Summary : The world is changing, No one know exactly when it's started, It's just happening so fast.
Rating : T - M (disturbing violence and detailed Explicit scene)
Genre : Adventure, Action, Brother Fluff, Mild Gore
.
.
.
Jflo_Starlight
.
.
.
Semua terjadi begitu cepat. Diawali dengan pertanyaan lalu dijawab dengan jawaban, 'ini untuk kebaikan semua.' Kami warga biasa hanya bisa mengiyakan.
Lalu dimulailah keaneh-anehan yang terjadi dalam kurun waktu dekat.
Satu per satu orang mulai menghilang. Awalnya tidak kami khawatirkan, kami anggap seperti kasus penculikan atau hipnotis-human traffic. Tetapi orang-orang yang telah menghilang itu kembali sebulan kemudian dengan keadaan.. Tidak normal.
Mereka hidup normal, kembali seperti mereka tidak pernah menghilang sebelumnya. Tapi satu minggu kemudian mereka ditemukan bunuh diri. Dan saat mayat mereka dicek oleh Dokter setempat, keanehan sekaligus kepanikan itupun makin meningkat.
Matthew, orang yang pertama kali menghilang dan pertama juga ditemukan. Dia kembali ke apartemen seakan-akan tidak terjadi apa-apa selama seminggu kebelakang. Awalnya kami kira dia hanya pergi keluar negeri atau pulang kekampungnya, tapi seminggu kemudian dia ditemukan bunuh diri di apartemenya.
Dan keanehan tidak berhenti disitu. Mayat Matt dicek oleh dokter sekitar, dan setelah dicek Matt memiliki bekas luka operasi yang begitu halus di kepalanya, seakan-akan seperti bekas benturan yang tidak sengaja.
Begitu rapi juga membentuk lingkaran yang sempurna, dan benturan tidak membuat bekas luka seperti itu.
Dokter pun mengecek lebih dalam ke rongga otaknya. Memutuskan untuk mengecek lebih detail dan membuka rongganya. Saat mereka melepaskan kulit kepala Matt, para dokter mengatakan di tulang rongga terdapat bekas luka yang sangat halus, mereka tidak bisa melihatnya tapi mereka dapat merasakan dengan jari mereka.
Begitu halus dan rapi, siapapun yang melakukan hal ini bukan dokter biasa.
Mereka pun membuka rongganya. Menemukan pemandangan yang tidak normal didepan mata mereka. Otak Matt seperti membengkak dua kali lipat, sampai dimana otaknya menyembul keluar dari rongganya.
Lalu saat dokter mengeluarkan keseluruhan otak Matt. Mereka menaruhnya di meja besi, otak itu langsung memisahkan diri, terbelah menjadi dua bagian, tanpa dipotong atau disentuh sama sekali. Seakan-akan dia memiliki dua otak.
Tidak ada yang bisa hidup dengan keadaan seperti itu, bagaimana Matt bisa hidup selama seminggu, kita tidak pernah tahu.
Setelah itu makin banyak orang yang menghilang, lalu kembali. Seakan-akan mereka tidak pernah menghilang sama sekali, dan seminggu kemudian mereka ditemukan dengan berbagai macam cara bunuh diri.
Setelah dicek, kasusnya mirip seperti Matt. 2 jantung, 4 paru-paru, 2 lambung. Semua ditemukan dengan dua kali lipat dari organ sebelumnya.
Kepanikan massa dan demo dimana-mana. Semua orang takut akan keanehan ini, pemerintah juga tidak mengambil tindakan tegas akan hal ini. Mereka memang mengambil tindakan, tapi seakan-akan itu hanya untuk menyelamatkan muka mereka dimuka umum.
Memang rasa takutlah yang membuat manusia kehilangan akal. Diawali dari provokator, lalu demo dimana - mana, Pemerintah yang menanggapi dengan setengah-setengah. Para warga mulai berubah dengan sekitar, mata mereka selalu menatap lain nya dengan tatapan waswas.
Bahkan komplek kami yang cukup terpencil juga terkena efeknya. Saat kejadian Matt kami masih bisa berbicara satu sama lain, saling membantu, mengadakan rapat antara keluarga yang kehilangan.
Beberapa bulan kemudian, tidak ada perubahan yang lebih baik, ditambah informasi dari kota yang tidak pernah dengan jelas memberitahu apa yang terjadi. Perlahan, warga mulai memisahkan diri.
Pada saat rapat, suka ada yang tidak muncul sampai tidak pernah keluar sama sekali.
Warga mulai saling tidak mempercayai satu sama lain, berusaha melindungi keluarga mereka, tidak ada anak kecil yang bermain bersama pada pagi atau sore hari lagi, tidak ada ibu atau ayah yang berbicara dengan sesama.
Semua berada didalam rumah mereka, dan hanya mengintip dari jendela yang tertutup tirai, menatap dengan tajam siapapun yang keluar dari rumah dan mengikuti gerak-geriknya.
Setiap minggu pasti ada orang keluar dengan terburu-buru dari rumahnya, entah berjalan ataupun dengan kendaraan, dan kembali dengan tangan penuh dengan bahan-bahan sehari-hari, Seperti persediaan untuk musim dingin.
Diiringi dengan mata-mata tajam yang mengintip dari bilah kecil tirai, seakan-akan mereka siap menerkam orang itu. Tatapan yang begitu liar, penuh rasa takut, juga waswas.
Mereka melakukan hal ini cukup lama, cukup lama hingga rumput liar mulai tumbuh diantara kerak semen di garasi dan jalan, cukup lama hingga besi pagar mereka berkarat, cukup lama hingga cat rumah mereka perlahan mengelupas.
Hingga Akhirnya...
.
.
"AAAAAAAAHHHHHHH!"
Suara teriakan membangunkan Hyunwoo dari tidurnya, dengan cepat dia mengambil senter yang dia taruh dimeja nakas, lalu membuka tirai jendela. Melihat kearah rumah yang membuat keributan itu.
"ANAKU! DIMANA ANAKU?!" teriak seorang Wanita dengan baju tidurnya dan rambut acak-acakan.
"Sayang, tenanglah kau membuat keributan disini" Suaminya mencoba menenangkan sang istri.
"TENANG? TENANG?! BAGAIMANA AKU BISA TENANG?! ANAK KITA MENGHILANG! DAN KAU BILANG AKU UNTUK TENANG?!"
"Sayang.. Bukan itu maksudku, kita bisa membicarakan hal ini didalam kan? dengan perlahan.." sang Suami merasa panik dengan tetangga lain yang mulai keluar.
Tetangga ada beberapa yang keluar, juga ada beberapa yang sama seperti Hyunwoo. Melihat dengan diam dari jendela rumah. Ekspresi mereka beragam, dari yang khawatir, waswas juga kesal.
"Mungkin anakmu ada dirumah.. Apa kau sudah mengecek loteng dan bawah tanah?" seorang Ibu Tua berbicara dengan halus mencoba mendekati mereka, tetapi ditahan oleh Cucunya.
Wanita yang berteriak tadi menoleh dengan cepat kearah ibu tua, matanya penuh dengan rasa takut juga amarah. "KAU KIRA DARITADI AKU TIDAK MENGECEK RUANGAN ITU?! KAU KIRA AKU HANYA BERCANDA TENTANG ANAKU YANG MENGHILANG ENTAH KEMANA?!"
Wanita itu mulai berteriak dan melangkah ke Ibu Tua yang juga ikut melangkah kebelakang, dengan cepat sang Istri ditahan oleh Suami.
"S-sayang kumohon tenanglah, ibu hanya mencoba membantu" sang Suami mencoba untuk tersenyum minta maaf kearah Ibu Tua yang masih terlihat shock.
"KAU TIDAK PERCAYA DENGANKU?! AKU INI ISTRIMU! IBU DARI ANAK KITA! ANAK KITA MENGHILANG! DAN KAU TENANG-TENANG SAJA!" sang Istri berteriak, dan mulai menggila di dekapan sang Suami yang mencoba menahanya.
"ASTAGA! istrimu gila!"
"Ya, apaan-apaan ini? memangnya hanya kau saja yang kehilangan anggota keluarga?!"
"DIAM KALIAN! ANAKU ADALAH ANAK SPESIAL! BERBEDA DARI ANAK-ANAK BEDEBAH KALIAN SEMUA! SALAH SATU DARI KALIAN PASTI MENCOBA MENGAMBILNYA DARIKU!" perkataanya mulai kacau, dan dia makin menggila berusaha lepas dari sang Suami.
"SAYANG! Sudah Cukup! apa yang kau katakan? cepat minta maaf!"
"Dia benar-benar keterlaluan"
"Maksudmu apa dengan anak spesial? dan untuk apa kami mengambil anakmu?"
"Anaku yang menghilang dari beberapa bulan yang lalu kau bilang anak bedebah?! memangya kau tahu apa tentang anaku?!"
Beberapa suara protes dari Tentangga lain, tetapi sang Istri terus berteriak tanpa menghiraukan mereka.
"BERAPA BANYAK UANG! DAN WAKTU! YANG KUHABISKAN UNTUK MEMBESARKAN ANAKU?! ANAK KALIAN TIDAK ADA APA-APANYA DIBANDING ANAKU!"
"DIAMLAH! Wanita gila! kalau anakmu hilang, yasudah terima saja!"
"Jangan salahkan dan menggangu yang lain! karena itu adalah salahmu yang tidak bisa menjaga keluarga dengan baik!"
Kerumunan yang awalnya kecil pun makin membesar, dan semakin ramai dengan teriakan amarah.
Tangan Hyunwoo yang memegang senter mulai berkeringat, kejadian ini sungguh diluar dugaan.
'Ini terjadi terlalu cepat' pikirnya, rasa khawatirnya makin menjadi-jadi saat kerumunan itu sudah berteriak, dengan tangan yang menunjuk satu sama lain.
Hyunwoo merasakan tarikan kecil di lenganya, spontan dia menoleh dan mengarahkan senter kearah sang pelaku.
"Hyung, tenang ini aku." Changkyun menghadang cahaya senter dari matanya. Di belakangnya ada Jooheon yang masih mengusap matanya.
"Ah.. maaf, Kaget." Hyunwoo menurunkan senter dari wajahnya, dan menarik mereka ke rangkulanya.
"Mm, tidak apa-apa."
Dirumah ini, Hyunwoo hidup bersama dengan Changkyun dan Jooheoon. Mereka bertiga berteman sejak kecil, dimana pertama kali mereka bertemu saat Hyunwoo duduk dikelas satu SMP, Jooheon dan Changkyun masih kelas 4 SD.
.
.
Saat itu Hyunwoo berada di taman, duduk dibawah pohon sambil memakan makan siangnya. Pada saat itu dia melihat Changkyun kecil yang didorong ke tanah, oleh beberapa anak yang lebih besar darinya, dan mengerumuni Changkyun.
Hyunwoo tak perlu menonton lebih lama untuk tahu apa yang terjadi, saat salah satu dari mereka mulai tertawa sambil menendang kaki Changkyun.
Tepat saat Hyunwoo ingin berdiri, teriakan pun terdengar.
"HEY! PECUNDANG! JANGAN MENGANGGUNYA!"
Spontan semua menoleh kearah teriakan. Disitu Jooheon kecil yang berdiri dengan muka marah, mendekati orang-orang yang membully Changkyun.
"YA! kalian pecundang! memangnya kalian tidak malu mengeroyoki satu orang dengan badan sebesar ini!? Dasar pecundang!"
Jooheon mengomeli mereka, dan mendorong salah satu pembully untuk membantu Changkyun berdiri, dan menarik Changkyun keluar dari situ.
"Bocah.. Kau mau kemana?" satu tangan menyergap lengan jooheon saat mereka ingin pergi, Jooheon menoleh.
"Tentu saja pergi dari sini! lepaskan tanganku!" Jooheon berusaha melepas cengkraman si bully alas Jooheon kecil tidak bisa melepaskan dirinya. Changkyun yang melihat Jooheon kesusahan ikut membantu melepas cengkramannya.
"Hahaha, lihat bocah-bocah ini! mereka berani sekali mengatakan kita pecundang, sedangkan mereka sendiri tidak bisa melepas cengkramanku."
Yang lain ikut tertawa melihat mereka berdua kesusahan. Raut wajah Jooheon mulai panik sedangkan Changkyun masih ketakutan, si pembully yang memegang lengan Jooheon pun menarik Jooheon dengan kasar.
"Sini! akan kuajari bagaimana menghormati yang lebih tua darimu." tanganya melayang di udara, Jooheon memejamkan matanya menunggu pukulan yang akan dia terima, tapi tidak terjadi apa-apa.
Changkyun menarik-narik bajunya dari belakang, Jooheon pun membuka matanya perlahan. Melihat tangan si pembully ditahan oleh seseorang yang memiliki wajah tanpa ekspresi.
"Hentikan." ujarnya dengan monoton.
Si pembully kaget, dengan spontan melepas tanganya dari Jooheon dan menghempaskan tanganya dari orang yang baru datang itu. Dia menatap kaget kearah orang baru, lalu kearah Jooheon dan Changkyun. Dengan cepat mukanya memerah penuh amarah.
"Apa-apaan ini?! satu persatu datang sok untuk jadi pahlawan! memangnya kau siapa hah?!" si pembully berteriak dengan amarah. Mukanya memerah antar malu dan marah yang begitu kental, tanpa pikir panjang dia mengangkat tanganya dan memukul kearah orang baru itu.
Orang baru itu menahan pukulan si pembully. "Hentikan. aku tidak ingin bertengkar dengan kalian."
"Diam! kalau kau suka ikut campur masalah orang! kau harus tahu resikonya!"
Orang baru itu menghela nafasnya.
Si pembully mencoba memukul kearah orang baru itu dan hanya ditangkis olehnya, memukul-tertangkis memukul-tertangkis. Tanpa perlu penjelasan pun, yang lain tahu bahwa orang baru ini lebih handal daripada si pembully.
"Kenapa kau hanya menangkis?! dasar pengecut!" si pembully mengambil ancang-ancang dan memukul kearah orang baru.
Si orang baru menghela nafas lagi, dengan mudah dia mengambil tangan yang tertuju padanya, menariknya, lalu menghantamkanya ke tanah.
Si pembully tersedak, merasakan udara ditubuhnya tertekan keluar dari tenggorokanya. Hingga akhirnya dia terbatuk-batuk, menetralisir udara di tenggorokanya. Lalu dia berusaha berdiri dengan tubuhnya yang bergetar.
"Sudahlah. Aku tidak ingin melukai kalian, aku hanya ingin kalian tidak meganggu dua orang ini." orang baru itu menarik Jooheon dan Changkyun kebelakang punggungnya.
"Cih, sombong sekali! kau kira aku akan menyerah hanya karena kau banting seperti itu?!" si pembully akhirnya berdiri, tetapi sekujur tubuhnya bergetar terutama di bagian kaki.
"Ayo! kita ulangi lagi!" dia memasang kuda-kuda dengan bergetar.
Orang baru itu menatapnya dengan tatapan yang aneh, terlihat jelas sekali mereka tidak akan menang melawanya tapi dia masih terus keras kepala. Dengan helaan nafas dia berbalik sambil membawa Jooheon dan Changkyun dari mereka.
"HEY! KAU MAU KEMANA HAH?!"
"Tidak. Aku tidak akan melanjutkanya." orang baru itu berkata dengan mudahnya.
"Bocah sialan! Kau ak-sdfs" si Pembully yang baru saja ingin mengejar mereka tertahan, melihat tangan temanya yang mencengkram tubuhnya.
"Bodoh! sudah biarkan mereka pergi! kau tidak lihat betapa mudahnya dia mengalahkanmu? kalau kau saja kalah bagaimana dengan kami?!" Temanya berbisik dengan muka ketakutan dan diikuti anggukan dari yang lain.
"Sudahh.. Daripada mengejar mereka, kita lihat lukamu saja. Bantingan tadi cukup kuat, biar aku cek." salah satu dari mereka berbicara, dan dengan perlahan mereka pergi dari taman itu.
.
.
.
TBC
.
.
.
Author's Note : Hey! thanks for reading! ini ff pertama author dari dulu kepengen bikin ff tapi teh kayak survival gitu, sempet pengen charanya exo ganti bts eh got7 sampe ke monsta x wkwkwk, lanjut lah jadi curcol minta kritik and saranya ya thank you so much! see ya!
Yang sudah pernah baca, jump aja langsung ke chap Bonding :]
