Diamond no Ace bukan milik saia! Saia cuma minjem karakternya buat dinistain haha X/D #digeplak

Warning : OOC, typo(s), EYD, bahasa baku dan non baku yang tercampur dan kesalahan lainnya, and last, it's YAOI! Don't like? Don't read it! :p

Pair : MiSawaChris slight FuruSawa(?) and BrotherComplexKuraSawa


.

Hoshi wo mi ni ikou!

.


Musim panas akan segera berakhir dalam beberapa hari. Bau khas tanah dan binatang-binatang yang sering meramaikan sepinya malam mulai berkurang satu per satu. Hawa yang biasanya panas terik perlahan berubah menjadi sejuk ditambah angin sepoi-sepoi.

Langit yang biasanya cerah dipenuhi bintang-bintang pun kini mulai meredup tertutup awan kelabu—seolah menandakan akan turun hujan. Sinar bulan sabit yang kala itu terlihat terang pun sedikit demi sedikit tertelan awan kelabu hingga sosok cantiknya hilang ditelan kegelapan.

Malam itu, di sebuah sekolah tingkat atas bernama Seidou, yang ajaibnya langit di sana masih nampak cukup jelas untuk melihat kerlap-kerlip bintang beserta sinar rembulan.

Namun, bagi para anggota baseball di sana mereka sama sekali tidak ada yang terlalu memperhatikan lukisan bintang di malam itu. Mereka terlalu terlena dalam mandi keringat dan sibuk menstabilkan napas mereka akibat kelelahan setelah latihan yang baru saja selesai.

Waktu memang telah menunjukan pukul sembilan kurang lima belas menit—di mana semua orang sudah selesai latihan dan bersantai di dalam kolam mandi yang hangat dan bersiap untuk tidur.

Kecuali seorang pemuda brunette bernama Sawamura Eijun yang masih setia berlari ditemani sang 'aibou' berupa benda mati bernama ban mobil.

Meskipun napasnya sudah tersengal-sengal disertai badan yang serasa remuk, ia tetap memaksakan kakinya untuk terus berlari. Pegangan tangannya pada tali ban mengerat, ia merapatkan bibirnya—menahan rasa kesal dihatinya.

Kesal karena ia kalah oleh Furuya, kesal karena ia tak bisa bermain bagus, dan kesal karena para kelas tiga yang akan segera pergi meninggalkan tim.

Rasanya ia ingin berteriak keras saat ini—seperti kebiasaannya, namun kali ini sudah malam jika ia berteriak maka ia akan segera ditegur karena latihan terlalu malam.

Otaknya terus berpikir keras untuk menemukan sebuah ide. Ia ingin menciptakan sebuah momen menyenangkan—selain baseball bersama para senpai kelas tiga sebelum mereka pergi—tapi ia tidak tahu bagaimana—lagipula Sawamura bukan seorang pemikir yang handal dengan otak pas-pasan yang ia punya.

Napasnya yang semakin memburu membuat Sawamura menghentikan langkahnya dan menunduk. Kakinya yang tak kuat menahan beban membuat Sawamura menjatuhkan badannya dengan posisi terlentang hingga ia bisa melihat langit penuh bintang dengan sedikit tambahan awan kelabu—jangan lupakan sang rembulan.

Bola mata emasnya menatap kerlipan bintang yang bertaburan di angkasa. Sesaat, dengan melihat langit malam saja sudah membuat hatinya tenang. Bukan hanya itu, jantung yang tadinya memompa keras pun, saat ini telah berdegup normal—seakan segala rasa lelah hilang.

Beberapa menit menatap langit dengan tatapan kosong, sebuah ide pun terbesit di pikirannya. Untuk orang lemot macam Sawamura ternyata sebuah ide pun dia dapat—meski memakan waktu hampir setengah jam memandang langit.

Merasa idenya adalah pemikiran terbaik yang ia cari, bibirnya pun membentuk senyuman manis yang berakhir menjadi cengiran lebar ala Sawamura. Dengan perasaan senang yang meluap di hatinya ia pun terkekeh senang.

"Sawamura~ kenapa kau tersenyum sendiri? Memikirkanku?" tanya seseorang yang seenaknya mengambil posisi duduk di samping Sawamura.

"Ha?! Miyuki Kazuya! Sedang apa kau di sini?" tanya Sawamura seraya bangun dari acara rebahannya tak lupa mengambil posisi menjauh dari sang megane.

"Ha ha, aku hanya mengecek jika kau akan berbuat hal bodoh hingga membuatmu cedera seperti latihan berlebihan, kau kan terlalu bodoh untuk mengetahui hal itu," ujar Miyuki seraya menekankan kata-katanya dengan nada mengejek—jangan lupakan cengiran menyebalkannya.

"Grrr..., jangan panggil aku bodoh! Aku tak sebodoh itu!" misuh Sawamura bangkit dari posisi duduknya seraya menunjuk Miyuki dengan jari telunjuknya.

"Ha ha, hanya orang bodoh yang tidak mengakui kalau dirinya tidak bodoh," elak Miyuki makin nyengir.

Sawamura tidak mau kalah. "Urusai na teme!"

"Aku ini senpai-mu, sopanlah sedikit!" koreksi Miyuki—ia sama sekali tidak tahu alasan mengapa sang kouhai di depannya ini tidak memiliki rasa hormat pada dirinya—kau saja yang tidak sadar dengan sifatmu sendiri Miyuki.

"Aku tidak menganggapmu senpai dengan sifatmu yang menjengkelkan itu!" tolak Sawamura sinis yang masih keukeuh dengan argumennya.

"Ha ha, terima kasih!"

"Itu bukan pujian!" sembur Sawamura yang wajahnya sudah memerah karena kesal. Adu mulut dengan senpai-nya yang satu ini memang sering membuat dirinya kesal setengah mati. Dirinya merasa selalu dipermainkan oleh Miyuki kalau adu argumen, salahkan sifat twisted Miyuki yang sering memutarbalikkan perkataannya dengan seenaknya—jangan lupakan cengiran menyebalkan tanpa dosanya jika dia tengah berada dalam posisi twisted personality.

Baru saja Sawamura hendak pergi untuk meninggalkan Miyuki karena kesal, sebuah tendangan maut mendarat dengan mulus ke pinggangnya.

"Ittai!" pekik Sawamura berusaha bangun dari posisi tersungkurnya di tanah masih dengan tangan yang mengelus pinggangnya yang sakit. "Kenapa aku kena tendang sih, Kuramochi-senpai!" keluhnya pada sang penendang yang kini sedang melipat tangan di dada.

Yang terpanggil malah terkekeh. "Tidak ada, hanya ingin saja." Katanya seraya menatap Sawamura dan Miyuki bergantian. "Bakamura! Mau sampai kapan kau latihan? Mau kulaporkan ke kantoku huh?" ancam Kuramochi—masih dengan menyilangkan tangan di dada.

"Uwoo..., apapun itu asal jangan lapor pada Bos!" Sawamura memasang wajah memelas super unyu yang membuat kedua senpai-nya meneguk ludah.

"Ck," Kuramochi hanya membuang muka—karena dirinya merasa akan kalah jika ditatap seperti itu.

"Yeaah~" girang Sawamura semangat—seolah lupa dengan rasa sakit tendangan tadi. "Oh iya, sebenarnya aku ada permintaan...," ekspresi Sawamura tiba-tiba menjadi redup—membuat kedua orang lainnya penasaran sekaligus agak risih—khawatir—mungkin. "Karena kelas tiga akan segera lulus, aku ingin membuat kenangan bersama mereka. Selagi musim panas belum berakhir bagaimana kalau kita melihat bintang bersama?" katanya seraya berbinar-binar.

Kuramochi dan Miyuki terdiam.

Sawamura yang tidak suka dicampakkan oleh kedua senpai tersebut malah merengut. "Geez, aku tahu kalau ideku itu bodoh. Ya sudah! Lupakan saja!" Sawamura berkata kesal seraya melepas tali ban yang berada di pinggangnya dan hendak pergi tapi—

"Hyahaha, aku tidak tahu kau bodoh atau apa. Tapi idemu barusan tidak buruk juga," Kuramochi terkekeh.

Miyuki pun ikut tersenyum kecil. "Lagipula turnamen musim panas sudah berakhir, tidak salahnya kita menghabiskan satu malam untuk bersantai, asalkan kau tidak bertindak bodoh saja, ha ha...,"

Sawamura yang awalnya senang karena telah dipuji oleh kedua senpai-nya dalam sekejap ekspresinya berubah menjadi cemberut karena entah kenapa kalimat dari kedua senpai-nya itu selalu ada kata 'bodoh' di dalamnya. Apakah dirinya itu memang sebodoh itu? Apakah ia memang tidak punya harapan lain selain dipanggil bodoh? Apakah kelebihan dirinya itu hanyalah kebodohannya? Terus apakah—oke Sawamura mulai gila akan kata 'bodoh' yang seolah sudah menjadi trade mark miliknya.

"Bodoh memang ciri khas-mu Sawamura~"

"Eh? Kena—"

"Tentu aku tahu, semuanya tertulis di wajahmu...," potong Miyuki seraya menyeringai.

Sawamura terdiam. Kuramochi juga diam seraya menatap interaksi antara catcher dan pitcher di depannya.

"Eh? Memangnya aku menulis pikiranku di wajahku ya? Kok bisa?" Sawamura berkata polos seraya menyentuh wajahnya dengan kedua tangannya.

Kuramochi dan Miyuki pun hanya bisa speechless sebelum keduanya tertawa terbahak-bahak.

Sadar akan kebodohannya, Sawamura pun kesal.

"ARHGT! JANGAN TERTAWA!"

.

.

Kuramochi sepertinya kedatanganmu sudah menggagalkan aksi Miyuki. Skor 1-0 untuk Kuramochi dan Miyuki.

.

.

Masih dengan perasaan kesal karena tadi malam Kuramochi dan Miyuki menertawakannya habis-habisan hingga sepuluh menit, Sawamura meninggalkan kelasnya dengan ekspresi bad mood yang luar biasa.

Terkadang ia berpikir, kenapa dirinya selalu yang terkena bahan ejekan sih? Memang dia itu sudah terbiasa, tapi akhir-akhir ini bukan hanya Kuramochi dan Miyuki tapi hampir SELURUH tim mengejek, mengolok atau pun menggodanya hingga ia marah-marah tak jelas seperti err gadis PMS.

Shikatanai yo(*) Sawamura-kun, salahmu sendiri karena memasang wajah yang sangat menggemaskan jika kau cemberut atau kesal, akibat ekspresi seperti itu teman-teman dan para senpai kan jadi asyik menggodamu.

Baru saja ia akan melewati koridor sekolah untuk pergi ke kamarnya, ia berpapasan dengan Chris yang sepertinya baru selesai dari perpustakaan—terlihat ia sedang membawa buku setebal kamus—nasib kelas tiga yang harus belajar.

"Konnichiwa! Chris-senpai!" sapa Sawamura seraya membungkuk memberi hormat.

"Ah," jawab Chris pendek dengan senyuman kalemnya. "Kalau tidak salah malam ini katanya kita akan pergi untuk melihat bintang, apakah itu benar idemu?"

Sawamura yang mendengar penuturan dari Chris hanya bisa merona seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ahaha, sebenarnya aku ingin membuat kenangan untuk Chris-senpai dan para kelas tiga lainnya,"

Chris yang melihat ekspresi lucu bin imut dari Sawamura agak melunturkan ekspresi kalemnya selama beberapa detik hingga ia memperoleh ekspresinya kembali saat matanya tidak melirik ke arah sang kouhai.

"Baguslah, aku juga menantikannya,"

"Wuoo! Benarkah? Yosh!"

Keimutan Sawamura bertambah lima puluh persen akibat senyuman manisnya yang polos. Uh oh, Chris tidak sadar jika tangannya sudah bergerak untuk mengelus puncak kepala Sawamura hingga sang empu-nya tambah blushing dan menikmati elusan sang senpai yang ia anggap gurunya disertai dengan debaran halus di dadanya.

"Uhum, maaf mengganggu tapi kalian menghalangi pintu masuk ke ruangan ekskul kami," kata seorang murid perempuan yang tersipu malu—yang entah kenapa perempuan itu sibuk menutupi hidungnya dengan tisu—seperti menahan darah yang keluar.

Kedua orang yang tadinya seakan berada di dunia masing-masing pun tersadar dan tersenyum canggung.

"Uh,"

.

.

Skor 1-1-0 untuk Kuramochi, Chris dan Miyuki.

.

.

Setelah berpamitan dengan Chris di koridor, Sawamura bergegas pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian dengan seragam baseball-nya. Hal yang paling tidak ia harapkan adalah melihat senpai-nya yang berkacamata sedang duduk di KASUR-nya seraya membaca shojo manga miliknya. Huh? Seorang Miyuki Kazuya membaca shojo manga? Apa kata dunia—lupakan.

"Miyuki Kazuya! Sedang apa kau di sana?" tanya Sawamura yang sama sekali tidak menaruh rasa hormat di dalam kata-katanya.

"Sopanlah sedikit aku ini senpai-mu! Dan untuk pertanyaan itu, bukankah sudah jelas? Aku sedang membaca shojo manga kesukaanmu Sawamura~" ujarnya nyengir. "Aku tidak tahu kalau cerita yang sering membuatmu menangis itu seperti ini, kau cengeng sekali."

"Kalau kau mau mengejek sebaiknya keluar saja! Aku mau ganti baju! Bukankah seharusnya kau main catching dengan Furuya?" sinis Sawamura melipat tangan di dada.

Oke, mood Miyuki tambah buruk saat Sawamura berbicara seperti itu. Sebenarnya saat adegan di koridor tadi Miyuki tidak sengaja lewat karena perlu membawa sesuatu dari perpustakaan. Lalu ia melihat pemandangan yang tidak ia sukai di depannya. Niatnya pergi ke kamar ini—bahkan sampai mengusir Kuramochi—agar ia bisa bicara berdua dengan Sawamura, tapi lihatlah sekarang—dirinya malah diusir—padahal tadi saat mengusir Kuramochi saja ia harus tahan untuk diomeli oleh pemain tercepat itu—malang sekali nasibmu Miyuki.

"Huh? Kalau mau ganti ya ganti saja, lagipula aku belum selesai membaca." Katanya datar seraya menatap manga di tangannya, sejenak senyum liciknya pun mengembang. "Oh, apa jangan-jangan kau malu? Tenang saja, kita sama-sama lelaki kok,"

Tidak mau berdebat lebih panjang lagi, Sawamura pun menyambar beberapa pakaiannya dan segera berganti dengan wajah menahan malu—ia juga tidak tahu kenapa dirinya harus malu. Sawamura melirik ke arah Miyuki yang memang sepertinya masih fokus pada manga-nya dan menghela napas.

'Ck, aneh sekali dia tidak berkomentar apapun. Sudahlah nanti aku terlambat,' batin Sawamura yang telah berpakaian lengkap dengan seragam baseball-nya.

"Oi Miyuki Kazuya! Mau sampai kapan kau di sana? Kita bisa terlambat tahu!" Sawamura mulai bergegas untuk pergi keluar namun gerakannya terhenti saat Miyuki menepuk pundaknya.

"Baka ka omae? Hora! Kau tidak benar memasukan bajumu! Kodomo ka?(**)"

"Baka tte iu na yo, ore wa kodomo janai!(***)"

"Ha ha," Miyuki hanya tertawa, kedua tangannya ia gunakan untuk merapihkan seragam putih bertuliskan kanji Seidou agar terpasang benar. Meski wajahnya nampak tanpa ekspresi dan terkesan fokus—tapi di dalam hatinya ia sudah nyengir lebar karena usahanya berhasil.

Sementara itu, diperlakukan baik oleh Miyuki saat ini membuat Sawamura sedikit merona dan tidak berani menatap senpai-nya itu. Daripada merasakan degup jantungnya yang terasa tidak normal, ia lebih memilih untuk memfokuskan pikirannya dengan menatap apapun selain ke arah Miyuki—yang entah kenapa jaraknya serasa mendekat dengan tubuhnya.

Meskipun pekerjaannya telah selesai, Miyuki sengaja tidak menjauh dari posisinya yang tepat berada di depan Sawamura. Malahan ia asyik menatap sang kouhai yang sepertinya sedang gugup dengan pandangan tak fokus dihiasi pipi yang merona—uh oh, betapa inginnya Miyuki mencubit pipi tembem itu—pasti lembut dan kenyal sekali.

Sawamura yang sadar kalau kedua tangan Miyuki sudah tidak membenarkan bajunya lagi mengalihkan pandangan untuk melihat Miyuki yang kini sedang menatapnya lekat. Merasa ditatap seperti itu malah membuatnya makin gugup, wajah Sawamura pun kembali tambah merah.

"Wajahmu memerah? Kau sakit?" tanya Miyuki dengan nada khawatir—aneh juga mendengar nada seperti itu dari Miyuki—pasti ia merencanakan sesuatu. "Ah, aku lupa orang bodoh kan tidak akan sakit ha ha,"

Tuh kan! Sifat twisted Miyuki memang paling menyebalkan.

Baru saja ia ingin meledak marah, namun sesuatu yang hangat menyentuh dahinya. Ternyata Miyuki menempelkan dahinya ke dahi Sawamura untuk mengecek perbedaan suhu.

"Sudah kuduga, kau tidak sakit. Mana mungki orang bo—"

—duagh!

"MENJAUH DARIKU MIYUKI KAZUYA!" teriak Sawamura seraya mendorong Miyuki lalu pergi berlari meninggalkan sang senpai.

Selama berlari ke arah lapangan, Sawamura merutuk kesal—hingga rutukannya terdengar oleh semua orang yang ia lewati. Sayup-sayup ia bisa mendengar tawaan dari Miyuki.

'Grrr, Baka-yuki menyebalkaaaaan!' batinnya kesal.

.

.

Skor 1-1-1 untuk Kuramochi, Chris dan Miyuki.

.

.

Seperti awal ide Sawamura sebelumnya, malam ini mereka akan pergi ke sebuah tempat untuk melihat beberapa bintang di tempat yang tinggi. Sawamura yang lupa akan nama tempatnya hanya menggumam riang seraya melihat jalan-jalan kota Tokyo di malam hari.

Meski permintaan dari Sawamura terkesan mendadak, dan pada saat itu kantoku mereka sedang dalam mode 'baik'. Maka mereka diizinkan untuk pergi pada malam hari meski waktu mereka untuk pergi hanya sekitar dua jam saja. Namun, itu sudah cukup bagi Sawamura untuk menghabiskan waktu santai bersama para senpai kelas tiga yang sebentar lagi akan lulus.

Sampailah mereka di sebuah bukit yang tidak terlalu jauh dari sekolah mereka, jika menggunakan bus hanya butuh lima belas menit untuk mencapai tempat ini.

Serentak semua orang terkesima dengan keadaan tempat ini yang begitu sejuk dan tenang. Di mana hamparan rumput yang lembut tergelar seperti karpet. Pepohonan rindang yang tumbuh di sisi lapangan rumput dan yang terakhir langit penuh bintang yang pada malam itu tak tertutup oleh awan sedikit pun.

"Kadang-kadang kau bisa pintar juga ya, oraa!" Jun menatap Sawamura yang berdiri di sampingnya.

"Hehehe,"

"Mungkin kepalanya terbentur sesuatu dan merubahnya menjadi pintar sejenak," tambah Tetsu.

"Atau mungkin pukulan tanganku yang membuat dia jadi punya ide bagus," Ryousuke mulai memukul kepala Sawamura lagi dengan tangannya.

"Ah—ittai desu yo!" pekik Sawamura menyentuh kepalanya.

Baru saja Sawamura mendapat pukulan dari Ryousuke, tendangan tambahan dari Kuramochi pun membantu Sawamura untuk jatuh tersungkur di tanah.

"Kuramochi-senpai! Oni-san!" keluh Sawamura dengan wajah kesakitan setengah memelas hingga di sudut matanya terdapat air mata yang siap terjatuh—oh jangan lupakan wajah cemberutnya—hingga wajah Sawamura terlihat seperti seorang anjing yang ditelantarkan dan membutuhkan 'kepemilikan'.

Orang-orang yang berdiri di dekat Sawamura langsung hening dan menghentikan napas mereka sejenak—shock melihat betama imutnya Sawamura saat itu.

Seseorang tolong selamatkan Sawamura sebelum ia kena 'makan' rame-rame.

Dan do'a pun sepertinya terkabulkan, sebelum sesuatu yang diluar norma terjadi, ada seseorang yang benar-benar berniat 'baik' untuk Sawamura. Ia berjalan menghampiri Sawamura seraya menepuk pundaknya gentle dengan ekspresi yang seolah menyatakan 'kau tidak apa-apa?'—siapa lagi kalau bukan Chris.

"CHRIS-SENPAI!" jerit Sawamura yang langsung menghamburkan badannya untuk memeluk sosok Chris. "Kau memang yang terbaik! Terima kasih!" ujarnya seraya mengeratkan pelukannya.

Orang-orang di sana pun pada iri, dan memutuskan untuk meninggalkan dua orang guru-murid itu—kecuali satu orang yang sedang tersenyum jahil dengan wajah yang seolah mengatakan 'pasti menyenangkan kalau bisa mengganggu mereka, tunggu waktu mainnya saja hyahaha,'.

Chris menepuk kepala Sawamura hingga sang pitcher tersentak dan buru-buru melepas pelukannya dengan wajah yang masih memerah.

"Ugh, maaf aku tidak sengaja." Sawamura menundukan kepalanya malu-malu.

Chris menjawab kalem. "Tidak apa-apa,"

Sawamura yang melihat sekitar dan tidak menemukan siapapun hanya memasang ekspresi polos sambil celingak-celinguk ke sana kemari.

"Jika kau bertanya ke mana semua orang, mereka ada di sana," tunjuk Chris ke arah belakang Sawamura.

Murid kelas satu itu pun menoleh ke arah yang ditunjukan Chris. Dan benar saja, teman-temannya sedang mengerjakan kegiatannya masing-masing. Ada yang sibuk bermain game, melihat bintang dengan tatapan kosong, bercanda gurau, merasakan angin sepoi dan bahkan ada yang tertidur. Dari ekspresi mereka, Sawamura pun bisa tahu kalau teman-temannya itu memang menikmati suasana damai seperti ini.

Merasa lelah karena dari tadi terus berdiri, Sawamura memutuskan untuk duduk di hamparan rumput yang lembut ini seraya menatap langit bertabur bintang.

"Ah Chris-senpai lihat! Itu rasi bintang layang-layang!" ujar Sawamura memecahkan keheningan.

Chris tersenyum karena tebakan Sawamura memang benar. "Aku harap kau tidak hanya tahu rasi bintang itu saja kan?"

Sawamura tersentak, sebenarnya perkataan Chris ada benarnya juga—dia hanya tahu rasi bintang itu saja. Jadi mendengar ucapan senpai merangkap sensei-nya itu membuatnya agak dongkol.

"Sepertinya dugaanku benar,"

"Ugh," Sawamura manyun—memonyongkan mulutnya.

Niat awal Sawamura kan hanya ingin memecah keheningan yang ada, karena ia tahu berbicara panjang lebar dengan Chris itu sulit—berbeda dengan catcher-nya yang satu lagi—tapi dia malah kena ledekan. Ugh.

Chris mendengus geli dengan senyuman kalemnya saat melihat tingkah sang kouhai. Suasana pun kembali hening, hanya hembusan angin dingin yang terdengar serta suara tawa dari teman-temannya yang samar-samar terdengar.

Sawamura makin mengeratkan jaketnya, sepertinya suhu di sini menjadi tambah dingin. Tanpa sadar ia pun menggeserkan badannya ke arah Chris dengan pikiran 'supaya lebih hangat'. Dengan senang hati Chris menerima posisi Sawamura yang mulai mendekat ke arahnya. Sang catcher kelas tiga itu pun tersenyum lembut.

"Kau tahu itu rasi bintang apa?" tunjuk Chris pada langit.

Sawamura menggeleng pelan. "Apakah itu rasi bintang Author dari Indonesia?" jawab Sawamura yang sangat tidak nyambung.

"Bukan, itu adalah rasi bintang—"

Dari sanalah mereka mulai bercakap-cakap mengenai rasi bintang yang entah kenapa ujung-ujungnya malah menciptakan rasi bintang baru versi pemain baseball oleh Sawamura dan dijawab dengusan geli oleh Chris.

Selama bercakap-cakap mereka telihat akur disertai dengan canda tawa. Hingga tidak terasa sudah hampir dua puluh menit mereka berakap-cakap mengenai rasi bintang baseball—huh?

Saat Chris menggerakan tangannya untuk menggenggam tangan Sawamura seorang siluet muncul dari sampingnya.

"Hyahahaha, ternyata kau di sini toh Sawamura!" suara dari Kuramochi mengagetkan Sawamura—reflek Sawamura menjauhkan posisi duduknya. "Aku dengar kau dapat pelajaran tambahan tentang rasi bintang ya? Seberapa banyak kebodohanmu itu sampai hanya mengetahui rasi bintang layang-layang saja? Aku kasihan pada Chris-senpai yang harus berkali-kali menjelaskan hal yang sama, dasar lemot! Hyahaha,"

Sawamura bangkit berdiri karena kesal dan langsung misuh-misuh mencoba menyangkal perkataan Kuramochi. Sementara Chris hanya tersenyum canggung seraya melirik ke arah lain—sepertinya rencananya gagal.

Kuramochi yang melihat ekspresi Chris hanya bisa tertawa dalam hati. Dan aksinya untuk mengambil alih perhatian Sawamura pun berhasil total karena saat ini Sawamura tidak henti-hentinya merengek padanya minta dilepas dari cengkramannya.

"Aku dengar teriakan dari sana, ternyata itu suara kalian ya, ha ha." Miyuki yang baru datang hanya bisa nyengir—sekaligus bersyukur karena Kuramochi datang untuk menganggu mereka—karena awalnya ia berniat seperti itu, tapi dari tadi dia harus mendengarkan sedikit ocehan Zono tentang dirinya yang nanti akan menjadi kapten.

Setelah lepas dari cengkraman Kuramochi, Sawamura terduduk lelah dengan napas memburu. Ia menatap tidak suka pada Kuramochi seraya merengut.

"Kau terlihat berantakan sekali Sawamura~" kekeh Miyuki seraya mendekati Sawamura yang kala itu malah menatap Miyuki dengan tatapan polos lalu berubah menjadi tanpa ekspresi.

Bila biasanya Sawamura akan membalas perkataan Miyuki, kali ini dia hanya memalingkan wajah seraya mengembungkan pipinya. Ia pun bangkit berdiri seraya menepuk bajunya yang kotor.

"Owh, jangan seperti itu aku traktir deh nanti ha ha,"

Sawamura mendelik tidak suka dan segera berjalan menjauh—rupanya ia masih kesal akan kejadian di kamar tadi siang.

"Sawamura?" kini bagian Chris yang memanggil.

Sawamura menoleh, ia melihat tatapan Chris yang sepertinya berniat untuk melanjutkan ceritanya tentang rasi bintang baseball—lagi. Tapi, karena di sana sudah ada Miyuki dan Kuromochi mood-nya untuk bercerita atau mendengarkan pun hilang. "Maaf Chris-senpai ceritanya nanti saja," katanya seraya pergi ke arah Furuya dan Haruichi yang sedang adem ayem menikmati angin sepoi-sepoi.

Chris yang merasa ditolak hanya memasang ekspresi kalem andalannya dan kembali menatap langit berbintang.

Miyuki yang masih merasa belum kalah mengikuti jejak Sawamura, tapi sayang sekali Sawamura malah mengabaikan segala perkataan sang megane.

Kuramochi yang melihat adegan itu hanya tertawa terbahak-bahak. Rencananya untuk mengganggu kedua catcher itu berjalan sukses dari apa yang dipkirkannya.

.

.

Skor 2-1-1 untuk kemenangan Kuramochi dibanding Miyuki dan Chris.

.

.

Sawamura yang masih kesal pada Miyuki memilih untuk mengabaikannya. Ia masih kesal terhadap kelakuan senpai-nya itu. Dia baru akan memaafkannya jika Miyuki meminta maaf pada dirinya terlebih dahulu!

Sang brunette pun memilih untuk duduk di samping Furuya yang sedang tertidur pulas.

"Ah, Eijun-kun. Kau kenapa?" tanya Haruichi dengan nada penasaran.

"Ugh, tidak apa-apa kok Harucchi, hanya saja para senpai entah kenapa suka sekali untuk menyiksaku," jawab Sawamura mendengus kesal—agak cemberut.

Haruichi hanya tersenyum maklum mendengarnya. Lagipula siapa sih orang yang tidak tertarik pada Sawamura? Dengan tingkah polosnya yang luar biasa dan ekspresinya yang imut, pasti semua orang akan berusaha untuk membuat sang brunette kesal agar dapat melihat wajahnya yang memerah kesal—yang terkesan imut.

Haruichi yang merasa bahwa kakaknya memanggilnya, ia pun dengan segara bergegas untuk meninggalkan Sawamura dan Furuya yang kala itu sedang terdiam—Sawamura yang sibuk berpikir dan Furuya yang tertidur.

Entah kenapa rasa kantuk menyerang sang brunette, karena lelah ia pun ikut menidurkan dirinya di samping Furuya dan segera menutupkan matanya. Furuya yang masih tertidur membalikkan badannya ke arah Sawamura hingga posisi mereka saling berhadapan.

Furuya yang dipenuhi rasa kantuk dan tidak bisa berpikir jernih hanya bisa memeluk Sawamura—karena ia pikir itu gulingnya. Furuya yang merasakan kehangatan yang ia cari pun segera mengeratkan pelukannya ke arah 'guling'nya. Sawamura yang memang sudah jatuh tertidur pun ikut mendekatkan badannya karena merasakan kehangatan dan kenyamanan yang tersalur dari Furuya.

Haruichi yang baru kembali dari tempat kakaknya hanya tersenyum kecil, melihat dua rival itu saling berpelukan dengan ekspresi nyaman di wajah mereka.

Tak lama kemudian, Kuramochi, Miyuki dan Chris pun datang. Ekspresi mereka bertiga sangat berbeda-beda. 'Ini pasti menarik,' batinnya.

Miyuki yang memasang wajah nyengir yang dipaksakan—yang entah kenapa auranya terasa tidak bersahabat.

Chris yang tersenyum maklum—meski di dalam hatinya ia tidak terima—tapi kalau dia mengeluarkan ekspresi seperti itu citra kalemnya akan musnah.

Terakhir, Kuramochi hanya tertawa ngakak. "Hyahaha, lihat mereka! Saat sadar mereka terlihat bermusuhan, tapi kalo tidur sudah mirip pasangan hyahahaha!" Kuramochi adalah satu-satunya orang yang berkomentar kala itu.

Haruichi kembali memperhatikan ekspresi dua catcher yang selalu membuat dirinya penasaran, dan benar saja sebuah kedutan muncul di kepala mereka! Haruichi tidak salah lihat kan?

Ia pun tersenyum. "Uhm, senpai-tachi. Sebaiknya kita bangunkan mereka saat akan pulang nanti, masih ada tiga puluh menit lagi sebelum kita pulang. Lagipula mereka nampak nyaman dengan posisi seperti itu," katanya polos dengan senyuman lembutnya.

Kuramochi menyeringai lebar mendengar pendapat Haruichi. "Hyahaha ide bagus, aku akan foto mereka untuk jadi bahan ancaman aah~ hyahahahaha~" tawanya seraya memfoto Sawamura dan Furuya yang masih asyik tidur berpelukan. Diam-diam Kuramochi melirik Haruichi yang nampak tersenyum lembut.

'Nice! Otoutou!' batinnya senang.

Saat pandangannya teralih pada Miyuki dan Chris, Kuramochi tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia merasa senang sekali telah menjahili kedua catcher itu.

Oh, rasanya dia tidak akan pernah berhenti untuk menganggu hubungan cinta mereka, soalnya hal ini terlalu asyik untuk diabaikan hyahahaha...,

Dan sepertinya Kuramochi memiliki teman baru untuk menjahili hubungan cinta Miyuki dan Chris. Ia menyeringai ke arah Haruichi dan dibalas senyuman lembut tapi terkesan 'maut' dari sang remaja pink.

.

.

Skor 3-1-1-1-1 untuk kemenangan Kuramochi, dibanding Miyuki, Chris, Haruichi dan Furuya.

.

.

Sementara itu, objek yang menjadi bahan rebutan hanya tersenyum dalam tidurnya—tidak mengetahui kalau Miyuki dan Chris sudah menyiapkan rencana yang lebih ekstrim untuk dilancarkan.

Mereka juga sudah menyiapkan rencana yang pas tanpa ada gangguan Kuramochi.

Sebaiknya kau bersiap-siap saja Sawamura, karena selanjutnya mereka berdua berkemungkinan akan memperebutkanmu secara terang-terangan.

Berdo'a saja agar kau sampai tak 'termakan' oleh mereka berdua oke?

Oh, jangan lupa minta lindungan pada kakak tersayangmu—Kuramochi, karena dia akan selalu melindungimu dari kejaran para seme—meski dia melakukannya tanpa diketahui oleh dirimu.


.

END

.


Kamus Jepang~

(*) Shikatanai yo : apa boleh buat

(**) Baka ka omae? Hora! Kau tidak benar memasukan bajumu! Kodomo ka? : Apakah kau bodoh? Lihat! Kau tidak benar memasukan bajumu! Apakah kau itu anak kecil?

(***) Baka tte iu na yo, ore wa kodomo janai! : Jangan panggil aku bodoh dan aku bukan anak kecil!

A/N : Dan saia pun bikin fict absurd lagi :''v maaf bila fict ini sangat mengecewakan, :'))

Terima kasih pada kalian yang mau membaca fict absurd ini, :D

Mind to review?