(-^Masashi Kishimoto©Naruto^-)

Rate: M, T, K+, K. author menggunakan semua jenis rate, jadi jangan heran

Warning: BL, YAOI, TYPO(s), EYD, dan beberapa kata-kata yang kasar

Pair Sasuke Uchiha X Naruto Uzumaki

(-^Author by : Thy Uchiuzu^-)

Don't like Don't read

JAIL

Rantai belenggu pengikat kehidupan, mengikatku pada sebuah takdir tak terlihat. Ini lah awal dari kehidupanku. Sebuah perasaan, yang merumit, yang tak aku tahu kapan bermula, dan kapan berakhirnya. Tak perduli, berapa tahun aku hidup, dan berapa kali aku dihidupkan. Ada rasa gelisah yang menghantuiku. Dan saat itu, aku baru menyadari, kalau takdir yang mengikatku itu adalah CINTA.

Perasaan

SASUKE POV

Namaku Uchiha Sasuke. Aku adalah anak sulung dari keluarga Uchiha. Sifatku yang dingin dan arogan membuatku sangat terkenal di kota Otogakure. Selain itu, wajahku yang tampan dan kepintaran Uchiha yang menurun padaku, membuatku sempurna di mata perempuan mana pun. Aku adalah salah satu penghuni dari murid Otogakure Senior High School. Sekolah terbaik di kota Otogakure. Kehidupan keluargaku sangat kaya, kami keluarga Uchiha adalah pemegang rekor orang terkaya di lima Negara besar. Selain itu semua, keluarga kami sangat terkenal, khususnya di kota yang kami tinggali sekarang. Wajah kami selalu mampir di media cetak maupun di media elektronik. Sekarang aku hidup dengan kakak laki-lakiku setelah kematian kedua orang tua-ku 3 tahun yang lalu. Kehidupanku tak kurang apapun. Kami adalah keluarga yang memiliki berpuluh-puluh perusahaan terbesar di negeri ini, Uchiha adalah keluarga terhormat, dan satu lagi yang tak bisa ditutupin dari keluarga kami, Uchiha adalah keluarga Bandit yang kebal hukum. Tak ada satupun hukum yang bisa mengikat keluarga Uchiha. Kehidupanku sangat membosankan, terpenjara di dalam kekangan kakak laki-lakiku, dan harta yang berlimpah. Aku tak mempunyai satu teman pun yang berteman dengan ku karena ketulusan hati mereka, teman-temanku semua adalah penjilat yang berkedok teman, selain itu, seluruh perempuan yang pernah menjadi pacarku pun juga sama, hanya perempuan pemuas hasrat sex-ku saja, perempuan penjilat yang aku buang setelah aku menikmati tubuh mereka. tapi ada satu orang yang membuat hidupku berubah. Dia seorang laki-laki manis yang aku temui di sebuah 'Warnet' di kota 'Hi' tepatnya di desa Konohagakure. Mungkin kalian akan bingung, bagaimana bisa orang kaya raya seperti aku ini yang sudah pasti memiliki computer bahkan laptot berpuluh-puluh di kamarku dan jaringan internet disetiap computer dan laptopku, dapat mampir di sebuah Warnet di desa terpencil yang berjarak 1 jam dari kota Oto. Itu karena, hanya desa itu lah yang penduduknya tak banyak mengenal keluarga Uchiha seperti aku ini, hanya sebagian kecil dari mereka yang mengenal keluarga kami. Aku selalu memandangi laki-laki manis itu dari balik dinding penutup di warnet itu, laki-laki itu sering sekali menggunakan kamar bernomor 5 di warnet bernama 'Akatsuki' yang di jaga oleh laki-laki berambut jingga yang memiliki picis di hidungnya. kalau tak salah nama laki-laki yang menarik perhatianku itu bernama Naruto. Dia pemuda yang menarik dan hiperaktif, memiliki banyak teman dan selalu terlihat ceria, sangat berbeda dengaku. Tubuhnya yang mungil, bibir yang menggoda dan kulit tan-nya itu membuat aku ingin mencicipi seluruh yang ada di tubuh itu. memang aku belum pernah bercinta dengan laki-laki. Tapi kelihatannya keinginanku untuk memilikinya bukan hanya karna aku ingin mencicipi tubuh mungil itu, tapi karena aku mencintainya.

Terserah kalian mau bilang aku apa. Tapi yang jelas, pemuda yang kelihatannya lebih tua beberapa tahun dari ku ini sudah membawa hatiku. TUA…? hahaha…, mungkin kalian berfikir apa maksud dari kata 'Tua' itu. yah, pemuda itu sudah menjadi seorang mahasiswa di desa Konohagakure. Universitas yang lumayan besar di Negara 'Hi'. aku mengetahui dia seorang mahasiswa dari apa yang dia bicarakan dengan temannya bernama Kiba. Dia sering menceritakan dosennya yang menurutnya menyebalkan, anak bayi pun pasti tahu kalau panggilan dosen hanya ditunjukan untuk guru di sebuah perguruan tinggi.

Aku pernah bertanya pada penjaga warnet bernama Pain itu tentang anak bernama Naruto itu, dia sangat mengenal Naruto, dia bilang kalau pemuda itu adalah anak tunggal dari suami-istri Minato dan Kushina, dia juga seorang mahasiswa semester 3, berumur 19 tahun, hei…, itu bedah 3 tahun dari umurku, yang baru berumur 16 dan baru duduk di bangku SMA kelas 2. Naruto salah satu pelanggan tetap di warnet ini. Pain adalah senior Naruto di Universitas Konoha. Biasanya Naruto datang ke sini bersama teman-teman kuliahnya bernama Kiba, Gaara, Shikamaru, Lee, Sasori, Chouji, Shino, dan beberapa teman lainnya. Naruto dapat duduk di warnet ini berjam-jam, itu karena dia sering membuka game online dan chating di warnet ini. Sebenarnya kedatanganku pertama kali ke warnet ini hanya untuk main-main, tapi, semenjak pertemuan ku dengan Naruto, aku jadi sering mengunjungi warnet ini, dan setiap aku mengunjungi warnet ini, aku pasti bertemu Naruto, Naruto tak pernah menyadari kalau aku sering memperhatikannya setiap saat.

Hari ini aku bermaksud untuk pergi ke sekolah. Dengan menggunakan seragam sekolah, kemeja kotak-kotak berwarna biru muda dan celana panjang berwarna biru, aku turun dari tangga agak tergesa-gesa. Seragam sekolah ku biarkan keluar dan tas coklat aku sandang di bahuku.

"Otouto…, mau kemana kau?" aku menoleh kearah sumber suara berat itu. ini suara laki-laki yang 3 tahun terakhir ini selalu mengekangku dengan aturan keluaraga laknat ini.

"Bukan urusanmu Itachi." Gertaku dengan muka datar ciri khas ku.

"Takbisa 'kah kau berkata sedikit lembut pada kakakmu ini Sasuke?" aku menatapnya dengan sorot mata tajam, laki-laki yang lebih tua dariku 7 tahun itu berdiri dari kursi malasnya mendekatiku.

"Kakak? Jangan berharap banyak dari jabatamu sebagai kakak-ku berengsek." Itachi melenggang maju menuju sebuah meja kecil yang banyak sekali tumpukan buku diatasnya, mengambil selembar amplop putih dan menyodorkannya kearahku.

"Aku sekarang wali, kakak, sekaligus orangtuamu, jadi aku minta kau sedikit hormat terhadapku Sasuke." Mata hitam yang sama dengan ku itu beradu dengan mataku. Kami saling menatap dalam diam.

"Aku bukan budakmu yang bisa kau kekang dengan peraturan aneh darimu itu Itachi." Dia tersenyum kearahku, senyum iblis mengerikan.

"Ck, itu juga untukmu Sasuke. Setelah aku, kau lah yang akan menerima semua kekayaan Uchiha ini." Aku menggerutuk dalam hati, bagaimana bisa aku dilahirkan dari keluarga seperti ini.

"Aku tak butuh harta Uchiha ini." Aku berseru tepat didepan mukanya. Dia masih tersenyum meremehkan kearahku

"Kau kira seluruh fasilitas-mu itu dibeli pakai apa? Mobil, motor, HP, bahkan biaya sekolahmu itu. kau kira itu di bayar pakai apa hah? Itu semua dibayar pakai kekayaan Uchiha, nama besar Uchiha, dan keagungan Uchiha inilah yang membuat kau bisa seperti ini Sasuke, karena nama Uchiha yang kau sandang itulah yang membuat kau berdiri di atas angin sekarang." Aku mengepal genggamanku kuat.

"Brengsek, mati kau Itachi." Kepalan itu melayang menuju wajah Itachi, tapi segera di tangkis oleh bodyguard-nya. Dan salah satu bodyguard yang lain menodongkan pistolnya tepat di belakang kepalaku.

"Jadilah adik yang manis Sasuke. Apapun itu kau tak bisa melawan kekuasaanku sekarang." Dia memberikan amplop putih yang dari tadi dipegangnya, aku menatap amplop putih itu, "Ini aku temukan di kamarmu, surat panggilan untukku, sebenarnya apa lagi yang kau lakukan?"

"Itu bukan urusanmu." Tangan panjang Itachi mengangkat dagu-ku kasar, sehingga mata onyx kami beradu.

"Aku Tanya sekali lagi, apa lagi yang kau perbuat di sekolahmu Sasuke?"

"Sudah aku bilang itu bukan urusanmu."

Itachi melepas genggaman tangannya di daguku, dan kembali duduk di kursi malasnya sambil melipat kaki kirinya dan menaruhnya di atas paha kanannya.

"Kau buat keributan lagi di sekolahmu, membawa senjata tajam, selalu membolos, dan melukai salah satu guru di sana. Apa separah itu kelakuanmu?" aku tak berani menatap matanya lagi, pikiranku kosong, aku terkejut, bagai mana dia tahu semua keburukanku di sekolah.

"Tahu dari mana kau?"

"Hattake Kakashi. Dia selalu mengawasi-mu Sasuke."

Kakashi adalah orang kepercayaan Itachi, dia memang bertampang biasa. Tapi perbuatan criminal nya sangat banyak. Yang aku tahu, Kakashi pernah membunuh 10 orang pembeli alat-alat militer dari perusahaan Uchiha, dan ternyata Uchiha di tipu. Akhirnya Kakashi turun tangan sendiri untuk melenyapkan mereka.

"Kau menyuruhnya untuk mengawasiku?"

"Ya, kau benar. Kalau tak begitu bagaimana aku tahu tentang semua keburukanmu."

"Apa lagi yang dia katakana padamu tentang keburukanku." Itachi menghela napas berat. Mata onyx itu tak lepas menatapku.

"Kau selalu mempermainkan persaan gadis-gadis, menidurinnya lalu melepasnya begitu saja. Tak pernah membuat tugas. Dan tak pernah memperhatikan guru saat mengajar."

"Aku rasa itu bukan urusan yang penting bagimu 'kan Itachi?" Aku tersenyum meremehkan kepadanya. Dia membalas senyum itu.

"Senjata tajam? Kau membawa pistol dan beberapa pisau untuk melukai gurumu. Aku mau Tanya, dapat dari mana kau barang-barang seperti itu?"

"Kakak-ku seorang penjual senjata, perusahaan elektronik dan perusahaan tekstil itu hanya kedokmu saja 'kan Itachi?"

"Jadi kau mengambil barang-barang itu dari gudang penyimpanan senjata?" dia terlihat terkejut dengan ucapanku barusan.

"Hei Aniki…, bukan Cuma kau yang punya bodyguard, aku juga punya. Setengah dari bodyguard-mu ini adalah bodyguard ku bukan? lagi pula keluaga Uchiha kebal hukum, menembak orang sampai mati pun juga tak akan masuk penjara." Mata hitam itu bergerak mengambil pistol di atas meja dan menodongkan pistol itu tepat di dahiku.

"Otouto, saat aku menekan pelatuk ini, keningmu akan bolong, nyawamu pun akan menghilang. Saat itu aku akan kehilangan adik ku satu-satunya, dan aku tak akan masuk penjara karena membunuh seorang Uchiha termuda di keluarga Uchiha. Kira-kira perasaanku saat itu akan hancur karena kehilangan adikku satu-satunya. Kau tahu Sasuke, begitu pula dengan keluarga orang-orang yang kau sakiti itu."

"Bukankah itu menyenangkan Itachi. Melihat mereka menangis, itu membuat hatiku senang Aniki."

"Kau sudah gila Otuoto. Apa perasaanmu itu sudah mati." Dia berseruh keras kearahku.

"Aku sudah bilang berkali-kali brengsek, jangan pernah mencampuri urusanku." Aku melenggang pergi meninggalkannya sendiri.

(-^Thy^-)

Mobil sport-ku melaju kencang di jalan aspal mulus ini. Sesekali aku mendengar teriakan para pejalan kaki yang hampir ku tabrak. Tujuanku kali ini adalah tempat yang membosankan ' Sekolahku'. Saat sampai di tempai itu, aku memarkirkan mobilku dan berjalan angkuh menyelusuri koridor sekolah.

TAP…TAP…TAP…

Derap langkahku memenuhi koridor sekolah itu.

"SASUKE-KUN…"

Ck, itu suara menyebalkan dari gadis-gadis yang memujaku. Gadis-gadis itu berteriak seperti orang kesurupan saja. Aku benci suara cempreng itu, suara yang selalu merusak gendang telingaku saat aku mendengarnya.

"Kyyaaaa Sasuke-kun. Aishiteru." Bahkan ada yang dengan gamblang meneriakan kata-kata 'aishiteru' untukku. Hei…, yang benar saja?

Kaki jenjangku menelusuri kerumunan gadis-gadis menyebalkan ini. Menuju kelas ku. Saat aku memasuki kelas itu, aku disapa oleh sorakan gembira para manusia bergender perempuan di dalam kelasku.

"Ohayo Sasuke-kun."

"Hn." Aku melewati mereka, menuju tempat duduk ku di meja paling sudut. Aku mengambil Ipod ku dan memasang handset-nya di telingaku.

"Pagi anak-anak. Hari ini kita akan mengadakan ulangan, jadi kalian aku beri waktu 15 menit untuk menghapal semua materi yang sudah kita pelajari." Guru berambut perak berkuncir dan memakai kacamata itu meletakan buku-buku yang dia bawa ke atas meja. Aku segera berdiri dan menyambar tas coklatku berjalan meninggalkan kelas itu.

"Mau kemana kau Sasuke?" aku menoleh kea rah guru berambut perak itu.

"Bukan urusanmu Kabuto-sensei. Dan jangan menggangguku" Aku hendang melenggang pergi, tapi tangan guru bernama Kabuto itu menahan bahuku.

"Sebentar lagi ujian, aku harap kau mengikuti ujian kali ini." Aku mengambil pisau lipat di saku celanaku. Menusuk perut guru itu.

"Akkhh…"

"Kyyaaaaa.." teriak para penghuni kelasku.

Darah segar mengalir dari perut guru muda itu.

"Sudah aku bilang jangan menggangguku bukan." aku menatap guru itu tersungkur dihapanku. Sorot mata dingin ku edarkan pada sosok yang menahan sakit di hadapanku saat ini. Aku berjongkok, dan menarik pisau lipatku itu dengan paksa.

"Aakkkhhhh uhk..uhk.." guru itu meraung keras . aku mengelap pisau itu dengan sapu tangaku, dan menyimpannya kembali di saku celanaku.

"Mau melaporkan kepolisi? Silahkan saja, itu percuma." Aku melangkah pergi meninggalkannya tersungkur di lantai.

aku melangkah pergi meninggalkan sekolahku menuju desa Konoha. Saat sampai di sebuah warnet, aku melangkah masuk menuju warnet itu, lalu melangkah menujuh sebuah kamar yang didepannya bertuliskan angkah 8 di luarnya. Aku memang suka dengan tempat itu. kamar bernomor 8 ini membuat aku mudah menghadap kamar bernomor 5 di depanku dan melihat Naruto. Saat aku menujuh ruangan bernomor 8 itu, aku melirik ke tempat dimana Naruto sering menempatinya. Masih kosong, pasti pemuda itu belum datang.

Tiga jam sudah aku menunggu di warnet itu, sampai suara cempreng yang berbeda dari suara cempreng perempuan yang selalu meneriakan namaku itu memasuki warnet ini. Aku menoleh kearah Naruto yang baru memasuki ruangan itu.

"Woi…, kalau selesai beri tahu aku ya." Dia menjerit dari ruangan itu.

"Naruto. Jangan berisik." Pemuda berambut merah bata menjewer kupingnya. Pemuda manis itu mengaduh sakit. Ah…, suara yang seksi. Aku ingin tahu, bagai mana suara itu meneriaki nama ku saat aku memasuki tubuhnya.

Entah bagaimana, mata biru seperti samudra itu melihatku sekilas, perutku mengejang saat pemuda itu tersenyum kearahku. Jantungkun berdetak dan seperti ada aliran listrik menjalar diseluruh tubuhku saat aku melihat senyum itu, muka-ku memerah seketika. Tak pernah aku merasakan perasaan seperti ini pada gadis manapun, bahkan pada siapapun. Aku berusalah mengalihkan pandanganku pada pemuda itu.

Tepat pukul 5 sore aku keluar meninggalkan warnet itu. saat seluruh rombongan Naruto juga meninggalkan warnet itu. sebenarnya aku bosan dengan suasana ramai dan gaduh di warnet itu. tapi entah kenapa, setiap aku memandangi wajah serius Naruto yang memandang monitor di depannya dengan serius perasaan bosanku berubah menjadi bahagia.

Perkarangan luas dan bangunan yang luas, itulah yang tampak saat kalian memasuki rumahku. Seperti biasa, saat aku memasuki rumah itu, aku melewati satu persatu para pelayan dan bodyguard. Aku memanggil seorang bodyguard bermata lavender berambut panjang.

"Neji, ikut aku." Pemuda itu hanya menggangguk dan mengikuti langkahku. Aku berhenti di ruangan keluarga dan duduk di sebuah sofa.

"Neji, aku mau kau mengawasi Kakashi. Orang itu sedikit berbahaya untukku. Ingat! Kau adalah orang yang ku percaya, jadi jangan pernah menghianatiku."

"Baik tuan." Pemuda bernama Neji itu menduduk hormat, dan kemudian pergi meninggalkanku sendiri.

(-^Thy^-)

NARUTO POV

Namaku Uzumaki Naruto, aku adalah seorang mahasiswa di perguruan tinggi Konoha, tubuhku yang pendek dan perawakanku yang manis, membuat aku sering diolok-olok oleh teman-teman kampusku. Aku berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahku seorang pegawai di sebuah kantor pemerintahan di Konoha, sedangkan ibu, seorang perawat di sebuah rumah sakit di Konoha.

Hidupku biasa saja, aku mempunyai banyak teman yang menyayangiku. Aku juga mempunyai seorang perempuan yang ku taksir di kampusku. Perempuan itu bernama Hinata Hyuuga. Anak itu sangat pemalu. Dia perempuan yang anggun dan cerdas, berbeda sekali dengan aku yang bodoh dan ceroboh. Setiap selesai kuliah, aku selalu berkumpul di sebuah warnet bernama Akatsuki. Warnet itu sering sekali menjadi tempat tongkronganku dan teman-teman kampusku. Entah itu bermain game online, chating atau bahkan tidur dan mengobrol di sana. Pain-senpai adalah pemilik warnet ini sekaligus seniorku di kampus. Dia orang yang sangat mesum dan menyebalkan. Tak sering aku dan teman-temanku di usir kalau membuat kegaduhan di warnet itu. semenjak sebulan yang lalu. Ada seorang laki-laki tampan yang mengunjungi warnet ini. Laki-laki itu berpostur tubuh tegap dan tinggi, berbeda sekali dengaku. Dia selalu menempati kamar nomor 8 di warnet ini. Wajahnya tak asing bagiku, tapi aku lupa pernah melihatnya di mana. Setiap dia memasuki warnet itu, para pengunjung perempuan pasti akan berbisik 'TAMPAN', jujur sih, wajahnya memang lebih tampan dibandingkan wajah ku sih, dan..apa itu? wajah menyebalkan yang sok cool itu. aku benci wajah itu setiap kami berpas-pasan saat berjalan.

Hari ini aku ada jam kuliah pagi, aku bergegas menuruni tangga dan berjalan menuju dapur, dimana ada ibu dan ayahku yang sudah menungguku untuk sarapan.

"Naru-chan, ayo sarapan dulu!"

"Iya Kaasan." Aku duduk di samping ayahku yang asik menelpon.

"Naru-chan, hari ini kami akan keluar kota, bisa kau jaga rumah. nanti ibu akan menelpon keluarga Gaara, Kiba dan Shikamaru untuk dapat menemanimu di rumah."

"Eh? tak perlu, aku berani kok tinggal sendiri." Aku mengambil nasi goreng yang sudah dimasak ibu dan melahapnya dengan sedikit tergesa-gesa.

"Itu baru anak ku, anak laki-laki, memang tidak boleh penakut." Aku menatap ayaku yang tersenyum kearahku, kelihatnnya ayah sudah selesai dengan urusan telpon menelpon pada pagi hari ini.

"Aku bukan penakut kok. Aku ini sudah besar, jangan memperlakukanku seperti anak kecil." Aku merengut kesal.

"Iya, kami mengerti."

"Kaasan, Tousan, aku pergi dulu ya." Aku berlari kencang menuju garasi, mengambil motorku menuju kampus tercinta.

"Ohayo semua!" sapaku pada teman-teman kelasku.

"Pagi Naruto…," mereka balik menyapaku.

"Hai Naru, hari ini kewarnet lagi ya?"

"Iya Kiba."

Inuzuka Kiba, dia salah satu teman terbaikku. Selain Kiba, aku masih mempunya banyak teman baik seperti, Gaara, Shikamaru, Chouji, Lee, Shino, Sasori-senpai, Deidara-senpai, Pain-senpai dan beberapa seniorku yang lumayan dekan denganku.

"Na-Naruto-kun. Ap-apa kau mau pergi ma-makan siang nanti dengaku." Hinata Hyuuga. Dia perempuan pemalu yang aku sukai.

"Maaf Hinata, sebenarnya aku mau pergi denganmu, tapi aku ada janji dengan Kiba." Hinata menunduk kecewa. Sebenarnya aku sama sekali tak mau menolak ajakan Hinata. Siapa yang mau menolak ajakan orang yang kau sukai?, hanya saja, aku tadi sudah berjanji dengan Kiba.

"Ah, tak apa Naruto-kun." Wajah malu-malu itu terlihat sedikit redup. Sebenarnya aku ingin sekali berpacaran dengan Hinata. Tapi aku takut dengan sepupunya yang bernama Neji Hyuuga. Kata teman-temanku, Neji itu sangan menyayangi Hinata, dia tak suka adik sepupu kesayangannya ini didekati orang. Dan aku dengar lagi, Neji itu adalah bodyguard dari orang hebat, waah, bisa mati aku kalau mendekati Hinata. Makanya, lebih baik menjadi teman saja, dari pada aku mati muda.

"Naruto. Aku dengar nanti kau mau pergi ke warnet lagi ya? Aku juga ikut ya?" si alis tebal berambut seperti mangkuk terbalik bernama Rock Lee ini, mengeluarka puppy eyes nya padaku. Lee ini sangat mirip dengan pamannya yang bernama Guy. Selalu menyoraki 'SEMANGAT MASA MUDA' dan mengeluarkan tatapan api yang membuktikan kalau mereka sedang bersemangat.

"Boleh, tapi nanti aku pergi bareng Gaara, Kiba dengan Shika, Shino dengan Chouji. Kau mau pergi dengan siapa?" Lee terlihat berfikir, seperti ada bohlam menyala di atas kepala saat dia menjentikan jarinya.

"Aku akan pergi dengan paman Guy." Rasanya aku mau menendang si alis tebal ini. Satu alis tebal dengan potongan rambut bob saja sudah menyebalkan, apalagi dua.

"Hei…, hei…, tidak ada paman Guy, bagai mana kalau kau pergi dengan Sai."

"Kyyaaaa ide yang bagus." Lee langsung memelukku dengan kuat, aku seperti kehabisan napas saat itu.

.

.

.

.

TBC

A.N=

Chap 1 slesai. Akhirnya, fict yang lama mendap di kepala keluar juga. Fict ini sudah lama sekali ingin aku ketik, tapi selalu ada hambatan untuk membuatnya. Aku sengaja mengambil 'warnet' (warung internet) *itu singkatannya, kata teman-temanku* sebagai tempat pertemua SasuNaru. Dapat inspirasi saat aku bertemu My Rival, si Kodok Black di warnet. Sudah dua tahun loh gak ketemu tuh orang, semenjak pindah skul. Wkwkwkw, jadi kangen adu mulut dengan si Kodok.

Kodok: death glare

Mugi: Balas death Glare.

Makasih banyak loh, buat para senpai yang sudah mau merepyu fict-fict Mugi yang sebelumnnya. Apa lagi sampai ada yang mengasih, kritik dan saran yang membangun. Karna repyu kalian itu lah, Mugi bisa berkembang. Mugi memang mengharapkan repyu yang seperti itu.

Fict ini memang menggunakan kata-kata yang kasar dan sedikit adegan yang tak boleh ditiru. Soalnya Mugi rasa kata-kata itu memang tak bisa diganti dengan kata-kata seperti 'Baka atau Kuso'. Kata-kata 'Brengsek dan laknat' itu memang sengaja di pakai, untuk memperdalam krakterristik Sasuke yang pengekang. Jadi soal kata-kata kasar di dalam Fict ini. Itu memang kemauan author. Kalau para senpai memiliki kata-kata yang lebih halus sebagai pengganti kata'Brengsek dan laknat' tolong beritahu Mugi. Oh iya, Mugi numpang Tanya, ada yang tau maksud dari 'kalimat Ambigur?' hehehe…, karna waku sekolah gak pernah memperhatikan pelajaran, Mugi tidak mengerti maksud dari 'kalimat AMBIGUR' kalau ada yang tahu, tolong kasih tahu Mugi ya. *Cat eyes*

Kalau mau fict ini dilanjutkan.

REVIEW PLEASE ^^