Sebelumnya aku mau jujur. Setelah sekian lama jadi silent reader, ini adalah fict sasusaku pertamaku. Fict ini terinspirasi dari anime Nisekoi. Bagi yang udah pernah nonton/baca manga nya pasti udh tau jalan ceritanya. Tapi disini ada beberapa alur yang aku rubah. (Ingat! hanya terinspirasi, bukan berarti sama persis). Dan berhubung saya masih baru untuk fict sasusaku, jadi mohon R&R nya ya!

DISCLAIMER: NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

NISEKOI © NAOSHI KOMI

WARNING: Abal, ooc, typo

don't like, don't read!

.


Di kota-kota besar, taman adalah salah satu tempat favorite untuk berkumpul. Begitupun bagi para remaja salah satu SMA ternama di New York yang tengah duduk berselonjor di atas rumput hijau yang membentang seluas taman. Cahaya matahari tak begitu terik bagi mereka karena dedaunan pohon yang rindang mampu menghalau terik matahari.

"YOU'LL MOVE!" Teriak salah satu dari mereka yang masih memegang starbuck cup di tangan kanannya.

"What else can i do? They said japan would be safer for me. But why they don't come with me?" Keluh gadis berambut merah muda.

Kentang goreng di pangkuannya pun tak tersentuh. Ia tengah meratapi nasib nya yang sebentar lagi akan meninggalkan sekolahnya, teman-temannya, bahkan meninggalkan pulau ini.

"We'll miss you Sakura. Can you refuse it?" Seorang gadis blonde dengan iris hijau memohon pada gadis disampingnya.

"I can't, i've tried so hard. But you know my family. Arrgggh why this should happen to me. I hate japaaan"

.

.

SAKURA POV

Kata orang berteriak akan menghilangkan beban yang sedang dihadapi. Tapi entah kenapa itu tidak berlaku padaku. Sudah seharian ini aku meneriaki masalahku yang sangat tidak adil untuk ku. Ya, tidak adil. Kenapa? Karena seorang Haruno Sakura yang sudah memiliki kehidupan damai dan tentram dengan sekolah elite di Amerika, teman-teman yang asyik dan menyenangkan, kehidupan serba tercukupi, menjadi incaran banyak laki-laki, cantik, pintar, kaya, apa lagi yang kurang? Oh ya, aku belum punya kekasih. Bukan berarti aku tidak laku atau tidak mau berpacaran. Tapi dengan status ku yang salah seorang pewaris keluarga kaya dan paling ditakuti, dimana mereka selalu mengawasi dan tidak membiarkan laki-laki manapun mendekatiku mana bisa aku punya kekasih. Mungkin itu tadi terkesan sombong, tapi yah itu memang diriku.

.

Dengan kekuasaan kakek ku -Haruno Hashirama- seenaknya saja menyuruh ku pindah ke jepang hanya dengan alasan aku akan aman disana karena ada kakek, kakak ku dan bawahannya yang tidak terlalu sibuk yang akan menjagaku. Hey, ayolah aku sudah 16 tahun. Dan aku benci jepang. Lihatlah aturan mereka yang sangat kaku. Belum lagi seragam untuk anak sekolah, dan acara-acara perayaan aneh setiap tahunnya. Aku lebih suka bebas, lebih suka berada di Amerika.

.

Dengan malas kuseret koperku menuju gate pesawat keberangkatanku. Bahkan orangtua ku terlalu sibuk sampai tidak sempat mengantarku ke bandara. Aku hanya berpamitan lewat telefon, itu pun sedikit terburu-buru.

"Seletah tiba di jepang langsung hubungi Sasori ya, dia akan menjemputmu."

"I know mom."

"Biasakan pakai bahasa jepang Sakura! Kau akan tinggal disana mulai sekarang. Dan sudah kubilang panggil orang tuamu Kaa-san dan Tou-san. Dasar anak ini."

"Tidak bisakah kalian ikut pindah?" Entah sudah kuulang berapa kali pertanyaan itu.

"Kami tidak bisa Sakura, pekerjaan disini tidak bisa ditinggalkan. Kau akan bersenang-senang dengan Sasori dan kakekmu. Beliau bahkan sudah berangkat ke jepang lebih dulu."

.

Yah, mau bagaimana lagi. Keputusan kakekku adalah mutlak. Sekeras apapun aku mengelak beliau akan lebih keras mencari alasan agar aku mengalah. Dan disinilah aku. Duduk manis didalam pesawat menunggu benda bermesin ini mendarat ke tujuan. Mungkin aku hanya perlu bersabar beberapa minggu, setelah itu akan ku cari alasan agar bisa
kembali ke Amerika.

.


.

NORMAL POV

Disebuah ruang pertemuan yang megah tengah terjadi sebuah perdebatan alot dari kedua kubu. Kedua pemimpin yang pikirannya masih memanas hanya saling pandang. Sudut kanan seorang pria tua berstelan jas rapi dan berkelas, Haruno Hashirama adalah pemimpin keluarga Haruno yang diangkat pemerinatah menjadi keluarga bangsawan karena jasanya ketika perang dulu dan keberhasilannya mendirikan bisnis yang menjadi saingan lelaki di hadapannya. Di belakangnya, duduk lima orang dengan setelan jas yang sama rapi dan berkelas. Mereka adalah sang calon pewaris utama Haruno Sasori, serta empat sisanya -Nagato, Yahiko, Conan, Deidara- adalah kaki tangan kepercayaannya. Sementara di kubu lawan, Uchiha Madara sang pemimpin keluarga Uchiha yang juga merupakan keluarga bangsawan yang ternyata masih memiliki hubungan darah dengan kerajaan jepang. Dari kubu ini membawa calon pewaris utama pula, Uchiha Itachi. Dengan Uchiha Obito, Kisame, Hidan, serta Kakuzu sebagai kaki tangan mereka. Mereka tampak gagah dengan hakama tradisional jepang.

"Kuperjelas lagi Hashirama, wilayah itu sudah menjadi miliku sejak lama." Tegas pemimpin dengan hakama bergambar lambang kipas merah dan putih di belakang punggungnya.

"Aku sudah membeli wilayah tersebut Madara. Bahkan aku sudah mengirim uangnya dan menandatangani langsung surat perjanjian itu."

"Sudah kubilang kau ditipu. Mereka bahkan masih punya hutang pada perusahaanku."

"Sudahlah Oji-Sama. Kami pasti akan menangkap mereka secepatnya." Bujuk Uchiha termuda di ruang itu

"Itachi benar, Ji-Sama. Lagipula apa Ji-Ji lupa hari ini ada seseorang yang akan datang?" Sang pewaris berambut merah pun sepertinya juga mulai jengah dengan berdebatan tak berujung ini. Ia ingin segera keluar dari ruang beraura hitam ini dan segera menuju bandara.

Ia ingat hari ini hari penting, ia harus menjemput Imouto tercintanya yang akan tinggal dijepang mulai hari ini.

"Ah! Kau benar Sasori. Aku tak ingin terlambat menjemputnya. Jadi maaf Madara kita bisa lanjutan kasus ini lain waktu. Aku ada urusan mendadak."

"Kau tidak bisa pergi begitu saja Hashirama. Urusan kita belum selesai." Uchiha Madara, sang lawan lagi-lagi hanya bisa diam kala ditinggal pergi begitu saja oleh musuh bebuyutannya.

.


.

Bandara Narita

"Kenapa lama sekali, Ji-Sama menyebalkan." Gerutu Sakura sambil berjalan memasuki sedan mercy yang terparkir di depannya.

"Suman ne Sakura-Chan. Tadi Ji-Ji ada urusan sebentar."

"Ji-Ji sendiri yang menyuruhku cepat pindah ke jepang, tapi Ji-Ji membiarkanku menunggu lama di bandara." Sakura menggembungkan pipinya pertanda ia kesal.

"Hhh manjamu ini benar-benar mirip ibumu dulu."

.


"Memang siapa yang akan datang Sasori?" Sulung Uchiha melempar kaleng soda pada teman merah nya.

"Adik ku. Kakek menyuruhnya pindah ke jepang."

"Adikmu? Maksud mu adikmu yang itu?" "Memangnya aku punya berapa adik? Bodoh."

Itachi menyeringai ganjil menanggapi sindiran Sasori

"Hahaa. Sudah lama sejak saat itu. Pasti akan menyenangkan setelah ini."

"Ku tebak kau merencanakan sesuatu eh, Itachi?" Yahiko yang sedari tadi diam mulai menanggapi gelagat aneh sahabatnya itu.

Mungkin mereka berdiri di dua kubu berbeda, tapi kesepuluh kaki tangan dua bangsawan tersebut sebenarnya sudah bersahabat sejak kecil.

.


.

Sebuah mobil lamborghini Aventador hitam telah terparkir rapi di parkiran sebuah sekolah. Sang pengendara berjalan santai menenteng tas nya menuju sekolah. Ini masih pagi, tapi para pemujanya sudah berdesakan menyambutnya dengan teriakan-teriakan menyebalkan yang memekanan telinga.

"Sasuke-samaa..." "Sasuu-koiii.. ohhayouu" "Ouji-samaa."

"Cih." ia hanya mendengus lalu melangkahkan kakinya menuju atap.

.

Tidak ada gadis yang menarik untuknya saat ini, kecuali satu orang. Gadis yang memberinya kotak musik yang sedang dia pandangi. Itu adalah hadiah ulang tahunnya. Sasuke sudah menyukai gadis itu sejak pertama bertemu ketika SMP. Tapi dia belum berani menyatakannya. Alasan keluarga. Tak ada anggota keluarga yang mendukungnya. Klasik memang. Hanya karena mereka masih saudara jauh. Sasuke menyenderkan punggungnya pada pagar kawat atap sekolah yang lumayan tinggi. Setidaknya masih ada satu orang yang mendukungnya.

.

.

"Gomen Imouto. Aku ada kuliah mendadak. Kau cari sendiri ruang kepala sekolah ya!"

"Eh?" "Aku sudah bilang kau akan pindah hari ini. Aku yakin kau akan punya banyak teman disini."

"Tap-" "Selamat bersenang-senang ya!"

BRUMMM.

Bahkan dia belum sempat bertanya jam berapa Sasori akan menjemputnya. Dasar Onii-San baka.

.

"Sekolah ini lumayan luas. Ini bahkan sudah hampir jam pelajaran pertama. Bagaimana aku bisa menemukan ruang kepala sekolah. Ayolah Sakura, ruang kepala sekolahh."

"M-maaf. Apa k-kau mencari..ruang ke-kepala sekolah?"

"Eh?"

"Sepertinya k-kau murid baru dan kebingungan mencari ru-ruang kepala sekolah." Seorang gadis berparas cantik dengan rambut indigo dan mata amethys ternyata menyadari kebingungan Sakura.

"Ehmm. Ehe kau benar. Bisa kau tunjukan dimana ruangannya. Aku akan mencarinya sendiri."

.

Dan akhir nya berbekal petunjuk dari murid yang entah belum sempat berkenalan dengannya Sakura segera berlari menuju ruangan kepala sekolah. Ia tak ingin terlambat, tak ingin hari pertamanya berantakan. Dengan tergesa ia berlari. Langkahnya lebar dan tak terlalu memperhatikan jalan dan-

BRUKK. PRAAK.

Tubuhnya sukses menabrak seseorang dan membuat mereka berdua jatuh tidak elit.

"Ano ne. Aku sedang buru-buru. Jadi, gomen.." Sakura hendak berlari lagi tapi tangan nya tertahan. "Setidaknya kau bertanggung jawab atas perbuatanmu." Dingin.

Pria dengan rambut emo, kulit putih, perawakan tegap, wajah tampan dan tegas dengan mata onyx. Mata lelaki itu memicing tajam. Jelas sekali ia marah. Kemudian matanya mengerling pada benda yang tergeletak tak jauh darinya. Sebuah kotak hitam dengan kaca pada penutupnya. Kacanya pecah.

Sepertinya itu sebuah kotak musik. Untuk apa laki-laki membawa kotak musik? Batin Sakura.

Sakura meraih tasnya lalu mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan memberikannya ke tangan Sasuke.

"Aku benar-benar sedang buru-buru, jadi maaf. Kita bicara lagi nanti." Dengan cepat Sakura menyentakkan tangan kirinya yang digenggam sasuke lalu segera berlari sebelum dihentikan lagi.

.


.

Suasana kelas masih ramai meskipun suara bel sudah berbunyi beberapa menit lalu. Jam pelajaran pertama adalah biologi. Dan semua murid tahu jika guru pelajaran ini tidak akan datang tepat waktu. SREEK. Tapi dugaan mereka kali ini salah.

"Yo. Anak-anak!" Seisi ruangan bergegas duduk ditempatnya masing-masing dan segera menyiapkan buku diatas meja.

"Tumben Kakashi sensei datang pagi. Apa ada ujian Hinata?" Bisik gadis berambut blonde pada teman disebelahnya yang hanya dijawab gelengan kecil.

"Aku tahu aku terlalu pagi. Kali ini aku datang bersama teman baru kalian. Masuklah!"

Tap. Tap.

"Nah. Sekarang perkenalkan dirimu!"

"Hajime mashite minna. Namaku Haruno Sakura. Aku pindahan dari Amerika. Dan aku tinggal di kompleks Haruno. Yoroshiku ne."

"EEHHH" "Haruno yang itu? Wah hebat sekali." "Wajahnya juga separuh bule. Cantik sekali."

"Kau cantik sekali Sakura-Chan." Teriak salah satu murid laki-laki dengan rambut nanas kuning mencolok. Sakura hanya tersenyum kecil menanggapinya. Baginya semua laki-laki sama saja. Ada maunya.

"Nah Sakura. Kau bisa duduk di bangku kosong di pojok sana. Hanya itu tempat duduk yang tersisa. Kita akan mulai pelajarannya."

"Ha'i sensei." Sakura pun menurut. Ia berjalan menuju bangku paling belakang di pojok kiri dekat cendela. Disana ada seorang murid laki-laki yang sedang menyembunyikan wajahnya ditekukan kedua tangannya. Mungkin sedang tidur. Ck. Padahal gurunya sudah menjelaskan pelajaran. Bisa-bisanya dia masih tidur.

.

Sakura duduk dengan hati-hati disamping laki-laki itu.

"A-ano. Sensei sudah hadir. Apa kau sedang tidak enak badan? Maaf aku duduk disampingmu, tidak ada bangku lain yang kosong."

Tidak adak jawaban. Dengan perlahan tangan Sakura terulur untuk membangunkan teman sebangkunya. GREB. Belum sempat tangannya menyentuh laki-laki itu, tangannya sudah diraih oleh teman sebangkunya. Dia perlahan mengangkat kepalanya. "Yoroshiku ne, Haruno Sakura."

"HHAAHHH." Sontak Sakura berdiri dengan teriakan yang begitu keras, begitu keras hingga membuat Kakashi kaget dan menghentikan aksi menulisnya di papan tulis.

"Ada apa Haruno-san?" "Ehh gomennasai sensei. Aku tidak apa-apa. Hehe."

Sakura kembali duduk di kursinya. Ia melirik murid disebelahnya. Laki-laki yang tadi pagi sempat ia tabrak sekarang duduk disampingnya dan dengan tenangnya membuka buku didepan wajahnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Sakura. Hidupmu benar-benar akan dimulai sekarang.

.

.

CHAPTER 1 END

.