The Moon and The Sun

Naruto Fanfiction

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Pairing : Naruto & Sakura

Genre(s) : Romance, Hurt/comfort, Family,Drama

Rate : T

Warning : OOC,AU,Siscon,Typo(s),gaje, nonsense, bosenin, bikin naik darah(maybe?)

Summary:

"Seumur hidup, hanya Kakashi-nii saja yang akan kupanggil Oniichan, Bakaniki! SELAMANYA! " Sudah berulang kali Sakura menyatakan hal itu pada kakak keduanya― Sasori. Sasori adalah seorang kakak yang batas sisconnya sudah hampir melampaui batas normal. Hal itulah―dan sebuah alasan lagi yang entah kenapa tak bisa ia ingat― yang membuat Sakura agak berjaga jarak dengan kakaknya itu. Karena sikap Sasori itu pula, Sakura sulit mendapatkan kisah cinta yang berkesan.

Yaaaa, sebentar! Sebelum kita melanjutkan fic ini, ada satu hal yang akan Miu jelaskan ,agar tak timbul kesalahan yang fatal.. Disini, Miu memasukkan tokoh Kakashi sebagai kakak pertama, Sasori sebagai kakak kedua, dan Sakura sebagai adik. Berhubung Kakashi―sang kakak pertama― memiliki nama keluarga "Hatake" , jadi Miu memutuskan untuk membuat nama keluarga mereka (baca : Sasori,Sakura,Kakashi,dan orang tua) menjadi Hatake. Kuharap kalian semua bisa menerima(?) nama keluarga yang Miu tentukan yaa hihi~ Ah, terus, Miu ucapkan salam perkenalan ya. Miu newbie disini, dan ini fic miu Miu yang pertama. Mohon bantuannya Saa~ Enjoy, minna!

Chapter 1 : Bakaniki, stop it!

TAP TAP TAP TAP

Suara langkah kaki terdengar di lantai dua kediaman Hatake. Mereka baru saja pindah rumah dua hari yang lalu ke Konoha. dari Amegakure.

GREEEEKKKK!

Pemuda bersurai merah itu menggeser pintu kamar adik perempuan satu-satunya itu. Ternyata ia tidak menemukan sosok adik kecilnya itu. Ia menjelajah isi kamar adiknya. Mulai dari lemari, kolong tempat tidur, bahkan sampai kotak sepatu. Ia tak menemukan kehadiran adiknya disana. Sampai saat ia menatap pintu biru dekat lemari baju adiknya― pintu kamar mandi.

Jantung pemuda itu mulai berdegup. keringat muncul dari pelipisnya.

'A.. Apakah harus.. Kubuka sekarang? ' Pikirnya.

Jujur saja, tujuan utamanya saat menatap pintu kamar mandi yang tertutup itu ialah untuk mencari sosok adiknya dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Tapi, lambat laun "Siscon Alert"-nya mengeluarkan deringan pelan di otaknya yang sudah terkontaminasi oleh adik perempuannya itu. Terbayang olehnya, saat ia membuka pintu kamar mandi itu, ia melijat sosok adiknya sedang berendam dan berkata..

"Nii-chan, tolong bantu aku menggosok punggungku!" sambil memegang spons yang berbusa

Wajah pemuda itu panas sejadi-jadinya. uap panas keluar dari telinga dan otaknya seperti kereta api uap di kartun-kartun kereta api.

Begitu sadar, ia langsung mengibas-ngibaskan tangannya ke arah uap yang dikeluarkannya tadi.

"Yosh.. kita buka.. Satu.. Dua..!" Tangan kirinya mengepal erat, sementara tangan kanannya memegang kenop pintu kamar mandi.

"...Tiga!"

GREK..!

Hasilnya...

Kosong melompong.

Tidak ada kehadiran adiknya disana. Tiba-tiba ia mendengar dengkuran halus dari belakangnya. Pemuda itu, singkat saja― Sasori menoleh ke arah belakang. Tidak ada siapa –siapa. Ia baru saja akan bergidik ketakutan ketika ia melihat pintu beranda ternyata sedikit terbuka sejak tadi. Ia berjalan pelan menghampiri beranda kamar adiknya itu. Ia membuka pintu itu

DUKK!

Ternyata pintu itu terhalangi oleh sesuatu, ia menoleh ke belakang pintu. Ternyata adiknya tertidur dengan keadaan bersandar di dinding samping pintu beranda.

"Aah, ternyata kau disini Saku.. Hei, bangun yuk ah.. Waktunya makan malam. Kaa-san pasti sudah marah karena kita terlambat datang makan malam." Ujar Sasori sambil mengguncang pelan tubuh adiknya―Sakura.

Gadis memiliki warna rambut merah muda layaknya bunga Sakura ini hanya bergumam tak jelas sambil mengecapkan lidahnya berulang kali

"Hamburger keju panggang satuuu~ hm.. nyam nyam"

Sasori tertawa pelan melihat tingkah adiknya itu..

"Manis sekali.. Kalau saja ia tak mengamuk saat aku dekati, pasti setiap saat aku akan menyua[inya makan,menggosok punggungnya saat mandi, menyiapkan seragamnya, pergi sekolah bersama, menonton bersama, tidur bersama, dan menonton anime bersama.. Ah~ asyiknya.." pikir SasorI, sepertinya pikirannya sudah berada di surga sekarang

Tangan Sasori menyentuh pipi Sakura, ia mencubitnya gemas

"Hei, Saku –chan.. Biar nanti niichan yang membuatkan hamburger keju panggangnya. oh, iya dengan tambahan salad buah kesukaanmu. Tapi, sekarang kau lekaslah bangun.. Kaa-san menunggu. Kau tak ingin kaa-san kecewa kan, Saku?"

Jemari sasori terus mencubit gemas pipi chubby adiknya itu. Respon tak terduga muncul dari Sakura. Sakura malah menggesekkan pipinya dengan tangan Sasori, seketika itu pula wajah Sasori memerah

"KA... KAWAIII! KYUUUU~~NNN" dalam hatinya, Sasori sudah menari-nari kegirangan

-15 menit kemudian-

Sasori masih terus menggeluti dunia khayalannya sampai adiknya itu tiba-tiba menggeliat.

"Ngh.. Aku lapar.." Ujar Sakura pelan, Sakura merasa disebelahnya ada hawa tidak mengenakkan

Ia melihat sosok kakaknya yang sedang menatap langit-langit sambil tetawa pelan tidak jelas

"Ba.. Bakaniki? Nani shite iru?" Sakura menatap Sasori keheranan

Ah, berkat sapaan Sakura (Yang menurut Sasori sapaan seorang bidadari) , Sasori akhirnya terbebas dari khayalan tentang adiknya.

"A.. Ah, Sakura..! Sudah waktunya makan malam.. Ayo makan!" Sasori menarik tangan Sakura pelan. Tiba-tiba, Sakura menepisnya

"Lepaskan tanganku, aku bisa bangun sendiri Bakaniki.." Sakura beranjak pergi meninggalkan kamarnya, dan meninggalkan Sasori pula tentunya. Sasori hanya terdiam

'Aah.. Sampai sebegitunya kah? Padahal sampai sekarang ia tak ingat apapun akan hari itu..' Sasori menghembuskan nafasnya sebelum ia meninggalkan kamar Sakura. Baru saja beberapa langkah ia melewati pintu kamar Sakura, ia mendapati adiknya sedang berteriak kaget

"HAAAAH?! Bagaimana mungkin kalian menghabiskan semuanya?! Sedikitpun tidak disisakan?!" Sakura histeris, Sasori hanya bertanya-tanya sendiri

"Itu salah kalian.. Kaa-san sudah lama menunggu kalian di ruang makan, karena tidak datang juga ya kaa-san habiskan semuanya. Tentu saja bersama Kakashi dan ayah.. Ne? Kashi?" Akako Haruno―Ah, lebih tepatnya Akako Hatake, ibu dari Kakashi, Sasori dan Sakura dan merupakan istri dari Sakumo Hatake. Akako menoleh kearah Kakashi dengan penuh harap. Ia ingin Kakashi membenarkan pernyataannya

"Aah, begitukah? Aku hanya makan sedikit hari ini.." Ucap Kakashi sambil terus membaca bukunya yang tebal. Yah, kira-kira 4cm. Seketika itu pula muncul perempatan di kepala sang ibu.

"Kakashi! Ucapanmu itu seakan-akan berkata bahwa akulah yang menghabiskan semuanya! Bagaimana denganmu dan ayah? Kalian juga 'kan ikut makan! Huh!" Akako mendengus kesal,, ia melipat tangannya di dadanya.

"Ayah, bukan aku saja yang menghabiskannya kan?" Lagi-lagi, akako meminta seseorang untuk membenarkan pernyataannya

"Hmm? Begitu.." Bagus! Respon yang sama dari kedua orang yang secara fisik lumayan mirip ini, membuat Akako memulai dramanya

"Begitu? Itu saja? Kau mengecewakanku! Kau pikir sudah berapa lama aku menunggu jawabanmu? Kupikir yang meluncur dari mulutmu adalah kalimat yang dapat menghibur perasaanku, tapi.. Ternyata.. Inikah? Yang kutunggu selama ini ternyata sia-sia saja!" Akako menutup wajahnya, tiba-tiba mengalir cairan dari pelupuk mata akako,yang diyakini oleh ketiga anaknya adalah 'Obat mata'

Merasa tertarik, Sakumo ikut memulai dramanya juga dengan menjawab dari wanitanya itu

"Aku lagi, aku lagi.. Mengapa semuanya menjadi salahku? Tidakkah kau berpikir bahwa Kakashi juga berkata sesuatu yang lebih kejam dariku? Kau pun tidak mau mengakui kesalahanmu menghabiskan jatahmu dan kedua anakmu yang lain! Sakumo meletakkan punggung tangannya di dahinya

"Kalau begitu, salahkan lambungku yang selalu berteriak minta makanan, jangan aku!" Akako mulai menyalahkan salah satu organ dalam tubuhnya yang tak bersalah

"Maka dari itu, mengapa dari tadi kau menyalahkanku?!" Sakumo pun membalas ucapan Akako lagi.

Sakura hanya menatap kedua orang tuanya dengan tatapan bosan, Sasori melongo tak eprcaya meskipun ia sudah sering melihat adegan drama kedua orang tuanya yang tak kunjung usai, sementara itu Kakashi tetap asyik dengan bukunya sambil mengeluarkan ipod dan earphone.

"Cih.. Menggelikan.." Ujar Sasori. Sakura melangkahkan kakinya kembali ke lantai dua, ia menuju kamarnya

"Sa.. Saku! Mau kemana?" tanya Sasori

"Ke kamar.. Mau tidur" Tidur? Saku.. Kau bahkan baru saja bangun dari tidurmu!

'A.. Aku ikut!" Sasori mengikuti langkah adiknya menuju kamar Sakura, sesampainya ia di depan pintu kamar Sakura, Sakura mendelik..

"Pergi.. Kau punya kamarmu sendiri,kan?" Ujar Sakura sambil menutup pintu kamarnya

Sasori terdiam di depan pintu kamar Sakura. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya sendiri.

*5 menit kemudian*

TOK TOK TOK!

Pintu kamar Sakura diketuk perlahan, Sakura yang sedang duduk di depan komputernya langsung beranjak dari kursi dan membuka pintu kamarnya, seketika itu raut wajah Sakura yang tadinya masam, berubah menjadi ceria..

"Kakashi-nii!" Sakura memeluk tubuh ramping Kakashi yang membawa nampan di sebelah tangannya

"Saku, kau lapar? Ini, nii-chan buatkan makanan dari bahan-bahan yang ada di kulkas.. Makanlah" Ujar Kakashi sambil mengelus rambut adik perempuannya itu.

"Iya niichan! Saku lapar sekali, untung ada nii-chan!" Sakura melepaskan pelukannya pada Kakashi dan mengikuti Kakashi yang berjalan ke arah meja komputer Sakura. Kakashi menyimpan segelas susu putih dan omelette daging+melted cheese kesukaan Sakura.

Sakura mengambil sesendok makan omellete-nya dan menyuapkan ke mulutnya

"Ah, enak! Kakashi-nii mau? Biar Saku suapi! Aaaaah~" Sakura membuka mulutnya lebar-lebar sambil mengarahkan sesendok omellete pada mulut niichannnya.

"Baik,baik biar kumakan.. Aaam.." Kakashi memakan sesendok omelette itu. Kakashi pun berdiri, Sakura yang sedang duduk di kursinya langsung beranjak dari kursinya

"Kakashi-nii mau kemana?" Tanya Sakura

"Mau ke kamar.. Aku akan mengerjakan tugas kuliahku.." Jawabnya sambil melirik Sakura.

"Kerjakan disini saja,ya? Kakashi-nii temani Sakura disini,ya nii-chan ya?" Sakura menggenggam erat lengan Kakashi

"Baiklah, aku kerjakan disini saja. Aku ambil bukuku dulu" Ujar Kakashi

Kakashi pun mengambil beberapa buku dari kamarnya, dan ia sibuk membaca-baca buku itu dan sesekali ia menulis sesuatu dari buku yang ia baca ke buku tulisnya. Sakura menatap kakak pertamanya yang tampan itu.. Tubuh ramping tapi atletis dengan lengan yang lumayan berotot juga, pasti karena setiap pagi Kakashi selalu berolahraga ringan. Kulit putih, bibir tipis, rambut perak yang halus dengan arah yang melawan gravitasi. Tiba-tiba, Kakashi berhenti menulis, ia kemudian bertanya sesuatu kepada Sakura

"Ah, Saku.. Ada yang ingin kutanyakan.." Ujar Kakashi sambil menutup bukunya, ia meletakan kanannya di pipinya, dan tangan kirinya di meja

"Aaah, silakan niichan! mau bertanya apa?" Ujarnya sambil tersenyum

"Ssudah lama aku merasa heran dengan ini.. Yang ku tahu, kau dan Sasori itu sangatlah dekat.."

'Ah, Sasori-nii lagi' pikir Sakura

"...Aku heran, semakin lama, kau semakin menjauhinya.. Bahkan menghindarinya dimanapun.." Mata kakashi menatap Sakura lurus..

"Jadi? Apa hubungannya dengan Sasori? Kakashi-nii?" Tanya Sakura. Kalau masalah Sasori, ia tak ingin berbasa basi

"Yah, intinya aku ingin bertanya padamu.. Mengapa kau menjauhi Sasori?"

Pertanyaan Kakashi benar-benar membuat Sakura terdiam beberapa saat.. Kini, Sakura sedang memeluk gulingnya di tempat tidur.. Pertanyaan Kakashi bebrapa jam yang lalu membuatnya tak bisa memejamkan mata untuk tidur, padahal pagi hari ia harus berangkat ke sekolah barunya. Ia sengaja pindah dari Amegakure saat ia sudah lulus SMP. Ia memutuskan untuk meneruskan SMAnya di Konoha

*Flashback On*

"Yah, intinya aku ingin bertanya padamu.. Mengapa kau menjauhi Sasori?"

Sakura terdiam.. Ia tak menyangka ternyata pertanyaan dari kakaknya adalah pertanyaan semacam itu.

"A..Aku.. Aku tidak tahu.. Aku.. Ini.. Tiba-tiba.. Siang itu.. Hari itu.." Sakura terbata-bata, otaknya sulit mengingat kejadian lampau itu. Ia bahkan tak tahu apa yang membuat ia menghindari Sasori sampai seperti ini.. Kesannya seperti ia sangat membenci kakak keduanya itu.

Sakura tertunduk, ia tak tahu apa yang harus ia katakan, berpikir pun sulit untuknya.. Saat ini, otaknya serasa kosong. Kakashi hanya melihat adiknya dengan santai. Ia beranjak dari duduknya, kemudian ia mengelus puncak kepala Sakura.

Sakura mendongak.

Kakak pertamanya itu tngah tersenyum padanya

"Baiklah. Aku tak memaksamu. Tapi, jika kau menjauhinya ingat satu hal.. Tolong ingat kata-kataku ini"

Kakashi membisiki Sakura dengan kalimat yang bahkan sama sekali tak pernah Sakura pikirkan sebelumnya. Ia hanya berpikir yang penting ia bisa menjauh dari Sasori.

Mata Sakura membelalak saat ucapan Kakashi itu tertangkap oleh sinyal di otaknya..

'Benar.. Juga.. '

Kakashi pun mengambil buku-bukunya dan segera meninggalkan Sakura di kamarnya

"Yah.. Oyasumi, Saku.." Ujar Kakashi sambil menutup pintu kamar Sakura

*Flashback off*

Sakura membalikkan tubuhnya sambil terus memeluk gulingnya dengan erat

'Ya.. untuk masalah itu, aku sama sekali tidak tahu alasannya. Pemikiran harus menjauhinya seperti ini datang secara tiba-tiba saat aku terbangun waktu itu.. Sampai sekarang aku bingung.. Alasan apakah yang membuatku seperti ini?' Sakura memejamkan matanya beberapa saat. Kemudian ia membuka matanya kembali.. Kemudian matanya menatap bingkai foto kecil yang ada diatas lemari kecil disamping tempat tidurnya.

"Aku.. Kakashi-nii dan.. Sasori" Ia kembali memanggil Sasori dengan namanya saja.. Tidak ada kata-kata 'Kakak' yang menghiasi ujung nama Sasori seperti halnya Kakashi.

Foto itu.. Mereka yang sedang liburan di pinggir pantai. Wajah polos anak kecil yang menyiratkan kebahagiaan pada kedua nii-channya―khususnya Sasori, sudah tak tampak lagi pada diri Sakura saat ini. Sakura hanya menunjukkan senyumnya pada Kakashi.

Di foto mengangkat tangannya tinggi-tinggi dibelakang istana pasir yang dibuatnya entah kapan bersama kedua kakaknya.. Sakura yang sedang merangkul Sakura dengan bahagia, dan Kakashi yang masih memegang sekop sambil berjongkok disamping istana pasir itu. Berulang kali Sakura ingin bernostalgia tentang masa kecilnya. Jangankan seluruh kisah masa kecilnya,bahkan kejadian yang menurutnya 'berkesan' saat melihat foto ini pun ia tidak ingat.. Ia tak dapat mengingat kapan foto ini diambil.

Ia sudah berkali-kali memeriksa tubuhnya, barangkali ada bekas luka yang dapat membuat Sakura berpikir bahwa dia pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia hilang ingatan. Tapi hasilnya nihil. Tidak ada luka disekujur tubuhnya maupun dahi lebarnya. Apa mungkin ada suatu hal yang terjadi pada Sasori sehingga untuk melupakannya ia jadi menjauhi Sasori?

Kembali, ia teringat pada kata-kata Kakashi yang tadi..

'Sasori adalah manusia biasa, apapun kesalahan yang dibuatnya itu hal yang wajar karena setiap manusia pasti berbuat kesalahan. Tapi jangan sampai kau memutuskan untuk menjauhinya atau bahkan membencinya. Karena disaat dia sudah tiada, kau akan menyadari bahwa keputusanmu untuk membencinya adalah suatu kesalahan fatal,dan kau bisa menyesal seumur hidup karenanya. Bagaimanapun, kita adalah saudara.. Dan juga, ingat-ingatlah bahwa Sasori selalu menyayangimu sampai terkadang ia melupakan dirinya sendiri hanya karena semuanya ia lakukan untukmu,Sakura.. Ingat itu'

Tiba-tiba, setetes air mata mengalir ke pipi Sakura.

Tsuzuku

Waaah, Chapter 1 selesai, saatnya Chapter 2

Ah, minta pendapatnya ya minna, review ya Boleh flame,asal membangun ya.. Maaf juga untuk fans nya Sasori karena Sasori aku buat jadi Over-Siscon dan maaf juga karena sikap sakura yang seenaknya pada Sasori.. Di chapter ini, Naruto memang engga muncul, tapi di Chapter depan pasti muncul okeee ;)

Review please, hihi chuu~

With Heart, Miu