"Lalu, apa maumu sekarang?"

"Sederhana, kau tetap sering meledakkan, aku mengobati mereka, bukankah kau diuntungkan juga?"

A Secret Cooperation (c) bruderup

Counter-Strike (c) Valve

Yuri melangkah, hati-hati, seperti kebanyakan orang.

Ah, lagipula, gadis itu tidak terlihat mencurigakan, dia hanya mengenakan rok sedikit diatas lutut, kemeja merah cantik, juga dasi kupu-kupu. Tidak mengenakan jubah berwarna kelam, lalu bersiul untuk menarik lawan masuk ke dalam tumpukan jerami dan membunuhnya pakai hidden blade.

Tapi dia harus cepat, jam yang melilit pergelangan tangan kanannya bergerak lambat-lambat dan masih terasa cepat, Yuri mempercepat langkah, membiarkan sekumpulan manusia di taman kota sibuk dengan urusannya sendiri, hanya berbekal sebuah desert eagle, tidak berat, tapi juga tidak ringan.

Spot bagus, ujarnya dalam hati, sembari sepasang mata gelap itu memperhatikan gedung-gedung tiap sisi, ledakkan memang tidak diharapkan besar, setidaknya membuat beberapa orang terluka dan kejutan di masyarakat saja sudah cukup.

Dengan hati-hati, Yuri membuka tasnya, tak ada sorotan lensa, tak ada sorotan mata.

C4 dan granat tergenggam mulus, senyumnya mengembang sempurna.

Ini pasti berhasil.

Criss, gadis manis anggota Staff Sergeant British Army melangkah dengan napas terengah-engah.

"Sialan!" Dia merutuk, menggenggam benda sebesar 3,8 kg di kedua tangan –SA80-, belok kanan, kiri, bertemu taman kota yang agak hancur, seorang warga melaporkan tentang sosok mencurigakan berjanggut panjang dan baju putih sampai mata kaki, tapi Criss paham, penampilan bisa menipu.

Ya. Dia kenal banyak penjahat, dan tidak semua dari mereka berpenampilan selayaknya penjahat, meski sebenarnya tidak ada standar khusus untuk menjadi seorang yang benar-benar jahat.

Terlambat.

Criss terkejut melihatnya.

Suara ambulan dan pemadam kebakaran muncul dari jauh sana, mendekat, mendekat, sekumpulan manusia berseragam mulai menjalankan tugasnya, Criss mendekati seorang korban, luka bakarnya agak mengerikan.

"Jangan dulu bergerak," ujarnya lembut, menyiram luka itu dengan air, memberikan pasien sebutir obat pereda rasa sakit, juga menutup luka itu menggunakan perban bersih.

"Bagaimana, Criss?"

"Aku baru datang, mungkin ada lebih banyak korban lagi di sana,"

Orang itu mengangguk, pergi meninggalkan Criss dan korban berluka agak mengerikan.

Ponsel Criss berdering, sekalimat nama, senyumnya mengembang sempurna.

Ini pasti berhasil.

Dari laci tempat gelas, Criss mengambil dua, mendentingkan keduanya sebelum menaruh diatas meja, dia paham, lawan bicaranya kali ini akan begitu menyukai anggur, sebotol wine yang mengkilap dibawah terang lampu ditumpahkan sedikit.

Bel berdenting.

Dia datang.

"Selamat datang, Yuri,"

Gadis itu duduk, masih mengenakan kemeja merah sama, mengambil gelas dengan terburu-buru lalu meneguknya sampai habis, rasa pahit segera menyebar. Dia minta sedikit lagi.

"Berhasil, kau memang hebat, karenamu aku naik pangkat lagi, beruntung sekali memiliki teman semengagumkan dirimu, Yuri."

Yuri mendecih, mengikat rambutnya yang terurai, tetap rapi seperti biasa, "Lalu, apa maumu sekarang?"

"Sederhana, kau tetap sering meledakkan, aku mengobati mereka, bukankah kau diuntungkan juga?"

Kedua gelas yang saling berdenting menandakan suatu kesepakan khusus.

End

Ah~ dipikir mudah, ternyata susah juga nulis fanfic.

Berhubung ini fanfic pertama, mohon reviewnya ya~