"talking"
'thinking'
"indirect talking"
'indirect thinking'
"Demon, Summon, Non-human talking"
'Demon, Summon, Non-human thinking'
Setting Change
Disclaimer :
Saya tak punya Naruto, dia adalah milik Hinata apapun yang canon akan lakukan. Mereka adalah properti milik Masashi Kishimoto yang sedang nggak bosen-bosennya mementingkan overpower Sharingan, dan membuat kecewa Naruhina fans yang sudah lumayan lama menunggu hasil dari Invasion of Pain's Confession.
Author Note :
Sebenarnya aku nggak mau bikin fic bersambung sebelum yang satu selesai, karena kemungkinan nggak bisa nyelesain. Tapi ide ini udah ada dalem otak selama kurang lebih setahun. Yah… dicoba untuk membagi waktunya antara 'Welcome in The Never Ending War' dengan fic ini.
Wounded Dragon, Crying Fox
Chapter 1 : Prologue
Konohagakure pernah melihat hari yang lebih baik. Banyak bangunan runtuh. Asap membubung di sana sini dari tempat yang tak selamat dari teknik elemen api yang tidak mengenai sasarannya. Para warga sipil, baik orang tua, anak-anak, maupun para non ninja menunggu dengan cemas di barak pengungsian.
Tapi yang membuat pemandangan itu sulit dipercaya adalah tidak ada satu pun dari shinobi Konoha yang masih sanggup berdiri di medan perang. Tidak ada yang tewas, tapi tidak ada juga yang masih sanggup melawan. Penyerang desa itu berjalan santai di antara reruntuhan dan tubuh lumpuh mereka, berjalan menuju Hokage yang juga tak sanggup berdiri.
Naruto mengangkat kepalanya. Dia tak percaya satu orang bisa menundukkan satu desa. Pain juga begitu, tapi dia memiliki enam tubuh yang menyerang desa, jadi dia tidak dihitung. Tapi perempuan ini, dia sendiri, dia maju, dan dia menang. Jaket panjang putih yang dipakainya bersimbah darah korbannya dan darahnya sendiri. Tapi dia tidak menghiraukannya. Wanita itu mendekat, lalu menginjak pelan dada Hokage muda itu sambil tertawa pelan.
"Na-ru-to-kun… kita bertemu lagi." Suara familiar itu membuat bulu kuduknya berdiri. Dia memandang nanar wajah itu. Rambut sehitam malam menyembunyikan separuh kanan wajahnya. Mata pucat dengan pupil permanen yang tidak wajar bagi keturunannya menatap balik.
"Hinata… kenapa…"
"Aku membela siapa yang pantas kau bela…"
"Kau mengkhianati desamu!" Naruto tidak bisa menghentikan suaranya. Wanita itu hanya mendesah mendengarnya.
"Konoha mengkhianatiku. Kau mengkhianatiku. Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan desa ini, atau siapa pun yang tinggal di dalamnya. Tapi tenang saja…. Aku tidak membunuh satu pun dari shinobi-mu," Katanya sambil mengeluarkan sepasang pedang kembar dengan detail dan hiasan emas, "Karena mereka masih punya kegunaan."
Pria pirang itu merutuk dalam hati. Sebenarnya dia menyesali setiap detik dalam hidupnya karena empat tahun lalu dia tidak menolong Hinata di saat dia paling membutuhkannya.
'Hinata benar… aku mengkhianatinya…." Pikirnya sambil menutup mata, menunggu serang penghabisan. Karena rasa sakit yang ditunggu tidak kunjung datang, dia membuka mata. Hinata memainkan pedang kembarnya sambil menatapnya bosan.
"Kau tahu, saat aku bilang shinobi di sini masih punya kegunaan, kau pun juga begitu." Dia mencengkram kerah baju si Hokage muda dan menariknya berdiri sehingga mereka bisa saling menatap, "Enam bulan dari sekarang, aku akan datang lagi. Tapi kali itu, aku tidak akan sendirian. Konoha akan menjadi milik kami, dan kau tidak akan sanggup berbuat apa-apa. Sama seperti saat kau tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongku hari itu."
Dia kemudian melempar kasar lawan bicaranya lalu pergi sambil menyarungkan pedang kembarnya dengan satu gerakan luwes dan terlatih. Dia menyibak jaket panjangnya saat berbalik dan memandang ke belakang sekali lagi.
"Sampai bertemu lagi, Naruto-kun. Dan semoga beruntung. Kau akan membutuhkannya."
Dengan itu, dia menghilang bersama hembusan angin dan es, meninggalkan desa yang runtuh bersama dengan pemimpinnya.
That's it, guys. Bagi yang merasa penasaran dan bingung pada chapter ini, tenang saja. Ini masih prologue, dan banyak penjelasan di chapter-chapter berikutnya. Harap kasih masukan.
