My Love Mentor
Disclaimer : Masashi Kishimoto.
Story By : Yana Kim
Rate : T semi M
WARNING!
Crack, abal, gaje,
Mohon jangan mengharapkan EYD yang sempurna karena yaah... kalian tahu yana kan?
Hyuuga Neji x Uzumaki Karin
.
.
.
.
Uzumaki Karin dengan kehidupan liar serta pergaulan bebasnya dan Hyuuga Neji dengan kehidupan penuh aturan serta pergaulan yang dibatasi oleh adat istiadat keluarga Hyuuga. Naruto meminta Neji untuk merubah kebiasaan buruk adik kesayangannya itu. Cinta timbul! Apa yang akan terjadi?
.
.
.
"Dosen itu sangat menyebalkan! Aku sama sekali tidak ingat kalau deadline tugasnya itu hari ini! Aku bahkan belum membuat kata pengantar! Dasar botak sialan! Rayuanku bahkan tidak mempan! Kenapa kalian tidak memberitahuku sih?!" Gadis berambut merah berkacamata sedang mengumpat kasar pada dosen yang baru saja keluar dari ruangan tempat ia dan para teman-temannya belajar.
"Hei! Kau pikir kami selesai? Kita sama tahu!" sahut seorang gadis berambut merah muda.
"Seharusnya aku memakai rok super mini untuk merayunya. Bukannya malah jeans sialan ini!" Gadis merah bernama Uzumaki Karin itu masih saja mengumpat membuat kedua sahabatnya geleng-geleng kepala.
"Sudahlah, Karin. Kau juga seharusnya tahu kalau si Ibiki sialan itu tidak mempan dengan godaan apapun. Jeans ketat dan belahan dadamu itu seharusnya sudah cukup untuk merayu laki-laki manapun. Kurasa si botak itu memang tidak doyan perempuan." Karin mengangguk membenarkan perkataan sahabat pirangnya yang bernama Ino.
"Tapi aku khawatir dengan nilaiku, tahu. Naruto-nii akan membunuhku. Kalian tahu dia akan memeriksa semua nilaiku tiap akhir semester kan?"
"Jangan sedih begitu. Bagaimana kalau kita ke tempat biasa? Kita bisa menghilangkan stres disana," usul Sakura.
"Bilang saja kau mau bertemu dengan DJ tampan itu!" sindir Ino membuat Sakura tersenyum.
"Oke. Ayo kita ke rumahku. Kita harus tampil maksimal kan?" Karin berdiri dan berjalan disusul oleh kedua sahabatnya itu.
Begitulah kehidupan Karin sejak kedua orang tuanya meninggal lima tahun lalu. Ia baru kelas menginjak tahun pertama di Konoha High School. Kedua orang yang disayanginya itu meninggal karena kecelakaan mobil. Ia yang sedang dalam keadaan sedih semakin terpuruk karena kakaknya, satu-satunya keluarga yang dimilikinya harus mengurusi perusahaan yang sebelumnya dipegang ayah mereka. Padahal Naruto juga baru saja lulus dari sekolah yang sama dengannya dan baru berumur tujuh belas tahun. Naruto pun semakin jarang dirumah karena harus keluar negeri untuk mengurusi cabang perusahaannya.
Karin jadi selalu sendirian dirumah. Hanya ditemani oleh para pembantu yang ada disana. Ia pun memutuskan untuk membeli minuman keras dan rokok. Bersyukur karena memiliki tubuh yang bagus diusianya yang baru lima belas tahun dan ia sangat mirip dengan Kushina, ibunya. Sehingga ia tidak masalah saat membeli minuman di swalayan karena ia menunjukkan KTP ibunya saat petugas kasir meminta kartu identitasnya.
Merasa kedua benda itu dapat membantunya, Karin mulai pergi menuju sumbernya alias club malam. Merasa bersalah karena harus kembali menunjukkan KTP ibunya pada penjaga pintu club. Ia bertemu dengan Ino dan Sakura di tempat itu. Kedua orang itu datang kesana dengan masalah mereka masing-masing. Karin sempat terkejut saat tahu Ino dan Sakura seumuran dengannya. Akhirnya mereka menjadi sahabat dekat dan sering janjian bertemu di club yang sama.
Naruto tidak tahu tentang kehidupan liar adik kesayangannya karena ia juga sangat sibuk dengan pekerjaannya. Merasa sangat bersalah memang, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa selalu disamping adiknya.
Saat ini ketiga gadis cantik itu sedang minum sambil menghisap rokok dengan santainya di club tempat mereka biasa minum. Sai si bartender sekali-sekali mengajak mereka berbincang. Pakaian tebuka yang menjadi style mereka setiap datang ke tempat ini membuat para lelaki yang ada disana tak bisa mengalihkan pandangan dari mereka. Apalagi Karin yang selalu tampil lebih mempesona dibandingkan dengan Ino dan Sakura. DJ tampan muncul sambil memainkan musik andalannya. Ketiganya pun masuk ke lantai dansa dan menari dengan gila. Tampak tak masalah dengan high heels yang dikenakannya. Pengaruh alkohol membuat gerakan mereka semakin menggila. Merasa lelah, Karin berjalan keluar lantai dansa menuju meja bar. Kemudian menghidupkan rokoknya.
"Untung kau kembali, ponselmu berdering terus," ujar Sai. Mereka memang menitipkan semua barangnya pada Sai. Karin menerima ponsel itu dan hampir menjatuhkannya saat melihat nama kakaknya di layar. Ia langsung berlari keluar club dan mengangkat panggilan itu.
"Ya, nii-san?"
'Kenapa lama sekali kau mengangkatnya?'
"Maaf nii-san. Aku sudah tertidur."
"Ya. Tapi sejak kapan kamarmu pindah ke depan club malam?" suara dingin kakaknya membuatnya merinding dan takut seketika. Ia melihat sekeliling dan mendapati Naruto sedang memandangnya dari jarak lima puluh meter, tepatnya dipinggir jalan. Kakak pirangnya itu berdiri disamping mobilnya dengan dua orang yang selalu mendampinginya. Supir dan asisten pribadinya yang Karin ketahui bernama Iruka dan Shikamaru.
Rokok yang semula terselip di jarinya jatuh seketika. Ia memandang horor pada Naruto yang berjalan mendekatinya bersama para pengikutnya. Naruto langsung menarik Karin dengan paksa menuju mobil. Asisten Naruto masuk ke dalam club sementara sang supir membukakan pintu mobilnya untuk kedua majikannya itu. Karin hanya diam saat keduanya masuk ke dalam mobil. Begitu juga Naruto. Tak lama kemudian asisten Naruto datang dengan tas Karin ditangannya. Mereka pun meninggalkan club malam tersebut dengan keheningan layaknya kuburan di dalam mobil.
Sesampainya di rumah, Naruto menarik tangan adiknya dan mendudukkannya di sofa dengan kasar.
"Karin, apa maksudnya ini semua? APA YANG KAU LAKUKAN?!" Karin hanya menundukan kepalanya.
"Nii-san. M-maafkan aku. A-aku..."
"Sejak kapan kau ke club?! Sejak kapan kau merokok?! Dan sejak kapan kau berpakaian seperti pelacur?! Demi Tuhan kau baru sembilan belas tahun!" Karin mengangkat kepalanya dan terkejut melihat air mata yang mengalir dari iris biru kakaknya. Kakaknya yang tangguh dan kuat menangis. Dan ini karenanya.
"Maafkan aku nii-san. Hiks hiks!" Karin berlutut memeluk kaki Naruto.
"Tidak. Ini bukan salahmu. Ini salahku." Naruto beranjak meninggalkan Karin. Menaiki tangga menuju kamarnya yang sangat jarang ia tempati.
.
.
.
Pagi harinya di kediaman Uzumaki. Naruto sudah duduk di meja makan dan para pelayan terlihat menata makanan untuk sarapan tuan mereka. Pandangan pria itu kosong saat melihat Karin datang dengan kelopak mata yang bengkak. Gadis berambut merah seperti ibu mereka itu mendudukkan dirinya di depan Naruto. Para pelayan yang sudah selesai dengan pekerjaan mereka beranjak meningalkan dapur.
"Maafkan nii-san." Naruto pertama kali membuka percakapan.
"A-aku yang seharusnya minta maaf, nii-san."
"Kalau saja aku lebih sering pulang dan memperhatikanmu."
"Nii-san..."
"Makanlah. Ada yang harus kita bicarakan setelah ini."
Setelah sarapan, kedua kakak beradik itu kini berada di ruang tamu.
"Aku akan kembali ke Jerman siang ini. Maafkan aku karena harus pergi lagi."
Karin hanya diam mendengar penuturan sang kakak.
"Mulai besok kau akan ku titipkan pada seseorang. Dia yang akan mengawasi setiap gerak-gerikmu baik di rumah maupun di kampus. Dia adalah tangan kananku." Karin syok mendengar keputusan kakaknya.
"Maksud nii-san, Shikamaru?"
"Bukan. Dia akan mulai bekerja besok pagi. Kau harus ingat. Perkataannya berarti perintahku. Jadi kau jangan membantahnya. Kau mengerti?"
"Baik, niisan," ujaar Karin lemah.
Naruto menghela nafas, kemudian menarik gadis disampingnya kedalam pelukannya dan mencium kening adik tercintanya itu.
"Kau ke kampus hari ini?" tanya Naruto.
"Ya, siang nanti, nii-san."
"Ku antar sekalian ke bandara." Karin menganggukan kepalanya dan mengeratkan pelukannya pada kembaran ayahnya itu.
.
.
.
.
"WOW!Ada apa denganmu? Boleh ku tahu konsep pakaianmu hari ini, Karin?" teriak Ino saat melihat Karin muncul dengan kemeja ungu muda dan jeans semata kaki serta sepatu kets.
"Sialan kau! Aku terpaksa melakukan ini, tahu!"
"Apa yang terjadi semalam? Kau tidak mengangkat teleponku!" tanya Sakura.
"Kakakku datang menjemputku."
"Apa?! Dia pulang?! Lalu apa yang terjadi?"
"Sudahlah jangan di bahas. Aku mau berganti baju dulu. Temani aku! Dan ada hal yang lebih penting. Kakakku memerintahkan seseorang untuk menjagaku mulai besok. Jadi kita tidak bisa sering-sering main ke club lagi." Ketiga gadis cantik itu berjalan menuju toilet wanita. Sesampainya di sana, Karin memasuki slah satu closet sedangkan Ino dan Sakura menghadap kaca di wastafel untuk melihat penampilan mereka.
"Jadi apa rencanamu?" tanya Sakura.
"Aku belum tahu. Yang jelas, nanti aku akan sangat membutuhkan bantuan kalian." Karin keluar dengan rok mini andalannya dibawah kemeja ungu mudanya. Tak lupa highheelss kebanggaannya yang menutupi kaki indah gadis itu.
.
.
.
"Mungkin ini malam hik... terakhir aku bisa merasakan kebebasan ini. Mulai hik... besok mungkin aku tidak bisa hik... minum dengan kalian sebebas biasanya. Bagaimana ini...?" Ino dan Sakura hanya bisa memandang prihatin pada teman seperjuangannya itu. Sepulang kuliah, Karin mengajak mereka ke club malam untuk bersenang-senang sebelum pengawas suruhan kakaknya datang besok.
Karena merasa ini adalah malam bebas terakhir, Karin memilih untuk mabuk dan berdansa dengan gila di lantai dansa. Setelah lelah, ia kembali ke meja bar dan kembali menghabiskan sebotol vodka yang sudah dipesannya dari Sai.
"Untung aku baru minum segelas, kalau tidak siapa yang akan mengantarkannya pulang," ujar Sakura.
"Ya, dan karena aku tahu kau tidak sanggup mengangkatnya sendirian, aku juga mengikuti ide mu. Haah, kira-kira orang seperti apa yang akan menjadi pengawas Karin? Aku penasaran," sahut Ino.
"Mungkin seperti bodyguard di televisi? Bertampang sangar dan selalu mengikuti Karin kemana-mana?"
"Entahlah. Kita lihat saja. Kalau memang seperti itu, kita harus membantu Karin untuk keluar dari pengawasan bodyguard itu."
"Tentu saja."
.
.
.
Karin sudah merasakan sinar matahari yang mengenai wajahnya. Rasa hangat itu membuatnya menaikkan selimut untuk menutup wajahnya. Entah jam berapa ia pulang semalam. Rasa sakit di kepalanya membuatnya malas untuk sekedar membuaka mata dan bangun. Dan karena jadwal kuliahnya hari ini sore nanti maka ia bisa bangun lebih lama. Tapi,
SREET!
"Enghh..." erang gadis itu. Kemudian Karin mengambil guling disampingnya dan menutupi wajahnya. Namun bantal tersebut juga ditarik hingga membuat emosi Karin naik sampai ke ubun-ubun.
"Sialan! Siapa yang berani me—!" Karin tidak bisa melanjukan umpatannya setelah melihat seorang pria bermata perak berdiri menjulang di depan tempat tidurnya. Sosok berambut coklat panjang yang itu menatapnya dengan ekspresi dingin dan tatapan menusuk.
"Anak perempuan mana yang baru bangun jam segini?" ujar pria itu.
"Kau suruhan kakakku?" balas Karin cuek.
"Cepat bangun dan bersiap. Kau ada kuliah jam sembilan dan ini sudah jam delapan." Karin sudah mulai muak dengan nada dingin dari pria di depannya ini.
"Hah! Kau salah melihat jadwalku, tuan berambut panjang. Aku masuk jam empat sore nanti." Karin ingin menertawai kebodohan suruhan kakaknya ini.
"Jadwalmu sudah ku atur ulang. Kau akan kuliah Senin sampai Kamis mulai jam sembilan sampai jam satu siang."
"Siapa kau berani mengatur jadwal kuliahku!" sinis Karin pada pria itu.
"Aku yang bertanggungjawab atas dirimu selama Naruto di luar negeri. Aku punya hak untuk mengatur apapun yang berhubungan denganmu. Kurasa Naruto sudah memberitahukanmu perihal ini, Uzumaki-san."
"Apa kau bilang?!"
"Aku masih berbaik hati dengan jam masukmu. Sebenarnya aku ingin membuat kau masuk mulai jam tujuh. Cepat mandi dan bersiap," pria itu melihat jam tangannya. "Waktumu 10 menit."
"Apa?!"
Pria berambut coklat itu berjalan menuju pintu, namun kemudian berbalik badan menghadap Karin.
"Satu lagi. Aku Hyuuga Neji." Pria yang mengaku bernama Hyuuga Neji itu keluar dari kamar gadis yanng tengah menatapnya dengan pandangar sangarnya.
"Aku tidak butuh namamu, sialan!"
.
.
.
Karin keluar dari kamarnya setelah tiga menit berlalu. Dengan rok mini sebagai bawahan serta tanktop hitam yang dibalut blazer jeans ketat sebagai atasan, gadis sembilan belas tahun itu berjalan menuju meja makan diaman Neji duduk dengan pandangan dingin mengarah padanya. Namun Karin tetap cuek dan mendudukkan dirinya di kursinya yang biasa.
"Kau terlambat dua puluh menit."
"Kau pikir apa yang bisa ku lakukan dalam sepuluh menit? Membuka bajuku saja sudah sepuluh menit."
"Karena kau terlambat, tidak ada sarapan untukmu pagi ini. Kita berangkat."
"Kau gila! Aku sudah tidak makan sejak semalam asal kau tahu!" sorak Karin pada pria itu.
"Kurasa dua botol vodka semalam cukup untuk mengganjal perutmu sampai siang nanti. Cepat jalan karena tidak akan ada yang akan mengantarmu." Neji berjalan meninggalkan dapur.
"Sial!" Karin mengikuti langkah cepat Neji menuju mobil yang terparkir di depan rumahnya. Karin duduk dibangku belakang. Neji langsung menjalankan mobil silver yang Karin tahu adalah milik Naruto.
"Dimana mobilku?"
"Aku tidak tahu dimana Naruto menyimpannya."
"Apa semalam kau mengikutiku? Darimana kau tahu tentang vodka yang—"
"Tolong jangan tanyakan hal yang tidak penting padaku, Uzumaki-san." Karin benar-benar ingin mencakar wajah tampan nan kalem itu.
"Hei! Tuan berambut panjang! Belum sampai satu jam kita bertemu, kau sudah membuatku muak! Sampai kapan kau akan menjadi bodyguardku?!" teriak Karin.
"Tch. Aku bukan bodyguardmu. Aku hanya bertanggung jawab untuk mengubah kelakuanmu."
"Memangnya apa yang salah dengan kelakuanku?" tanya Karin lagi.
"Kau yakin menanyakan hal itu padaku?" tanya Neji dengan nada super sinis. Mobil mereka berhenti di lampu merah.
"Kau yang lebih tahu bagaimana kelakuanmu selama ini, nona. Atau kau mau aku mengurutkannya satu per satu?" Neji melihat Karin melalui spion. Karin tidak mampu menjawab pertanyaan pria di depannya.
"Jadi, Uzumaki-san. Aku harap kau bisa bekerja sama selama aku bekerja."
"Jadi, Hyuuga-san. Sampai kapan kau akan menjadi penganggu kehidupanku?"
"Pengganggu? Aku disini sebagai mentormu, Uzumaki-san. Aku akan berhenti bila kakakmu menyuruhku berhenti. Kita sampai." Karin bahkan tidak menyadari bahwa mereka telah sampai di depan gerbang kampusnya.
"Kenapa kau tidak turun?" tanya Neji.
"Kau tidak membukakan pintu untuk ku? Kau kan—"
"Aku mentormu. Bukan supir atau pun bodyguardmu." Karin benar-benar muak dengan nada kalem yang selalu keluar dari mulut pria ini. Akhirnya dengan menggerutu Karin turun dari mobil.
"Hei," panggil Neji saat Karin baru satu langkah berjalan.
"Apa?!" ketus gadis itu.
"Ini." Neji menyodorkan paperbag kecil pada Karin.
Karin mengambilnya dengan ragu. "Ini apa?" Karin melihat susu kotak dan sebungkus roti selai stroberi. Karin mendecih kemudian berjalan memasuki gerbang.
Gadis itu meminum susu kotaknya saat sudah masuk ke kompleks kampusnya. Neji memandang gadis yang Naruto titipkan padanya. Gadis itu berjalan dengan penampilan seksi diatas high heelsnya. Neji hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat para mahasiswa yang memandang memuja serta penuh damba pada Karin.
"Terlalu banyak yang harus di ubah dari adikmu, Naruto." Neji bergumam.
.
.
.
"Dia mengubah semua jadwalmu?!" Ino bersorak pada Karin. Mereka kini ada di kantin setelah Karin menelepon kedua sahabatnya untuk datang setelah jam kuliah barunya selesai.
"Sialnya sekarang aku harus belajar bersama orang-orang kolot yang ingin lulus tepat waktu."
"Dia sekejam itu? Aku jadi sangat penasaran." tanya Sakura.
"Dia menentukan waktuku untuk bersiap. Dan karena tadi aku terlamabat dia tidak memberiku sarapan," cerosos Karin.
"Aku memberimu sarapan, nona. Hanya saja tidak di rumah." Ketiga gadis itu menoleh dan mendapati Hyuuga Neji berdiri di dekat meja mereka.
"Apa yang kau lakukan di sini?" ketus Karin.
"Aku di kampus ini sejak tadi pagi. Ayo. Kau ada part time jam dua sampai jam delapan malam." Neji berjalan meninggalkan meja itu.
"Kalian lihat kan? Dia sudah gila!" Karin beranjak dari kursinya meninggalkan kedua temannya.
"Wow," gumam Ino.
"Ya, wow. Dia sangat kejam." sambung Sakura.
"Tapi dia sangat tampan," lanjut Ino.
Karin mengikuti langkah cepat Neji dengan susah payah. Akhirnya mereka sampai di mobil yang terparkir di kawasan khusus mahasiswa. Neji memasuki mobil diikuti Karin ang duduk di sebelah Neji di bangku depan.
"Apa kau bilang?! Part time?! Kau pikir aku mau?!" seru Karin tepat di telinga Neji.
"Kau harus mau. Aku yakin kau tidak punya uang sepeserpun di dompetmu saat ini," ujar Neji.
"Kau meremehkanku? Aku punya ATM dan kartu kredit yang bahkan cukup untuk membelimu Hyuuga-san."
"Semua itu sudah tidak bisa di gunakan. Kakakmu sudah menonaktifkan semuanya."
"Apa?!"
"Dan kau pikir itu milikmu? Itu warisan oran tuamu dan hasil kerja keras kakakmu. Tapi apa? Semuanya kau gunakan hanya untuk hal-hal yang tidak berguna dan merusak dirimu sendiri!" bentak Neji.
"Diam kau! Apapun yang ku lakukan bukan urusanmu!"
"Menjadi urusanku mulai hari ini! Kau akan bekerja di Style Coffe Shop mulai hari ini. Kau bisa menggunakan uang dari gajimu untuk membeli segala keperluanmu."
"Aku harap ini mimpi."
Neji menjalankan mobilnya menuju tempat kerja baru Karin. Sesampainya di sana mereka disambut ramah oleh manajer di tempat itu. Karin sempat melirik pada paper bag yang di bawa oleh Neji.
"Selamat siang Hyuuga-sam— Maksud saya Hyuuga-san."
"Dia yang akan bekerja part time di sini. Namanya Uzumaki Karin."
"Aa. Tapi Hyuuga-san, pakaiannya..." Wanita itu memandang Karin dari atas sampai bawah.
"Aku mengerti. Dia akan segera berganti baju. Ini." Neji menyerahkan paper bag itu pada Karin.
"Apa ini?"
"Toiletnya di sebelah sana. Waktumu lima menit. Kau akan menyesal bila terlamat lagi kali ini." Suara Neji yang penuh dengan intimidasi membuat Karin merinding. Gadis itu bergegas ke toilet dan dalam waktu lima menit ia sudah keluar dengan pakaian barunya. T-shirt yang menjadi seragam khusus pelayan dan celana jeans hitam serta sepatu kets putih.
"Kau harus mendengar apa yang di katakan oleh Ayame-san. Bekerjalah yang baik."
Neji mendekat dan berbisik, "Ingat, aku selalu memperhatikanmu. Satu kesalahan, satu hukuman dariku. Dan kau akan menyesali setiap hukuman yang kuberikan"
Karin hanya bisa mengangguk. Sungguh ia menjadi takut pada Neji sejak pria itu membentaknya tadi. 'Ini hanya sementara' ujar Karin pada dirinya sendiri. Sementara Neji hanya menyeringai melihat wajah pucat dari adik Naruto itu.
"Aku pergi dulu." Neji mengacak rambut Karin.
"Sialan," gumam Karin.
.
.
.
Tepat jam delapan, Neji datang menjemput Karin. Gadis itu terlihat lelah. Neji sudah menduganya.
"Ayo pulang." Karin sudah terlalu lelah untuk menjawab ajakan Neji. Gadis itu hanya mengikuti langkah Neji dengan lemas.
Kali ini Neji membukakan pintu untuk Karin. Dalam diam, gadis itu duduk di bangku depan.
Neji menjalankan moilnya dengan kecepatan sedang.
"Hari ini kau memecahkan dua buah gelas."
"Kau tahu dari mana? Kau kan tida ada di sana," sahut Karin sambil menutup kedua matanya. Ia ingin sekali tidur. "Hukumannya besok saja ya, aku sudah lelah."
"Baiklah."
Sesampainya di kediaman Uzumaki, Neji kembali membukakan pintu untuk Karin.
"Hyuuga-san. Apa kau menginap di sini?" tanya Karin.
"Malam ini tidak. Mungkin mulai besok." Karin menganggukkan kepalanya.
"Istirahatlah. Tapi sebelumnya kerjakan tugas Manajemen Perkantoran dari Jiraiya-sensei."
"Aa. Aku hampir lupa."
"Aku pulang dulu. Kau sudah bekerja keras hari ini." Neji kembali memasuki mobil dan meninggalkan kediaman Uzumaki.
Karin memasuki kamarnya. Baru saja membaringkan tubuhnya, ponsel di saku celana jeansnya bergetar. Ino.
"Ada apa Ino?"
'Wah. Kau benar-benar bekerja rupanya.'
"Ada apa sih Ino? Aku lelah sekali."
'Aku dan Sakura sudah memikirkan cara untuk membantumu.' Kata-kata Ino membuat mata Karin terbuka seketika. Ia langsung duduk dan menajamkan pendengarannya.
"Benarkah? Apa? Apa? Cepat beritahu!"
'Caranya adalah...'
"Adalah..." Karin mendengar dengan seksama.
'Menggodanya.'
"Menggoda— APA?! Ternyata kalian lebih gila dari pada Hyuuga itu!"
'Karin dengar. Kami hanya tidak mau kau di siksa lebih parah lagi. Hari pertama kau sudah di suruh bekerja paruh waktu. Besok apalagi? Ini satu-satunya cara. Kalau kau berhasil menarik perhatiannya dan dia tertarik padamu, otomatis dia akan bersikap baik padamu.'
"Tapi apa itu akan berhasil?" ujar Karin ragu. Sangat ragu.
'Tentu saja. Kau itu Uzumaki Karin. Cantik. Seksi. Dosen saja bisa kau goda apalagi dia.'
"Tapi sepertinya tidak akan mempan padanya, Ino."
'Kita tidak tahu bila belum mencoba kan? Ini demi dirimu juga Karin. Aku yakin kau pasti bisa.'
"Baiklah. Aku akan mencoba untuk menggodanya. Hyuuga Neji..."
.
.
.
.
TBC
.
.
Ehem ehem ehem...
Ada yang suka couple ini?
Masih ada yang ingat dengan fict saya yang RED? Fict itu saya buat setelah melihat post dari Syakiela Riza alias Syalala Lala di FB.
Dan jujur saja, ini juga saya dapat ide waktu baca post itu juga. Jadi pas baca itu postnya my imouto Lala, saya kepikiran buat fict Gaara Karin dan juga Neji Karin. Tapi yang duluan selesai itu GaaKarin. Karena pas bikin Neji Karin malah blank.
Hahahah #gila. Walaupun masih ada utang, harap maklumlah sama saya. Hehehe
Yana Kim ^_^
