Tittle: "Why should be me?"

Main Cast: YUNJAE 3

.

Annyeonghaseo.. Kimmy datang~

.

Aku bawa FF baru berchapter dan dengan ini bersumpah akan bertangung jawab menyelesaikannya sampai END. (lebay) karena kimmy tau rasanya baca ff berchapter tapi belum end udah discontinued. Hiks..

Masih dengan main cast Umi sama Abi.. hahaha..

FF ini terinspirasi dari jalan cerita novel Autumn in Paris punya Ilana Tan, tapi ff abal ini mah punya kimmy. Kalau soal judul, gak usah protes lah ya, akupun tidak tahu harus dijudulin apa.. haha..

Silakan yang mau follow twitter KimsLovey mari kita spazzing YUNJAE bareng-bareng..

Yang baca dan review, aku doain ketemu Jaejoong Oppa^_^

Yang baca tapi gak review, yauwis gak dapet doa kimmy.. (pamrih)

.

Enjoy reading

.

.

.

(10:18KST)

"Jae hyung."

Jaejoong mendengar jelas namanya dipanggil oleh seseorang bersuara husky itu, tapi ia pura-pura tidak mendengar. Ia keluar dari gedung apartmentnya dan melangkah cepat ke tempat mobilnya diparkir, berusaha keras mengabaikan bunyi langkah kaki yang menyusulnya. Angin musim gugur menerpa wajahnya dan Jaejoong merapatkan jaket yang dikenakannya.

.

"Jae hyung, tunggu sebentar." Teriak seseorang yang ternyata mate berbagi apartmentnya, Park Yoochun..

Ketika ia hampir sampai di depan Lamborghini kesayangannya, Jaejoong mengeluarkan kunci mobil. Terdengar bunyi pip dua kali tanda pintu mobil sudah terbuka dan ia cepat-cepat masuk. Ia baru akan menutup pintu ketika gerakannya tertahan.

.

"Hyung, ayolah.. masa begitu saja marah sih? Jadi dinner tidak?" Tanyanya.

"Dinner jidatmu! Kau tahu ini sudah jam berapa, hah?" Jawab Jaejoong kesal.

"Sorry hyung, tadi aku sibuk bertelefon dengan seseorang, tentang sesuatu yang penting.." mohon Yoochun dengan tampang penuh penyesalan.

"Gadis mana lagi yang kau rayu?" sindir Jaejoong.

"Bukan tentang gadis-gadis Hyung. Ini sesuatu yang sangat penting. Yasudahlah, jangan cemberut begitu, nanti cantiknya hilang loh.." goda Yoochun.

"Sekali lagi kau panggil aku cantik, aku pajang lukisanku di jidatmu!" ancam Jaejoong. Dirinya paling tidak suka dipanggil cantik. Walaupun kenyataannya, dia memang sangat cantik.

"Iya deh, sorry. Sini biar aku yang menyetir." Pinta Yoochun sambil tersenyum menebar aura playboynya, meskipun terhadap Jaejoong auranya tidak mempan sama sekali.

Jaejoong memberikan kunci mobilnya pada Yoochun dan berjalan ke sisi pintu penumpang.

"Kau juga harus mentraktirku makan." titah Jaejoong.

"Humm.. Traktir? Boleh saja sayang. Bahkan kau boleh memilih restaurannya."

"Aku mau makan makanan Italy." Jawab Jaejoong singkat sambil memasang seatbeltnya.

.

.

Mereka berdua kini berada di sebuah restaurant Italy "Desire Pizzarie", malam semakin larut, restaurant itu kini sudah sangat sepi. Jaejoong memakan Spagettinya dengan lahap, suatu pemandangan yang cukup langka, karena sebetulnya Jaejoong itu susah makan. Yoochun tersenyum melihat orang yang ia sayangi itu makan dengan baik malam ini.

.

"Ada yang salah dengan wajahku? Kenapa kau melihatku terus? Tanya Jaejoong.

"Aku senang melihatmu makan dengan baik, Hyung."

"Huh.. mulai lagi. Mau menceramahi ku, Tuan Park?"

"Bukan begitu Hyung, aku hanya suka melihatmu makan, kau terlihat sehat."

"Memangnya kau pikir selama ini aku sakit?" ketus Jaejoong.

Yoochun hanya mengendikkan bahunya, tanda menyerah, melawan kalimat Jaejoong hanya akan membuat dirinya lapar lagi.

.

"Oia, tadi kau bicara di telefon dengan siapa? Kenapa serius sekali?" tanya Jaejoong lagi.

"Ah, untung kau tanya. Itu Hyung, sahabatku yang selama ini tinggal di Jepang akan datang ke sini besok lusa. Dia memintaku mencarikan apartment untuk ia tinggal."

"Kenapa harus mencari Apartment? Memangnya ia akan menetap disini?"

"Tidak, tapi katanya dia ada urusan, yang mungkin saja akan memakan waktu sangat lama untuk menyelesaikannya." Jawab Yoochun.

"Apa ia teman baikmu?"

"Tentu saja, dia satu-satunya sahabatku ketika kami sama-sama kuliah di Amerika, Hyung." Jawab Yoochun semangat.

"Kalau begitu, kenapa tidak tinggal diapartment kita saja? Dia bisa tidur dengan mu atau kau tahu sendiri aku lebih sering pulang ke rumah jadi kau bisa pakai kamarku?" tawar Jaejoong.

"Bolehkah Hyung?" tanya Yoochun heran, pasalnya Jaejoong bukanlah orang yang mudah dekat dengan orang baru. Ia adalah tipikal orang yang keras kepala dan semaunya, tapi juga sangat sensitive, ia bisa menjadi sangat manja tapi bisa juga menjadi sangat dewasa. Hum.. sulit bukan?

"Boleh saja, kau kan juga sering mengeluh kesepian di apartment karena aku sering pulang, daripada kau bawa gadis-gadis menjijikan itu, lebih baik kau ajak sahabatmu itu tinggal saja untuk sementara." Jawab jaejoong.

"Aku akan bicara dengannya."

"Ngomong-ngomong, siapa namanya?"

"Jung Yunho."

"Dia orang Jepang?"

"Hmm.. Bagaimana menjelaskannya yah, Ibunya orang Jepang, baru saja meninggal satu bulan yang lalu dan ayahnya Mr. Jung, orang Korea, dia juga sudah meninggal bahkan jauh lebih lama sebelum ibunya meninggal. Setelah ibunya meninggal … Hyung? Kau mendengarkanku atau tidak sih?" tanya Yoochun, karena Jaejoong sibuk sendiri dengan layar handphonenya.

"Aku mendengarkanmu pabo, setelah ibunya meninggal lalu apa? teruskan.." jawab Jaejoong santai sambil matanya tidak lepas dari layar handphonenya.

"Setelah ibunya meninggal dia memutuskan untuk ke korea, mencari ayah kandungnya." Jawab Yoochun pelan di akhir kalimatnya, karena takut Jaejoong merasa tersindir.

"Hah? Mencari ayah kandungnya?" Heran Jaejoong.

"Nde, ternyata selama ini Mr. Jung bukanlah Ayah kandungnya. Ayah kandungnya juga berkebangsaan korea, tapi entah berada dimana, yang jelas ia masih hidup. Dan wasiat ibunya sebelum meninggal adalah ia diminta untuk bertemu ayah kandungnya, begitu lah kira-kira, Hyung."

"Arraso, kalau begitu kau bantulah dia mencari ayah kandungnya itu." Saran Jaejoong.

"Tanpa kau bilangpun, aku akan membantunya sebisaku Hyung. Dan kupastikan kau pasti akan menyukainya. Dia orang yang menyenangkan." Jawab Yoochun setengah menantang.

Jaejoong mendengus.

.

.

.

Jaejoong kini tengah memperhatikan tamu barunya dengan cermat. Dia baru saja tiba di apartment Jaejoong dan Yoochun beberapa menit lalu setelah dijemput Yoochun di bandara. Laki-laki itu berbadan bagus, tinggi, berisi, tapi sedikit lebih kurus apabila dibandingkan dengan Yoochun. Rambutnya coklat tua, terkesan halus dan sedikit berantakan tapi sexy dan sangat bergaya. Mungkin itu model yang sedang trendi di Jepang. Cocok dengan bentuk wajahnya. Matanya kecil dan tajam seperti musang, hidungnya mancung, dagunya kecil dan bibirnya berbentuk hati. Secara keseluruhan laki-laki dihadapannya ini bisa dibilang tampan. Tidak. Sangat tampan. Dia bahkan bisa langsung menarik perhatian Jaejoong hanya dari penampilan luarnya saja.

Namun ada sesuatu yang mengganggunya,

Jaejoong mengerutkan kening. Laki-laki berbibir hati ini sepertinya tidak asing. Tidak, Jaejoong yakin betul ia tidak pernah bertemu laki-laki itu sebelumnya, tetapi ada sesuatu yang terasa tidak asing dari dirinya apalagi saat melihat tatapan matanya yang tajam dan tegas.

"Yunho Hyung, kenalkan, ini sahabat sekaligus Hyungku, Kim Jaejoong."

Jaejoong mengalihkan pandangan dan mendapati Yoochun sedang menatapnya.

"Jaejoong Hyung, ini sahabatku Jung Yunho."

.

.

"Kim Jaejoong." Ia mengulurkan tangannya.

"Jung Yunho." Dengan gentle menyambut tangan mungil yang mengulur dihadapannya.

.

.

Sementara Yoochun sedang membantu Yunho dan menunjukkan kamar yang akan ditempati oleh mereka berdua, Jaejoong terus memutar otak mencari tahu apa yang membuat Jung Yunho terasa tidak asing, tapi tetap tidak mendapat jawaban. Jaejoong paling tidak suka merasa penasaran. Ia akan merasa gemas sendiri lalu bertingkah aneh. Maklumi saja, bukan Kim Jaejoong namanya kalau tidak bertingkah aneh.

"Kuharap aku tidak akan merepotkan kalian." Suara bass rendah itu menyapa telinga Jaejoong yang pikirannya sedang asyik berkelana entah kemana.

Jaejoong menatapnya sekilas.

"Tentu tidak. Semoga kau nyaman berada disini." Jawab Jaejoong manis.

Jung Yunho tersenyum kikuk dan wajahnya memerah entah karena apa.

.

"Jaejoong Hyung, bisakah kau memasakkan sesuatu, aku sangat lapar." Pinta Yoochun tiba-tiba.

"Hmm.. Baiklah. Kau sudah makan?" tanya Jaejoong pada tamu barunya.

"Belum." Jawabnya singkat.

"Aku akan memasak Sup ayam jahe dan kimchi, kau suka kan masakan korea?" tanyanya lagi.

"Aku makan apa pun. Aku bukan orang yang pemilih soal makanan."

Jaejoong tersenyum. Dalam hatinya ia sedikit kesal, pria tampan ini terkesan sangat angkuh dan dingin. Kemudian dia berjalan ke dapur dan sibuk dengan benda-benda kesayangannya, tanpa tahu bahwa ada sepasang mata setajam musang memperhatikannya dengan sangat intens.

.

.

"Huaaah.. aku sangat kenyang. Masakanmu memang yang paling Daebbak, hyung." Puji Yoochun sambil menaikkan dua jempol kanan-kirinya kearah Jaejoong yang duduk diseberangnya.

"Terima kasih. Bagaimana menurutmu, Yunho? Kau suka masakanku?" tanya Jaejoong semangat.

"Masakanmu enak." Jawabnya lagi-lagi dengan sangat singkat.

Jaejoong mencebilkan bibirnya dan melirik ke arah Yoochun, yang dilirik malah menampilkan cengiran seolah berkata dia-memang-irit-bicara-hyung.

.

.

Jaejoong sedang duduk di sofa depan tivi dan tersenyum-senyum karena acara yang sedang disiarkan saat itu, ketika mendengar Yoochun bicara padanya.

"Hyung, hari ini aku tidak bisa menemanimu membeli peralatan lukismu."

Senyum Jaejoong memudar dan ia mendesis kesal.

"kenapa? Kau kan sudah janji" tagih Jaejoong.

"Sorry Hyung."

"Iya, tapi kenapa? Kau ada kencan dengan gadis-yang-baru-kaukenal-lima-belas-menit-yang-lal u?" Jaejoong berbicara tajam.

"Tidak, ini bukan kencan. Walaupun aku memang akan menemui seorang wanita tapi dia bukan seorang gadis, karena dia sudah mempunyai anak-anak yang sangat tampan bernama Park Yoochun dan Park Yoohwan." jelas Yoochun sambil terkekeh.

"Dasar tidak lucu." Jaejoong mendesah kesal.

Yoochun semakin terkekeh lebar dan seseorang yang ikut mendengarkan umpatan Jaejoong juga ikut tertawa pelan.

"Baiklah," potong Yoochun. "Aku harus pergi sekarang, Hyung."

"Tapi malam ini kau pulang kesini kan?" tanya Jaejoong was-was.

"Mmm... belum pasti. Mungkin pulang, mungkin juga tidak. Aku akan meneleponmu nanti, Oke?"

"Baiklah." Jawab Jaejoong bersungut-sungut.

"Kau bisa mengajak Yunho Hyung, kalau memang tidak mau pergi sendiri." Tawar Yoochun sambil mengecup pipi kanan Jaejoong dan melesat pergi.

"Ehem.." seseorang berdeham penuh canggung, sesuatu menggelitik tenggorokannya.

Jaejoong menoleh dan mendapati Yunho yang juga menatap ke arahnya.

"Apa kau mau menemaniku ke toko peralatan melukis?" tanya Jaejoong canggung.

"Kau mengajakku?"

"Kalau kau tidak keberatan."

"Baiklah." jawab Yunho.

"Aku akan bersiap-siap sekarang. Kau mau mandi dulu atau hanya berganti baju saja?" tanya Jaejoong lagi.

"Ku rasa aku hanya akan berganti baju."

Jaejoong manggut-manggut dan berjalan sedikit cepat, meninggalkan Yunho sendirian di ruang tivi, berada berdua saja dengan tamu barunya itu membuat jantungnya berdesir tidak karuan, tatapan mata itu, wajah kecil itu, dan bibir hati itu.. Unggg..

Jung Yunho memperhatikan Jaejoong yang berjalan ke kamarnya, ia menatap tattoo yang terukir indah yang mengintip sedikit dibalik kerah kaos kebesaran yang dipakai Jaejoong.

"cantik…"