Two Flowers

.

.

.

Chapter 1: Salju dan keajaiban

"Kyaaaaa! Lihat, itu Pangeran!"

"Pangeran!"

"Pangeran!"

"Pangeran!"

"PANGERAAAANN"

Teriakan para siswi terdengan dengan amat sangat jelas manakala mereka melihat seorang siswa tampan berkulit seputih salju, berjalan melewati koridor.

Tidak ada senyum, tidak ada ekspresi, lurus, dan selalu membusungkan dada dengan rasa bangga, dialah sang Pangeran KHS. Makhluk paling semupurna dari ujung jadi hingga ujung rambut.

Ketika para siswi tengah berjejer dengan rapi untuk melihat sang pujaan hati, tiga orang siswi malah diam melihat pemandangan di bawah dengan seulas senyuman.

"Wah, lihat. Sang pangeran sekali lagi membuat para siswi histeris. Entah mantra apa yang ia gunakan hingga bisa menghipnotis seluruh kaum hawa di sekolah kita," Ujar seorang siswi yang memiliki rambut pirang, dan wajah yang amat manis.

"Bukan hanya di sekolah saja, Ino. Dia cukup terkenal di lingkunganku. Haah, aku terpanah pada pandangan pertama," Seorang siswi berkacamata oval dengan iris mutiaranya memandang takjub pada pemuda di bawah yang masih menjadi pusat perhatian.

"Hmm. Dia memang tampan, Hinata," Dengan nada pelan namun masih bisa di dengar oleh kedua temannya, sosok siswi itu menatap sang Pangeran. Serabut kemerahan menghiasi wajah putih mulusnya.

Hinata dan Ino saling berpandangan untuk sesaat, kemudian tersenyum penuh arti kepada siswi yang berada di tengah tengah mereka itu.

"Kau menyukainya, Haruno Sakura?" Sakura hanya terdiam menunduk dengan rona merah yang terlihat dengan amat sangat jelas, ketika mendengar pertanyaan yang lebih mirip pernyataan dari kedua sahabatnya itu.

Gadis itu terdiam beberapa saat.

.

.

.

Two Flower Haruka Rise-Chan

Warning:

Oc,

OOc,

Typo(s),

Alternate Universe,

Di Usahakan Tidak Ada: Bashing Character, Gary Stu, atau Mary Sue

Masih amati, jadi kalau jelek atau banyak kesalahan mohon maaf.

Naruto Kishimoto Masashi

Rate:

T

.

.

.

.

Bel pertanda pelajaran telah berakhir mengalun hingga ke plosok pelosok gedung. Koridor yang semula sepi tanpa penghuni, kini di padati oleh para murid yang berdesak desakan untuk meninggalkan sekolah mereka.

Setelah 30 menit berlalu, koridor kembali sepi. Tiga orang siswi kini tengah melangkahkan kaki kaki mereka menyusuri koridor yang tak lagi berpenghuni. Mereka sengaja memilih menunggu 30 menit ketimbang harus berdesak desakan dan mengorbankan begitu banyak tenaga hanya untuk hal yang sia sia.

Sepanjang perjalanan mereka lewati dengan canda tawa dan obrolan ringan seputar sekolah, wali kelas mereka, guru olah raga mereka, atau tentang sang Pangeran.

"Ku dengar ada café yang baru di buka di dekat taman. Mau pergi?" Ino yang berada di tengah tengah dengan tiba tiba mengganti topic pembicaraan mereka sebelumnya.

Wajah kedua sahabatnya tiba tiba saja menjadi lesu.

"Hari ini aku harus menghadiri acara keluarga, jadi tidak bisa mampir kemana mana," Ujar Hinata sembari melemparkan beberapa rambutnya yang semula menjuntai turun ke bahu, kearah belakang. Memperlihatkan kesan manis di dirinya.

"Kalau kau Sakura?" Tak putus hanya karena penolakan Hinata, Ino dengan semangatnya masih mengharapkan sahabatnya yang satu ini akan menyetujui ajakannya.

"Aku tidak bisa. Hari ini aku harus mengantarkan adikku ke rumah sakit untuk pemeriksaan," Wajah putihnya tertunduk seolah sangat menyesali perkataannya.

Ino menepuk bahu sahabatnya itu.

"Tidak apa apa, lain kali kita semua pergi bersama. Bagamana?" Ketiga siswi itu saling melempar senyum seolah menyetujui.

Setelah berpisah dari kedua sahabatnya, Sakura melangkah menyusuri jalanan yang ramai di padati oleh para pejalan. Baik itu dari kaum pelajar, hingga orang dewasa.

Dengan menjinjing tas biru tuanya, Sakura melewati jalanan selangkah demi selangkah hingga akhirnya ia tiba rumahnya.

"Aku pulang," Ucap Sakura saat membuka pintu rumahnya yang terbuat dari kayu jati dan di cat berwarna coklak muda.

"Kau sudah pulang, Saku-Chan?" Seorang wanita paruh baya dengan clemek yang masih melekat di badannya, menghampiri sang anak dengan senyuman lelah.

Sakura hanya tersenyum lembut ketika melihat sang ibu yang masih sempat sempatnya menyambutnya.

"Ya ibu, aku sudah pulang. Ibu istirahat saja, biar aku yang gantika membereskan rumah dan menyiapkan makan malam," Sang ibu hanya tersenyum lembut kemudian menyerahkan clemek putih dengan aksen kotak kotak merah, ke tangan Sakura.

"Ibu percayakan padamu," Sang ibu berlalu menuju kamarnya dan beristirahat sejenak. Memang beberapa hari ini kesehatan sang ibu tidak seperti biasanya.

Hidup sebagai pengganti seorang ayah dan juga sebagai seorang ibu membuat wanita 40 tahun ini harus mati matian membanting tulang. Di tambah kesehatan anak bungsunya yang kian lama kian menghawatirkan, tak heran jika wanita yang kerap di sapa Hitomi Haruni ini menjadi stress bukan kepalang.

Namun sebagai seorang ibu dan pengganti seorang ayah, ia pantang memperlihatkan kelelahannya di depan kedua buah hatinya. Ia lebih memilih meringkuk di kamar mandi semalaman dari pada harus menangis di hadapannya.

Seorang ibu tidak boleh memperlihatkan kesedihan di mata anak anaknya. Itulah kata kata yang menjadi semangat bagi Hitomi. Ia tau, sesakit apapu ia di tinggal oleh sang suami, anak anaknya jauh lebih sakit di bandingkannya. Ia tau ia membutuhkan sang suami, tapi ia sadar anak anaknya jauh lebih membutuhkan sang suami darinya.

Namun walau sang ibu tidak memperlihatkan raut wajah kepedihan, Sakura tau sang ibu menyimpan luka yang cukup untuk membuatnya terisak darah. Maka dari itu, sepeninggalan ayahnya Sakura mencoba untuk menjadi anak yang bisa di manfaatkan untuk membantu sang ibu.

Seperti sekarang.

Setelah selesai berganti pakaian, Sakura segera membereskan rumahnya yang sempat berantakan. Setelah di rasa cukup, ia melangkah memasuki dapur dan menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya.

Semua makanan telah tersaji rapi di atas meja makan. Hanya butuh satu sentuha terakhir, yaitu jus jeruk yang sempat ia buat beberapa saat yang lalu.

"Sempurna," Tuturnya denga senyum khas yang mengembang dengan indah.

Sakura melangkah untuk menjemput dua anggota keluarga yang sempat beristirahat tadi.

Kini keluarga kecil itu telah duduk di tempatnya masing masing dan mulai menyantap hidangan makan malam yang sangat lezat buatan sang anak sekaligus kakak dengan tenang.

Setelah mencuci peralatan makan, Sakura segera beranjak menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

Ia menjatuhkan dirinya di atas kasur berukuran sedang.

"Ahh," gumamnya ketika tubuhnya menyentuh kasur empuk itu. Sakura memiringkan tubuhnya menatap pintu kamarnya yang berwarna sama dengan warna pintu rumahnya.

"Jam delapan masih harus mengantar Karin. Kalau tidur sekarang masih ada waktu," Gumamnya saat melihat waktu yang tertera di Ponsel Sharp-Sh7218U white yang ia dapat dua tahun yang lalu.

Perlahan namun pasti kedua mata itu mulai menutup, namun kesadarannya masih ia jaga agar tidak terlelap sepenuhnya.

Setengah jam telah berlalu, segera Sakura bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Aroma wangi bunga menguar dari tubuh dan rambut panjangnya. Dengan handuk yang masih menutupi tubuhnya ia memilih sebuah kaos berukuran agak besar dengan lengan yang panjang, dan celana jins.

Kaos pink dan celana jins tak lupa dengan selembar syal yang melingkar di lehernya, telah ia gunakan dengan sempurna.

Saat sesampainya ia di ruang keluarga, Karin adiknya yang baru berusia 12 tahun tengah duduk manis dengan balutan mantel coklat panjang yang menjuntai hingga sepaha dan celana jins-nya, juga tak lupa syal berwarna putih polos melingkari lehernya.

Rambut merah mroon yang jika di gerai mencapai punggung, ia kepang satu dengan beberapa helai rambut di depan yang ia biarkan.

Sang ibu juga tengah duduk menunggu kedatangan Sakura.

"Berangkat sekarang?" Ujar Sakura. Karin tersenyum kemudian berpamitan dan pergi bersama sang kakak.

Kedua kakak beradik itu menyusuri jalan yang mulai gelam namun masih di padati oleh orang orang yang berlalu lalang. Sepatu boot berwarna pink milik Sakura beradu dengan kerasnya jalanan, menimbulkan suara khas yang umum di dengar ketika kau berjalan.

Karin dan Sakura saling bergandengan tangan. Kesunyian hanya menyelimuti sekeliling mereka, namun langsung lenyap ketika Karin mulai membuka topic pembicaraan.

"Besok, aku ingin membawa bekal," Ujarnya pelan.

Sakura menatap sang adik dari ujung atanya, kemudian tersenyum lembut.

"Kau ingin kakak masakkan apa?" Karin terdiam. Genggamannya sedikit mengerat.

"Tidak. Aku," Jedanya "Aku ingin membuatnya sendiri," Sakura terdiam beberapa saat kemudian kembali tersenyum.

"Baiklah," Karin tersenyum mendengar perkataan sang kakak. Walau tanpa di utarakan, Sakura tau Karin secara tidak langsung ingin meminta bantuannya untuk menyiapkan bekalnya sendiri.

Setelah memeriksakan kesehatan sang adik, mereka sengaja mampir ke sebuah toko terdekat untuk membeli beberapa bahan yang akan mereka pakai nanti.

Di tengah acara memilih milih bahan, seseorang dengan tidak sengaja menabrak Sakura hingga membuat gadis itu terjatuh. Karin berjongkok untuk bertanya apakah ia baik baik saja.

"Kau tidak apa apa? Maaf, aku tidak sengaja," Sakura mendongak melihat pelaku yang menabraknya itu.

Seorang pemuda tampan dengan warna kulit seputih salju, gaya rambut khasnya, wajah tegas yang dapat membius siapa saja, serta kedua bola mata yang bisa membuatmu seolah olah tenggelam kedalam pusaran yang tidak kau ketahui.

Sakura membelalakkan kedua matanya dengan mulut sedikit terbuka.

"U-Uchiha Sa-Sasuke?"

Malam itu, terjadi hal yang seharusnya tidak mungkin bisa terjadi. Kedua bunga yang seharusnya tidak mungkin bisa bertemu kini beradu pandang. Saling menatap, saling melihat satu sama lain.

Malam bersalju yang dingin hingga menusuk tulang, telah memberikan satu dari keajaibannya yang tak terhingga. Seharusnya mereka tidak bisa bertemu dan saling menatap. Seharusnya begitu.

Tapi apa ini? Satu dari berjuta juta keajaiban yang secara sengaja turun melalui butiran butiran salju putih membawa dua insane yang berbeda bertemu dalam suatu tempat secara tidak sengaja? Apakah ini benar benar suatu keajaiban, atau sekedar kebetulan?

To Be Continued

.

.

.

.

.

A/N :

Apa ini? belum nyelesaikan cerita yang lama malah buat cerita aneh yang baru. Mengerikan (==)

Mohon maaf jika ceritanya jelek, banyak penulisan kata yang salah, dan tanda baca yang tidak beraturan. m(_ _)m

Tapi, adakah yang sudi member keritik, saran, atau masukan?

(^_^)