, mengubah topik pembicaraan sialan," kata Hiruma. Ia merebut kertas yang bertuliskan nomor tiga belas yang sedari tadi Mamori pegang, dan kemudian melihat kesekelilingnya. Beberapa detik kemudian, Hiruma memandang Mamori dengan wajah anehnya.
"Kau itu buta atau bodoh sih? jelas-jelas nomor tiga belas itu bangunan sialan yang ada di sebelahmu,"
Mamori tak menggubris Hiruma. Ia menoleh dengan cuek. Ternyata benar, wahana bernomor tiga belas adalah bangunan kecil berwarna ungu-hitam dengan gambar topi penyihir yang ada di sebelahnya.
Ia melangkah mendekati bangunan tersebut, dan membaca papan yang terdapat di depan pintu masuk bangunan kecil tersebut. Alisnya terangkat heran, dan kemudian semburat merah muncul di pipinya.
"Aku tidak mau masuuuuuuuuuuuuuuuuuuk…!"
"Tch, memangnya ini wahana permainan ya?"
[Impossible chapter 1: Prolog. End.]
Ng… halo! Gaje ya? Saya tau. Chaos? Banget. Abal? Pasti. Udah lama nggak buat cerita bikin saya kagok, dan terciptalah fic gaje ini, yey! #bangga. Lalu, untuk: Dreamer, nasaka, Iin cka you-nii, Mitama 134666, DarkAngelYouichi, Aeonflux15, kazumi sii ankatsu, dan undine-yaha terimakasih banyak karena sudah meluangkan waktu untuk mereview fic saya yg "You".
em… menurut kamu fic ini mending saya lanjut atau saya delete? Mohon pendapatnya ya. silahkan review untuk memberikan tanggapanmu.
Review please, kritik dan saran di persilahkan ^^
