Mo Ghra'
Persembahan Fanfiction By Imajimee
Disclaimer
Hak milik hanya pada Masashi Kishimoto Sensei, author hanya mengadaptasi Tokoh dan Ceritanya saja. Tidak ada keuntungan materi dari fiksi ini.
No Prompt 27
Best SasuSakuSara for fiction
Summary : S-Savers Contest: Banjir TomatCeri. Sasuke dan Sakura. Kini mereka telah diikatkan dalam benang merah bernama pernikahan. Disinilah kehidupan Uchiha itu kembali. Bersama Sarada kecil pelengkap kebahagian. Hati mereka selalu terhubung.
Every family has a story welcome to ours
.
Bagian 1
Kediaman Uchiha
Malam yang begitu dingin di Konoha, membuat para warganya memilih mengurung diri dalam selimut. Tapi tidak dengan kediaman Uchiha, terlihat Sasuke dan Sakura tengah duduk di balkon ditemani ocha panas. Sakura kini sedang mengobati Sasuke yang baru saja pulang dari misi, terlihat luka kecil sana sini pada dirinya.
"Sasuke-kun jika Kau luka seperti ini seharusnya kau katakan saja padaku, aku akan mengobatimu! bagaimana jika lukamu ini serius kau akan susah!"
Sasuke memandang Sakura diam. Dirinya dari tadi terus mendengar ocehan tanpa tanda jeda dari mulut Sakura, yang entah kenapa saat masa kehamilannya ia begitu lebih berisik.
"Jika Kau terus mengobatiku, itu akan berpengaruh pada dirimu dan anak kita." Satu helaan napas Sasuke, tidak bisa Sasuke sembunyikan, ia gemes sekali melihat tingkah Sakura yang sangat protect padanya. Sebenarnya siapa yang perlu perhatian lebih?
"Hmm…. Aku ini ninja medis yang tangguh, tentu saja aku harus mengobati suamiku sendiri" Sakura berkata sambil menyentuh tangan suaminya, sembari mengobati. Sasuke terdiam. Hatinya mencelos, mendengar perkataan lembut Sakura. Dan-pastinya-di sana(hati)-ada-lubang-yang-terisi
"Kau tetap harus menjaga diri mu." Sasuke berkata sambil memalingkan wajahnya, Sakura tersenyum dengan perkataan Sasuke.
"Sasuke-kun ini, minumlah ocha nya sebelum dingin." Ucapnya dengan menyodorkan ocha yang panasnya merosot.
Sasuke mengambil ocha dari tangan Sakura, onyx nya kini, tengah memperhatikan Sakura. Begitu banyak perubahan pada istrinya itu. Sasuke melihat kearah kaki Sakura yang terlihat sedikit -bengkak
"Kenapa kakimu?"
"Oh ini. Seorang perempuan yang sedang hamil terkadang mengalami edema atau pembengkakan pada kaki. Dari yang aku tahu biasanya ini disebabkan karena tubuh mulai memproduksi lebih banyak cairan atau darah sekitar 30 persen karena perkembangan kehamilan. Tapi kaki ku jadi terlihat lucu. Hahaha.."
Sasuke bingung melihat istrinya. Hal seperti itu lucu darimananya?
"Hn, istirahatlah."
"Tidak apa. Aku baik-baik saja Sasuke-kun."
Sasuke tidak suka mengulangi pekataannya tapi, tidak kali ini "istirahatlah!". Dengan ajakan tegas tapi lembut, Sakura mengerti maksud perkataan suaminya yang khawatir pada dirinya. Ia pun mengikuti perkataan suaminya untuk beristirahat.
Pada usia kehamilan yang hampir menginjak bulan keenam, Sakura terlihat lebih lelah, namun wajah syahdu nya selalu mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Sesaat Sakura masih berkelut dengan dunianya, matanya belum kantuk. Lalu ia mengambil nafas dalam dikarenakan dorongan rahim. Ia menghadap ke kiri mencoba mencari kantuk dan juga karena itu posisi terbaik saat kehamilan. Akhirnya ia terlelap. Selang beberapa lama Sasuke mengambil tempat disebelah, ia mendengar tarikan nafas panjang istrinya. Lalu ia mendekatkan wajahnya. Cup! Sapuan bibir Sasuke mendarat perlahan dikeningnya.
.
.
Bagian 2
.
.
Pagi menyapa, ditemani kicauan burung dan cahaya matahari yang hangat, wanita berambut pink masih setia dalam selimutnya, sampai cahaya matahari yang masuk membangunkannya. Dilihatnya tempat tidur suaminya, hanya ada selimut yang terlipat rapih 'Sasuke-kun sudah bangun?' Sakura langsung beranjak dari tidur lalu berjalan pelan menuju dapur 'tidak ada?' Sakura menengok kekamar mandi 'juga tidak ada' lalu Sakura menuju ruang tamu dan melihat Sasuke di luar rumah ingin pergi.
"Sasuke-kun kau mau kemana? bukannya kau tidak ada misi?"
Sasuke hanya menoleh tanpa mengatakan apapun. Lalu dirinya langsung pergi melewati rumah demi rumah dengan cepat. Sakura yang melihat Sasuke pagi itu hanya dibuatnya bingung. Sakura tidak ingin ambil pusing, dirinya langsung masuk untuk mandi dan membuat sarapan untuknya dan untuk suaminya ya, untuk mereka.
Usai membuat makanan. Sakura,duduk di atas kursi kayu, dibalkon rumah. Selagi menunggu suaminya pulang. Matahari mulai meninggi, makanan mendingin. Sasuke belum juga kembali. Rasa kantuk menyelimutinya, dirinya pun tertidur di atas kursi kayu itu.
Sakura terbangun dari tidurnya ia merasakan hangat ditubuhnya, dan dingin dikakinya. iris viridannya perlahan mulai terbuka. Sebuah selimut tebal membungkus tubuhnya pantas, dirinya merasa hangat, lalu ia menunduk melihat kakinya yang terasa dingin, terlihat daun yang bisa dibilang obat membungkus kakinya. 'siapa yang melakukan ini?'
"Kau sudah bangun?"
Sakura menoleh keasal suara, Sasuke menghampirinya. "Ini. Minumlah selagi hangat. " Sakura tersenyum renyah pada Sasuke. Ini déjà vu. Bedanya ini susu. Bola-bola merah kecil kini terlihat diwajah mereka .
Flash back
Rumah Sakit Konoha
Sasuke berada tepat di depan pintu masuk. Memasuki rumah sakit konoha, beberapa pasang mata memperhatikannya. Mungkin semua membatin 'laki-laki yang sangat tampan'. Tepat di depan ruang yang bertuliskan 'Ibu dan anak' Ia berhenti.
Tok tok tok
"Masuk!"
Sasuke mengambil tempat.
"Hah… Sasuke-kun! Ada masalah apa kemari? jangan bilang kau ingin menggodaku! Maaf, aku sudah memiliki Sai dan bayiku, Inojin. Bercanda, bercanda.. hahaha"
Sasuke bingung dengan tingkah narsis Ino. Baru masuk sudah ditodong.
"Jadi ada apa?"
Sasuke bercerita tentang keadaan Sakura. Dengan wajah malu-malu bercampur khawatir. Sasuke menjelaskan kepada Ino. Gadis itu menanggapi dengan "hahaha…", "oh seperti itu", "ya begitulah". 'lucu juga kalau Sasuke seperti ini' batinnya.
End Flash back
"Terimakasih Sasuke-kun….. untuk ini, dan semua…"
.
.
Bagian 3
.
.
Ruang Hokage tepatnya balkon, Sasuke dan Naruto tengah berbicara. Pembicaraan antara kedua laki-laki terhebat di Konoha.
"Jadi, Sasuke. Pada intinya kau akan pergi meninggalkan Konoha, Sakura-chan dan juga- anakmu" Naruto membuka percakapan
"Hn,"
"Bukan kah akan lebih baik untuk sementara ini aku mengutus ANBU saja. Lagi pula, apa kau tega meninggalkan Sakura-chan sendirian heh? -dattebayo"
"Aku harus mencari informasi itu seceptnya, lagi pula jika hanya mengandalkan ANBU yang bergerak secara berkelompok akan memperlambat, aku akan mencari informasi sendiri. Kita tidak tahu musuh kita itu seperti apa. Yang jelas musuh itu pastinya lebih kuat dari pada Kaguya.
Dan musuh kita kali ini berkaitan erat dengan Klan Uchiha, aku tidak tau siapa yang akan dia jadikan tameng nantinya." Ucap Sasuke panjang dan ringkas
"Yah… kau benar Sasuke. Yang jelas, kau harus lebih hati-hati menghadapi musuh kali ini,
soal Sakura-chan, dia pasti iya iya saja kau tinggal pergi. Kau ini dasar! sudah menghamili anak orang lalu kau tinggal pergi." Naruto merangkul Sasuke mesra, sedangkan Sasuke menepis jijik tangan Naruto.
"Kau pikir aku bajingan."
Dengan sedikit deathglare Naruto malah tertawa. Bwahahahaha
"Aku akan kembali jika ada kabar mengenai Sakura atau kelahiran anakku. Aku harus melakukan ini. Ini juga demi klan ku dan juga perjalanan penebusan dosaku. Aku -" Sasuke menggantung kalimatnya. .
Yang jelas Naruto. Jaga Sakura…
aku… sangat… sangat… mencintainya….." seakan keluar dari hati yang terdalam ia, mengatakan sepatah kata dengan jeda.
Naruto berhenti tertawa, ia tercengang. Bagaikan adegan di perlambat, berkas angin menerpa mereka, seakan ikut tercengang dengan perkataan Sasuke.
.
.
Bagian 4
.
.
Hari ini, hari di mana sasuke harus pergi meninggalkan Sakura juga anaknya yang masih belum lahir. Tentu hatinya berat, tapi ada perasaan yang pastinya membuat Sasuke yakin dengan keputusannya. Sasuke telah selesai mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawanya. Sementara Sakura masih mengisi bekal makanan Sasuke selama diperjalanan.
"Ini Sasuke-kun," Sasuke menatap datar istrinya yang memberikan bekal makanan, dengan wajah yang terlihat sayu
"Hn"
Sasuke keluar menuju pintu di ikuti Sakura.
"Apa kau akan lama? Sasuke.. " Sasuke berbalik menghadap istrinya, di pelupuk matanya terlihat air mata yang tergenang. Sasuke mendekapnya dalam dadanya.
Cukup lama mereka perpelukkan. Lalu Sasuke membuka suara dengan perlahan
"Aku memang selalu membuat mu menangis." Dalam kata itu terselip rintihan yang pilu bagi Sasuke
"Tidak Sasuke. Kau selalu membuatku bahagia untuk berada di dekat mu dan untuk menjadi ibu dari anak mu," Sasuke mengencangkan pelukannya pada istrinya. Dan entah kenapa wanita ini selalu membuatnya bangga akan dirinya. "Kau selalu berusaha melindungi desa ini Sasuke." Sakura melepaskan pelukan suaminya
"Sudah kau harus bergegas." Sakura kembali tersenyum.
Sasuke mendekatkan wajah pada istrinya. Sakura merona merah. Lalu diciumnya kening istrinya. Lalu turun menuju perut buncitnya dan menciumnya pula.
Kemudia Sasuke mengangkat tangannya merapatkan jari telunjuk dengan jari tengah. Lalu di daratkannya menuju kening istrinya , ia menyentil istrinya
"Aku akan kembali"
"Aku pergi. Jaga diri kalian."
.
.
Bagian 5
.
.
Burung bertengger, cicitannya ria berbunyi sebagai pelengkap pada pagi yang hangat. Dirumah yang sederhana, sebuah keluarga hangat masih terlelap dalam selimut.
Pink, mungil, mencuat. Siapa lagi jika bukan keluarga Uchiha kecil, yang baru saja mendapat anugerah bahwa anak mereka telah lahir ke dunia. Sarada Uchiha.
"…" Sasuke terbangun dari tidurnya. Wajah Sasuke terlihat lucu, ia melihat jarinya di pegang erat oleh tangan mungil putrinya. Tanpa bergerak Sasuke membiarkan hal tesebut, takut kedua bidadarinya terbangun –ya disitu juga ada Sakura berada di kanan putrinya dan Sasuke di kiri putrinya. Bahagia sekali putri kecil mereka diapit kedua orang tuanya.
Setelah itu Sasuke kembali menutup matanya, ternyata setelahnya Sakura, istrinya terbangun. Sasuke pura-pura tidur. Sakura lalu mengelus halus rambut putri kecilnya, lalu dinaikannya selimut untuk putrinya juga suaminya. Lalu Sakura memberikan kecupan selamat pagi di pipi anaknya –juga suaminya. Sasuke yang pura-pura tidur merasakan kecupan hangat di pipinya, tubuhnya seketika menegang, ia bergeming berusaha terlihat tidur. Meskipun ritme jantungnya naik 2-3-4 kali lipat.
Sakura mengikat rambutnya yang mulai panjang, kemudian keluar dari kamar. Dia seorang ibu sekarang, harus giat melakukan pekerjaan rumah, melakukan apapun untuk keluarga tercintanya. Setelah selesai melakukan pekerjaan rumah, ia membersihkan badan yang mulai terhendus bau keringat. Lalu menata makanan untuk sarapan.
Terdengar pintu kamar terbuka. Sasuke keluar dengan rambut makin mencuat.
"Kau sudah bangun sayang?" Sakura melontarkan pertanyaan dengan senyum terindah yang langsung di balas anggukan kecil Sasuke.
"Kalau kau ingin mandi, aku sudah menyiapkan air hangat, sekaligus aku memandikan Sarada. Lalu kita sarapan bersama." Sakura tersenyum lagi
"Hn, ya."
Di atas meja makan berbentuk persegi itu sudah terhiasi beberapa makanan. Sakura dengan sigap mengambilkan makanan untuk suaminya. Meskipun Sakura hanya memasak makanan sederhana Sasuke selalu menghabiskan masakan buatan istrinya, karena apalagi masakan yang paling ia rindukan jika bukan masakan buatan istrinya?
Biasanya setelah sarapan Sakura lalu memberikan ASI pada Sarada yang berumur 8 bulan. Meskipun itu bukan ASI ekslusif Sakura tetap ingin memberikan nutrisi terbaik pada anaknya. Ia juga belum kembali bekerja karena hokage sekaligus sahabatnya mengatakan bahwa ia harus banyak istirahat, sahabat terbaiknya itu juga mengatakan bahwa sebaiknya ia harus fokus merawat anaknya beserta dengan suaminya. Naruto yang sudah berkeluarga tahu, bahwa bagaimanapun juga keluarga harus di prioritaskan. Karena Naruto juga tau bahwa Sasuke tidak bisa terus menemani Sakura juga anaknya. Ya, memang Sasuke tetap harus menebus semua kesalahan masa lalunya.
.
.
Bagian 6
.
.
Beberapa Tahun Kemudian
Sarada POV
"Aku tidak mengerti bu! Aku tidak mengerti ibu dan ayah!" Mungkin ini pertama kalinya aku membentak ibu keras. Bagaimana tidak? Ini ulang tahun ku diumur ku yang menginjak 13 tahun. Dan sampai sekarang aku tidak pernah mengerti kenapa ayah tidak pernah ada untukku.
"Sayang kau masih terlalu kecil untuk memahami ini, ibu ak-"
"Aku sudah cukup besar bu untuk harus tau dimana ayahku!" Aku bersuara keras lagi. Aku sebenarnya tidak tega mengatakan ini pada ibu tapi aku.. aku tidak mau jika harus seperti ini, kenapa ayah tega sekali meningglkan aku dan ibu?
"Aku tidak mengerti cinta kalian, dan apakah kalian saling mencintai?"
"Sarada jangan berkata seolah kau mengerti cinta! Kau tidak seharusnya berkata seperti itu!" Suara ibu makin meninggi dan aku membuat masalahku sendiri.
"Entahlah bu. Yang jelas aku tidak mengerti cinta orang tua…"
Aku langsung pergi dari rumah tanpa mempedulikan suara ibu memanggilku.
Aku tidak tau harus kemana….
"Sarada!" Suara ini. "Nanadaime?" Kenapa Nanadaime disini? Bukan kah seharusnya dikantor hokage?
"Panggil saja Paman Naruto." Oke, Paman Naruto tersenyum lebar.
"Kenapa kau disini Sarada? Bukankah hari ini ulang tahun mu, Kenapa tidak bersama ibu mu?"
Tanpa membalas aku menekuk wajahku.
"Ya sudah kalau begitu, paman akan mengajak mu makan dikedai ramen, kau bisa bercerita di sana nantinya."
.
Kedai Ramen Ichiraku
"Paman, aku pesan dua mangkuk."
"Naruto! Lama tidak kemari?"
"Haha begitulah paman aku sibuk sekali."
"Tentu saja Naruto, kau sekarang sudah menjadi Hokage. Baiklah Naruto tunggu sebentar, paman akan membuatkan semangkuk besar untuk mu dan juga untuk gadis kecil cantik ini."
"Jangan lama-lama paman,"
"Tenang Saja."
"Jadi, kenapa kau malah tidak dirumah?"
"Aku bertengkar dengan ibu ku." Jawabku datar.
Hening. "Soal Ayahmu?"
"Apakah menurut paman tidak aneh jika aku memiliki ayah tapi aku tidak pernah bertemu dengannya?"
"Kau memang terlalu kecil untuk memahami masalah itu Sarada." Itu lagi! Selalu saja terlalu kecil.
"Aku tidak mempunyai kasih sayang orang tua. Aku benci hiks.."
"Kau tidak bisa mengukur kasih sayang orang tua hanya karena mereka tidak ada disamping mu.
Kau tau?" Aku menggeleng. "Paman tidak pernah hidup bersama orang tua. Bahkan pada awalnya paman tidak pernah melihat wajah mereka. Paman berpikir mereka adalah orang tua yang tidak pernah menyayangi paman. Tapi itu semua salah. Disaat paman lahir mereka memberikan seluruh cinta mereka pada paman dengan waktu yang tidak banyak. Bahkan mereka membuat paman tetap hidup dengan cinta mereka. Dan seperti itu juga yang dilakukan ayahmu, dia melakukan semua ini bukan tanpa alasan." Paman Naruto mengucek matanya yang tadi kulihat menitikkan air mata. Lalu pesanan ramen sudah tersedia.
"Kau tidak seharusnya marah pada ibumu. Kau tau, bahkan ibumu rela mati demi ayahmu." Aku terdiam. Aku sudah terlalu lancang pada ibu. Aku merutukki diriku dalam hati.
"Maksud paman?"
"Saat itu ada masalah yang membawa nama ayahmu. Dia dicap sebagai teroris, tapi tentu saja ibumu tidak terima. Itu sudah lama sekali paman lupa persisnya." Hiks aku tidak tahan untuk tidak menangis, paman Naruto menepuk pelan kepalaku. "Ayahmu itu orang yang hebat dan juga keras kepala. Dia itu jarang sekali mengeluarkan air mata. Hanya orang yang sangat penting dan berarti baginya untuk ditangisi, itu adalah keluarganya. Saat kau lahir ayahmu menangis, itu tangisan cinta. Orang tua mu tentu saja saling mencintai. Dan kau ada untuk melengkapi mereka.
Jadi jangan bertanya tentang cinta orang tua mu, tanya pada dirimu sendiri, apa cinta yang sudah kau beri untuk orang tuamu." Kata-kata itu menohok sekali.
"Paman aku ingin pulang."
"Eh… kau tidak makan?"
"Aku sudah kenyang." Aku beranjak pergi
"Tunggu dulu-" Seketika aku berhenti "paman sudah menyiapkan kejutan untukmu."
Heh kejutan, "apa?"
"Nanti kau akan tahu." Ucapnya tersenyum lebar. "Terima kasih Paman Naruto."
Aku sudah merasa baik sekarang, yang jelas saat aku pulang aku ingin memeluk ibu. Ibu maafkan aku!
End Sarada POV
.
.
Bagian 7
.
.
Keadaan rumah semakin gelap matahari semakin turun, sore hari membuat minimnya cahaya, hanya cahaya lilin di atas kue ulang tahun yang menerangi ruang tengah itu. Sakura terdiam di depan meja kecil, dalam diam air matanya terus mengalir. Sampai suara langkah pelan membuatnya menoleh.
"Sayang…"
Tanpa menjawab pertanyaan kecil dari ibunya Sarada langsung memeluk ibunya dengan tangis.
"Ibu maafkan aku… hiks" Sakura hanya diam membelai lembut rambut putrinya. "Maafkan ibu juga."
"Aku tidak akan membuat ibu hiks… menangis lagi…."
"Ibu mengerti perasaan mu."
Tanpa ibu dan anak itu sadari laki-laki bertubuh besar mengenakan jubah, berada di belakang mereka
"Sakura, Sarada."
Suara bariton mengagetkan mereka berdua. Sakura menoleh keasal suara,
"Sa- Sasuke-kun?" Ucap Sakura terbata, tanpa bisa melawan gerakan tubuh, Sakura langsung memeluk suaminya, seseorang yang lama tidak dilihatnya.
Sarada bergeming dengan apa yang dilihatnya 'paman sudah menyiapkan kejutan untukmu'
"A.. ayah…" Sarada masih diam di tempat.
"Kau sudah tumbuh besar anakku." Sasuke menarik anaknya kedalam pelukannya "Aku sangat merindukan kalian"
Sarada dan Sakura menangis dalam pelukan Sasuke. Cukup lama mereka meredam kehangatan sampai Sarada bertanya,
"Ibu, Ayah, kapan aku meniup lilin?"
"Oh iya ibu lupa."
"Maaf ayah tergesa-gesa jadi-"
"Tidak apa-apa ayah, cukup dengan ayah pulang itu lebih dari apapun." Potong Sarada manis.
"Baiklah. Tutup matamu dan mintalah harapan!"
"Baik bu."
Sarada menutup matanya membiarkan harapan dalam hatinya. Ternyata Sakura dan Sasuke juga menutup mata mereka untuk membuat sebuah harapan. Dalam hati mereka membatin…
Aku mencintai kalian…
"karena mereka(orangtua) kamu hidup jadi, kau harus hidup demi mereka(orangtua)"
-Masashi Kishimoto
Tamat
A/N
DAN SAMPAI DETIK INI TIDAK PERNAH MERASA MENYESAL MENJADI SAVERS!
Terimakasih untuk semua :D
Thank's for anything inspiring me!
Karena ini fanfic pertama yg aku berani publish dalam rangka BTC mafhum kalo ada yang typo dan emm -aneh .Aku memang sengaja buat beberapa bagian, karena kadang-kadang idenya berubah-ubah jadi buatnya per-bagian. Oh ya judul fic ini aku terinspirasi dari kutipan lagu, yang berarti my love (bagus juga buat jadi judul c: )
Kenapa aku menulis fic ini? karena imajinasi itu bisa meledak dikepala aku kalo nggak aku bagi. Nah, karena manusia itu hidup untuk saling berguna, bersediakah kalian mereview fic ini?
Dari newbie yang butuh bimbingan…
