Chapter 1
What Was Happen With Neji ?
Aku terpaksa memberhentikan motor yang aku pakai untuk menatap seorang sialan yang meneriakiku. Kepalaku mulai berbalik untuk melihat sepeda motor biru yang ditunggangi oleh pemuda yang sangat jauh dari kata tampan. Dia tampak marah dan terlihat sekali bahwa peristiwa tadi yang membuatnya mengejarku selama 15 menit tanpa berhenti.
Mengambil nafas lelah, aku turun dari motorku dan menyembunyikan raut kejengkelan saat mengetahui misiku tidak semulus yang aku kira. Bajingan itu telah lari dan memanfaatkan keadaan. Sungguh aku frustasi.
" Maafkan aku…., aku memang bersalah menyerempetmu tadi. Namun, aku tidak sengaja," Seruku dalam suara yang rendah untuk membuatnya mengerti bahwa pengendalian emosiku sudah mulai menipis.
"Semua kecelakaan memiliki alasan yang sama, Nona. Kau harus tahu. Aku adalah pria yang baik. Asalkan kau mengganti kerusakan fisik yang motorku terima."
Mata lavenderku bersinar kejam. Tahan… Tahan emosimu sebelum sisi lain dalamku keluar.
Berusaha bertahan dalam kondisi ini, aku segera membuka dompet dan melemparkan beberapa uang yang sangat besar harganya. Menghampiri kendaraan yang terlupakan dan segera memacunya untuk menjauh dari pria yang sangat membuatku kesal. Mengingat matanya saja aku tidak mau.
Jika begini caranya, mangsaku pasti telah keluar dari Lazio. Aku mencoba memusatkan pikiranku pada jalanan, namun seluruhnya terambil alih pada komplotan pencuri yang berhasil kabur. Lazio bukanlah salah satu kota mati seperti Mumbai. Namun, ramai dengan aktivitas orang yang tidak berdosa. Oh sial. Tentunya ini akan memakan waktu.
Hari ini, cukup banyak kesialan yang aku terima. Mulai dari keputusan Tsunade untuk memberikan aku misi yang sangat tidak aku sukai _Melacak dan Menangkap orang _ yang bahkan diberikan dalam keputusan sepihak tanpa adanya pembantu yang menolongku sampai bertemu dengan pengendara gila yang keluar dari simpang lajur Kereta Api. Aku memang terlalu gegabah pada saat itu, apalagi mencapai lajur jalan kereta api yang bergetar karena ada kereta yang dating. Oh dan juga dengan konsekuensi mendapat hinaan dari Kiba dan Shino yang merupakan anak buahku_Kebetulan mereka sedang berada di Amerika_.
Tapi mengenai pengendara yang berada di lajur kereta api mulai membuatku berfikir ulang. Sejak kapan dia berada disana ? Atau sedang apa dia disana ? Apa dia sengaja ? Atau berusaha menjebakku karena dia adalah salah satu komplotan pencuri ? Massa Bodoh….
Karena aku terus merenung aku tidak menyadari bahwa aku membimbing diriku sendiri menuju sebuah Bar. Nama Bar itu adalah Hell Of God. Aku tidak mengerti mengapa mereka menamainya dengan nama itu. Namun, mudah bagiku untuk menghilangkan stress disana.
Aku dan kedua anak buahku sering ke Bar jika memenangkan misi atupun saat aku penat. Dan aku penat sehingga aku harus ke Bar. Walau tanpa mereka aku tetap dapat menikmatinya bukan ?
Mengawasi sekeliling seraya masuk, aku berusaha menyembunyikan auraku yang mulai meledak merasakan aura vampire yang lebih kuat daripada komplotan pencuri tadi. Malah lebih kuat. Ia seperti dekat dengan Bar ini namun aku tidak dapat melihatnya. Dia seperti pintar namun tidak sepintar diriku.
Suasananya sangat familiar. Mulai dari dentuman keras sampai lampu kerlap kerlip yang mengganggu penglihatanku. Namun, aku tidak peduli. Aku hanya berusaha tenang dan menuju salah satu meja dan memulai pesta palsu diriku sendiri. Mungkin sampai makhluk berandal itu datang dan menghampiriku.
Rasanya memang sepi tanpa kedatangan mereka berdua.
Aku hanya terdiam dan meminum alcohol yang terhidang untuk menenangkan diriku. Para manusia sangat banyak disini namun aura vampire itu tetap masih ada. Kabar buruknya adalah mengapa dia tidak muncul.
Jika aku berfikir, tidak ada gunanya seorang vampire berada di kumpulan manusia tanpa konsekuensi bahwa seorang Kapten Rahasia datang untuk membunuh. Sangat ironis. Namun, hal itu menguntungkanku.
Aku bukan manusia namun bukan pula makhluk gelap. Aku tidak pernah memiliki toleransi kepada makhluk-makhluik gila. Kecuali mereka memebela kebenaran atau memilih jalan yang bijak untuk mati bunuh diri tanpa harus menunggu ajalnya.
Seorang manusia elf bukanlah tandingan seorang vampire. Namun jika kau maksudkan adalah halfbreed mungkin mereka harus berfikir dua kali.
Aku menjilat bibir bawahku saat aura vampire itu mendekat. Sangat dekat dan hampir membuatku sakit jantung. Auranya sungguh sangat besar. Aku tidak tahu aura macam apa ini namun ini sangat membuatku harus menahan kepalaku untuk tidak berbalik.
Vampire memang kuat dan memiliki aura segudang untuk melumpuhkan mangsanya_ mungkin lebih_. Namun, apa yang aku rasakan sangatlah berbeda. Auranya sangat kuat namun ada sisi lain yang lebih. Dia bukan hanya sekedar vampire. Dia sangat kuat dan berpengalaman. Atau mungkin dia telah hidup selama lebih dari 15000 tahun. Pemikiran ganjil.
" Jika kau berusaha untuk membunuhku seharusnya kau mengerti konsekuensinya. Aku disini bukan untuk sebagai pembunuh makhluk tak berdosa."
Tanganku mengepal . Hatiku makin meringis. Sial.
"Oh yah..? Jadi apa maumu ? Memohon." Aku berdiri sambil berbalik melihat bagaimana tampang vampire itu.
Dia memiliki rambut pirang jabrik dengan senyum menawan. Juga dengan pakaian yang sangat keren, Mulai dari jubah hitamnya dan sepatu botnya yang berwarna sama. Wow, perfectly
Dia tampak memiliki seringaian yang sangat kejam dan menawan. Mata biru samuderanya sangat gelap dan penuh dengan nafsu membunuh. Sialan ! Aku tidak pernah bertemu dengan vampire seperti ini.
"Tentu tidak… Aku tahu siapa kau. Terlihat sekali bahwa kau tak dapat menjaga fikiranmu yah, Hinata"
" Tidak usah mengelak. Jika kau tidak pergi sekarang juga maka aku akan membunuhmu..!"
Vampire itu tersenyum membuat darahku berdesir keras. Dia sangat tampan dan aku mengakuinya. Bahkan saat dia mengucapkan namaku dengan lembut. Aku tidak mungkin terpesona. Tidak untuk seorang vampire,.
"Hah. Kau membuatku ingin tertawa. Dengar, aku tidak ingin ada pertumpahan darah antara kita. Dan mungkin kau harus menjaga dirimu, Sayang. Aku dapat merasakan seluruhnya darimu. Apakah aku menjawab pemikiranmu yang bertanya kau terpesona padaku atau tidak ?"
Aku tersentak namun menahan diriku untuk merona. Jarak kami memang hanya sekitar setengah meter. Namun, aku dapat merasakan auranya membelaiku dengan kejam membuat kakiku gemetar sendiri.
Aku baru sadar aku tidak berada di Bar saat suara desauan angin sepoi-sepoi membelaiku.
"Dimana kita..?" Aku bertanya menatapnya dengan berani.
"Hutan. Dan ada sesuatu yang harus aku katakan padamu half breed."
Aku berusaha tenang.
"Apa yang akan kau katakan ?" Aku memulainya dengan baik. Mataku menyusuri tubuhnya yang mulai mendekat. Sampai aku dapat menjangkau dadanya saat tanganku terangkat. Oh. .. dia terlalu dekat.
"Half breed…, sebelumnya aku minta maaf untuk menganggu kesuntukamu. Pamanku ingin berbicara denganmu dan kau harus mau. Jika kau memiliki pertanyaan, ajukanlah kepada dia. Aku hanya bertugas membawamu kepadanya. Dan jauhkan panahan perak yang terselip di punggungmu atau pedang perak di balik bajumu."
"Apa maksudmu..?"
Tanpa menjawab dia mengangkatku kebahunya dan berjalan cepat melewati pohon dan semak yang menghalangi.
"Hinata…, aku tidak tahu apa yang membuat kedua orang tuamu dapat bersama. Vampire dengan Elf memiliki batasan. Namun, sepertinya mereka berdua menentang. Mereka melahirkanmu dan Neji. Ya kan..? Neji adalah kakak yang mengurusimu setiap kedua orang tuamu pergi untuk menjalankan misi. Dan saat ini, kau memilih untuk berpisah darinya…"
"Darimana kau tahu.?"
"Simpan saja pertanyaanmu nanti. Neji sedang dalam posisi yang berbahaya sekarang."
Dan enam kata itu membuat aku bungkam untuk memikirkan hal gila apa yang terjadi dan membuat Neji berada dalam posisi berbahaya.
