Salam, Zerou! :
Moshi, minna. Genki? Saia balik lagi bikin fic multichapter di fandom Naruto. Genrenya benar-benar berbeda denagn fanfic terdahuluku. Gak tau sih bakal serius beneran apa gak, saia kan lebih banyak bikin yang humor ketimbang yang serius.Ini saia buat bareng Sorarin a.ka Sora Echizen yang bikin AdKaku ama GSA (promosi?). Semoga menariklah...
Happy Reading!
Terinspirasi dari banyak manga & fanfic terutama karya .happy.ending-Sasaji. : 'Double Personality'.
Warning: AU, OOC, kekerasan yang tidak cocok untuk anak kecil
Fiction Rated: Untuk sementara T... Semoga gak berubah...
Genre: Suspense/Crime, masih ada bumbu-bumbu humor
Disclaimer: NARUTO itu punyaan Kishimoto-sensei, kalo punya saia, entar Gaara bakal ditambahin alis sama saia... –dikemplang–
--
Kobayakawa Zerou and Sora Echizen present
Per voi, dare una Tuberose
/Prologo/
#Black Rose#
'Shimotsuki'
Tahun hampir berakhir. November telah memasuki pertengahan bulan. Angin yang berhembus beku menusuk kulit mengiringi perjalanan hari-hari membosankan. Terang sang surya terhalang oleh awan-awan cumulus yang juga memanggil udara untuk mengalir. Hari telah mencapai musim dingin walaupun salju belum siap jatuh menghantam bumi.
Di waktu-waktu berhawa dingin ini kebanyakan pasti akan mendekam dalam kotatsu, pun menyiapkan jaket tebal jikalau kristal salju jatuh nanti. Jalanan takkan seramai ketika panas sorot mentari di musim panas.
Namun, tampak gerombolan manusia mengerumuni satu hal tanpa peduli seberapa dinginnya hari itu. Yang mereka amati yakni taman. Sebuah taman kecil yang tak biasa dijamah lautan manusia. Terlebih ketika surya meredupkan nyalanya dan bulan masih tersembunyi balik kabut.
Satu keanehan, jalan masuk lokasi terhalang oleh pita-pita kuning. Deretan kata mencoret pita itu. Keep Out. Pula sirine tak henti meraung dari tempat itu. Hiruk pikuk mencoba menyaingi gema sirine. Angin turut mengalirkan gosip ibu-ibu rumah tangga tanpa tahu kebenarannya.
"Hei, kau lihat? Anak semuda dia bukannya memikirkan masa depannya malah bunuh diri."
"Mungkin depresi gara-gara dapat nilai merah waktu ujian?"
"Atau cintanya ditolak? Dasar anak muda zaman sekarang!"
"Anoo... sumimasen, memangnya ada apa?"
"Ini... ada yang bunuh diri."
"Hah?! Siapa... yang mati itu?"
"Aku tidak tahu namanya. Kelihatannya dia masih..."
--
Sorot lampu neon di jalanan mulai dinyalakan. Hari telah mulai petang. Seorang remaja laki-laki berjalan gontai. Tarasnya menunjukkan kemalasan.
"Huuuhh... Kenapa, sih Kaa-san lupa beli kecap segala? Padahal bentar lagi Dog Adventure mau mulai..."
"Guk!!" Gonggongan penyemangat juga menyetujui apa yang diucapkan sang majikan. Anak itu menyeringai.
"Oke, Akamaru! Lebih baik kita cepat-cepat beli dan pulang buat nonton dramanya."
Mereka, seorang bocah dan seekor anjing, berlomba sampai lebih duluan ke lokasi tujuan, kombini.
Mereka tidak tahu bahwa kabar buruk tengah mengintai.
Jalan yang mereka lalui memang sepi. Mata anak itu terpaku pada kerumunan janggal setelah ia berbelok. Sirine, mobil patroli dan satu keanehan. Taman kecil itu tak pernah seramai saat dilihatnya kini.
"Guk! Guk! Guk!"
"Ada apa, Akamaru?"
Sangatlah jarang anjingnya menyalak seperti itu. Perasaan cemas juga keingintahuan menyeret anak itu untuk berlari lebih cepat menghampiri taman. Akamaru turut mengikuti majikannya. Si Anak berusaha menerobos gerombolan manusia. Ia ingin tahu apa yang terjadi.
"Maaf, permisi..."
Yang didapatnya akhirnya, hanyalah label-label kuning pembatas. Di dalamnya terdapat manusia-manusia berseragam militer berkeliaran. Beberapa berjaga, sebagian memeriksa lokasi itu.
Di antara mereka, anak itu menemukan sosok familiar.
"Tou-san?"
Orang yang dipanggil barusan sadar. Ia membalikkan tubuhnya.
"Kiba? Kenapa kau di sini?"
Kiba langsung menerobos pita pembatas dengan melintasi dari bawah begitu yakin itu adalah ayahnya. Dia menduga, jika ayahnya muncul di TKP, artinya terdapat kasus. Satu kasus pembunuhan. Seorang polisi mencegah Kiba yang berhasil menerobos. Berusaha mengeluarkan Kiba.
"Hei, Nak. Ini daerah terlarang. Kau tidak boleh masuk."
"Demo..."
"Biarkan dia masuk. Dia sering membantuku dalam penyelidikan."
"Maaf, dia ini siapa?" tanya polisi itu.
"Dia putraku."
Polisi itu menyingkirkan tubuhnya agar Kiba dapat menghampiri ayahnya. Kiba plus Akamaru mengikuti ayahnya dan polisi itu kembali menjaga. Temannya menyikut polisi itu.
"Kau tidak tahu, ya kalau Inuzuka Kiba dan anjingnya sering memecahkan kasus, putra dari Inspektur Inuzuka."
"Jadi, dia Inuzuka Kiba yang sering muncul di koran itu?"
Sang Ayah berhenti di samping bangku taman. Kiba dan Akamaru turut berhenti. Pada bangku taman itu telah dilukis dengan kapur bagaimana posisi terakhir korban. Di depannya plastik tebal digelar. Tampak membentuk sesuatu tanpa perlu diamati.
"Diperkirakan sore ini ada yang melakukan pembunuhan dan korban mati seketika. Dan ini adalah alat untuk membunuh." Inspektur menunjukkan plastik transparan pembungkus. "Syal milik korban".
Kiba tampak mengenali syal dalam plastik itu. Ia mencoba menduga siapa korbannya. Lalu ia berjongkok di depan plastik tebal yang tergeletak di atas tanah. Kiba menyingkap perlahan bagian atas untuk mengetahui korbannya.
Kaget. Shock.
"Ini 'kan..."
Sesosok manusia terbujur kaku. Nafasnya telah lenyap. Warna pirang melunturi rambut kepalanya. Kiba hanya bisa diam terpaku.
"Kau mengenalnya?"
"Bukan hanya mengenal. Dulu kami berteman baik..."
--
Langit kembali biru setelah hitam merajai malam. Metari membangkitkan dirinya dari ufuk timur. Makhluk hidup memulai aktivitasnya lagi setelah terlelap. Seorang anak berambut pirang memakai gakuran berlari di koridor menuju kelasnya. Paras yang ceria selalu ia pakai. Ia menggeser pintu begitu sampai di depan kelasnya, kelas II-3
"Ohayou, minna!"
"Hoy, Naruto!" balas seorang temannya. Naruto berjalan ke mejanya dan meletakkan tas, kemudian bergabung dalam gerombolan di kelasnya.
"Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?"
"Kau tahu, Kiba masih suka nonton Dog Adventure, padahal itu tontonan anak kecil..."
"Jangan mengejekku! Aku kemarin gak bisa nonton terusannya, tau! Kalau saja aku gak mampir ke taman kecil dekat rumahku dulu..." sesal Kiba.
"Lha? Memangnya ada apa di sana?" tanya Chouji sembari makan keripik.
"Kemarin sore ada pembunuhan di sana."
"Ehh?!" teriak mereka serempak.
"Hoahmm... siapa yang terbunuh?" tanya Shikamaru.
Di sekelilingnya kini hanya rasa keingintahuan.
"Etoo..."
Menunggu kepastian Kiba.
"Deidara-senpai."
/tsuzuku/
Glossary:
Kombini: toko 24 jam.
--
?Omake?
"Anoo... sumimasen, memangnya ada apa?"
"Ini... ada yang bunuh diri."
"Hah?! Siapa... yang mati itu?"
"Aku tidak tahu namanya. Kelihatannya dia masih..."
"...ng?"
Hening.
"Perawan."
.
.
.
o
KROMPYAANG!!
"Aku itu masih perjaka!!" –Deidei ngelempar piring ke Zerou–
--
Diskusi penulis
Zerou: Jadi, si Dei matinya gimana?
Sorarin: Ditendang kuda?
Zerou: Ngapain pila ada kuda di taman?!
#Jadi, siapakah pembunuh Deidei? Yang bisa jawab bakal saia kasih hadiah. Hadiahnya? Kukasih tau di ch.2 nanti... :p . kasih komen, yah? Flame, keluhan, celaan, con-crit apalagi pujian, mau banget. XD
Ja, mata
/review?/
