HELAT
A Shizaya Drabble by Shoujo Record
Characters belong to Ryohgo Narita
Tidak ada keuntungan yang saya peroleh dari fict ini selain kesenangan akan partisipasi dalam meramaikan pair ini, juga kepuasan pribadi sebagai seorang fangirl.
Happy reading!
.
Semua itu hanya sebuah tipuan bermakna yang tidak pernah dipahami oleh siapapun, hanya diri mereka masing-masing. Mengambing hitamkan sebuah kata untuk menutupi apa yang ada, adalah suatu keseharian mereka. Walau yang satunya menyadari akan diri sendiri, tetapi yang satunya lagi tidak.
Apa yang mereka suka, apa yang mereka cinta?
Apa yang mereka tidak suka, apa yang mereka benci?
Satu garis tipis yang menjadi pembeda empat kata itu. Dan seperti biasanya, yang satunya paham, dan yang satunya lagi tidak.
Mencari celah masing-masing, malah menjatuhkan mereka. Membanting setir dari apa yang mereka anggap benci, menjadi istilah lain. Nama pun disebutkan oleh satu sama lain dengan keadaan tersenyum, walau tidak pernah saling menunjukkannya. Perasaan yang menggebu-gebu ketika melihat satu sama lain yang dianggap adrenalin, berubah menjadi sesuatu yang lain.
Keduanya merasakan, bagaimana setiap pergerakan sel-sel tubuh mereka bergerak tidak seperti biasanya hanya saat kedua mata mereka berembuk. Kesalahan fungsional bukanlah sesuatu yang bisa disalahkan, yang namanya sudah dari sananya mau diapakan?
Pemikiran rumit akan hal itu tidak akan pernah selesai hanya dengan niat mereka untuk berpikir akan sebuah solusi, tetapi butuh tindakan dan obrolan pasti seputar hal itu. Masalahnya adalah mereka yang terlalu bersemangat ketika menangkap secuil eksistensi dari satu sama lain, meskipun hanya sebuah bau. Tak pernah ada sugesti dari dalam benak mereka untuk tenang barang sedikit pun, liar sudah menjadi pribadi.
Katakanlah dirinya masokis yang rela berlari mengitari kota Ikebukuro demi bermain dengan mainan kesayangannya. Katakanlah juga dirinya sadistik yang selalu ingin melihat wajah itu merana tertimpa barang berat yang dilesatkannya. Itulah yang orang-orang kota asumsikan, kebencian yang berlebih terhadap satu sama lain. Tidak ada yang menyadari 'kebencian yang berlebih' itu selain Erika yang dengan gamblangnya menyatakan mereka saling cinta. Tapi pernyataan itu ditolak oleh orang-orang yang mendengarnya.
Izaya Orihara, pekerjaannya yang sebagai informan itu membuatnya mengetahui apa yang salah terhadap dirinya. Alasan mengapa 'dia' selalu terlihat lebih berwarna ketimbang manusia-manusia lain di sekitarnya yang hanya kelabu, ia sudah tahu betul. Satu kata yang selalu ia tujukan terhadap semua manusia dan satu kata lainnya yang selalu ia tujukan pada'nya', menjadi suatu inversi objek yang dikenai predikat oleh subjek.
Terpikirkan untuk menyadarkan'nya' akan semua emosi, hanya ada jawaban perihal memberikan seluruh sinyal pada'nya' yang menjadi satu-satunya pilihan. Tapi ia tahu itu hanya akan membuang tenaga dan waktu.
Kalau memang otak protozoa, ya protozoa.
Untuk menyatakan hal itu dengan blak-blakan, membutuhkan suatu keberanian yang luar biasa, juga fisik dan mental yang lebih dari siap. Aspek kedua sebenarnya tidak perlu dipikirkan, sudah terbukti dari tiap-tiap perseteruan yang mereka perbuat. Hanya saja aspek pertama itu yang begitu simpel namun rumit di saat yang bersamaan.
Lalu, karena sawah berpemantang ladang berbintalak, kadang kala Izaya merasa gemas sendiri untuk langsung berteriak di telinga bartender itu sampai gendang telinganya pecah. Tidak mempedulikan nasib indera pendengaran milik'nya', yang penting ia tetap cinta 'dia' dan 'dia' akan mengerti dirinya.
Pertanyaannya, butuh berapa lama waktu untuk mencapai titik akhir dari sebuah usaha dengan objek yang diusahakan memiliki kapasitas kinerja otak dibawah rata-rata?
.
FIN
.
A.N : INI APAAAA?! :"D Makasih buat yang udah baca sampai sini, mohon maaf atas segala kekurangannya. O)-(
