Void-ice-ion*
Story © Nekuro Yamikawa
Vocaloid © YAMAHA corp, Crypton Future Media & joined companies
Rating : T
Genre : Fantasy / undetermined
.
.
.
Dark Matter? Whats your matter?
Kegilaan… sebuah kata yang sangat menarik untuk menggambarkan salah satu sosoknya yang selalu terselubung dalam bayangan. Sosok misterius yang terkadang bertopeng sebuah senyum lebar khas labu Jack'o'pumpkin dalam vestifal Halloween. Sosok misterius yang mengerudungi kedua mata yang lapar akan mangsa dan haus oleh warna hitam di balik helai-helai rambut biru lautan yang jatuh di depan wajah. Selebihnya, ia selalu memasang ekspresi dingin, bahkan air mendidih mungkin akan bergelut sengit jika bisa di adu dengannya.
Ia sangat menyukai malam, atau mungkin… mencintainya. Kemeja putih, setelan jas hitam lengan panjang, celana panjang berwarna sama, dan sepatu yang lagi-lagi berwarna sama berpadu dengan kulit pucat mayat, selalu tampak pada dirinya. Seolah ia siap menyambut sosok wanita bergaun untuk di ajaknya ke sebuah pesta dansa ─tentu saja, semua itu saat malam menjelang dan langit menghitam. Waktu di mana makhluk-makhluk sepertinya berkeliaran dan berbaur, berkamuflase atau apapun itu, untuk menyusup di antara manusia. Sekedar bermain-main dengan mereka atau jika ia mau, "manikmati" beberapa di antaranya. "menikmati" dengan artian beragam cara yang hanya bisa di dapati dalam berbagai serial pembunuh sadis sampai horror supranatural lebih tepatnya.
Tapi tidak untuk malam ini. Sekarang ia tidak terlalu berminat melakukan apapun dengan manusia. ia hanya berbaring-malas berbantal lengan yang saling melipat bersilangan di atap sebuah rumah tua yang megah dan terbengkalai. Menikmati bulan purnama yang jarang sekali ia perhatikan atau mungkin tidak pernah sama sekali, sambil mendengarkan sebuah lagu.
"We're much like the night which dawn
Sweeping away the darkness without fail"
Gumamnya mengikuti sederet lirik favoritnya. Lirik yang sangat sesuai dengan dirinya dan dibawakan oleh sebuah suara manis seorang gadis hingga memenuhi isi kepala melalui sepasang headset di kedua telinga. Perlahan, ia menutup kedua mata, mencoba meresapi sensasi dari perpaduan melodi, lirik dan suara merdu itu yang terus berputar-putar. Terus terang, ia termasuk di antara makhluk yang mana lagu menjadi seperti candu baginya, hanya dirinya. Sekali ia mendapatkan sebuah lagu yang ia sukai, maka ia bisa melewati bermalam-malam tanpa menyentuh satupun manusia. Jika ia hanya bergantung pada lagu, maka lama kelamaan ia akan melemah tanpa dia sadari. Mungkin, dampak buruk itu seharusnya ia pikirkan, tapi sepertinya ia tidak peduli.
Saat ini, tak ada yang lebih penting dari sekedar lagu. Lagu, lagu dan lagu, satu-satunya hal yang bisa menghipnotisnya tanpa perlawanan dan sedang mengalun di telinganya. Hingga sesuatu mengusik waktu santainya tersebut. Keberadaan makhluk lain, makhluk yang sangat familiar. Ia menghela napas, membuka kelopak mata yang tertutup rapat dan memutarnya penuh malas ke sebuah arah sebelum menyuruh makhluk tersebut keluar "Ada perlu apa Kamui?" desisnya.
Perlahan-lahan, angin yang sebelumnya berhembus santai berubah menjadi liar. Di susul segerombolan serangga-serangga berwarna hitam bermunculan entah darimana. Mereka berkumpul di arah yang di tuju oleh makhluk itu, membentuk gumpalan hitam hingga seukuran pria dewasa sebelum lenyap dan berganti sosok lelaki berambut ungu senja sepunggung dengan mata berwarna serupa. Seperti dirinya, ia juga mengenakan pakaian yang sama, hanya saja warnanya ungu gelap hingga terlihat hitam di tengah malam.
"Sekedar ingin berbagi." ucap makhluk yang dipanggilnya Kamui tersebut seraya mengangkat seikat kaleng minuman soda rasa lemon favoritnya setinggi wajah, lalu tersenyum tipis dan berjalan menghampiri.
"Lama kelamaan kau akan terkena penyakit kanker jika terus-terusan meminum minuman seperti itu." gerutunya. Sebenarnya tidak masalah, ia juga sedikit haus. Ia pun mengangkat punggungnya yang sejak tadi menempel di atap dan menjulurkan tangan kirinya dengan telapak terbuka lebar.
"Hei, apa bedanya denganmu, Kaito, kau bahkan sudah tidak segarang dulu sejak lima dekade terakhir," ucap Kamui setelah ia melemparkan sebuah kaleng padanya dan duduk di sampingnya "apalagi sejak kau mendapatkan keping CD dengan gambar gadis berambut teal berkuncir dua tersebut." lanjutnya setelah memperhatikan sebuah bungkus kaset CD yang di maksud, tergeletak di antara mereka. Kemudian Ia mulai membuka minuman kalengnya dan mengambil seteguk lalu memperhatikan bulatan putih besar di langit malam ini. Tampangnya mulai terlihat sedang bosan.
"Namanya Hatsune Miku." sergahnya pada Kamui. Makhluk itu hanya mengambil seteguk lagi tanpa berminat meladeninya lebih jauh jika tentang hal yang disukainya. Mata keunguannya mengisyaratkan sebuah kalimat "Terserah, apa peduliku"
"Aku tahu, yang ada di pikiranmu hanya makanan dan minuman kaleng bersoda rasa lemon, mana kau tahu akan hal-hal seperti ini." cibir Kaito lalu kembali meletakkan punggungnya. Minuman kaleng di tangannya baru saja dihabiskannya dalam sekali teguk dan sekarang metal yang membungkusnya tergeletak dengan keadaan remuk.
Kaito Shion, itulah nama makhluk dengan sosok pemuda berambut biru lautan dengan poni acak-acakan yang selalu menggelayut hingga hampir menutupi kedua matanya. Salah satu dari Dark Matter yang berbaur di antara jutaan manusia. Makhluk yang seperti perpaduan antara segala makhluk malam yang pernah dibayangkan dalam dunia fiksi tapi dalam wujud menyerupai manusia. Tidak seperti makhluk-makhluk lain yang aktif di malam hari karena cahaya matahari adalah kelemahan bagi mereka, Dark Matter bisa muncul kapanpun mereka menginkinkannya. Siang malam bukan masalah, karena mereka adalah "malam" itu sendiri.
Makanan mereka, mereka tidak terlalu memilih milih. Darah, daging manusia, energi kehidupan bahkan makhluk malam lainnya. Apapun itu selama memiliki darah, daging dan nyawa adalah makanan mereka, tapi, tidak jarang juga mereka menyantap makanan manusia, seperti Kamui. Atau lebih lengkapnya Gakupo Kamui.
Tidak seperti Kaito yang memiliki ketergantungan dengan lagu, Kamui lebih condong pada makanan. Khususnya makanan manusia, dan lebih dari semua itu, minuman kaleng bersoda rasa lemon. Sejak lidahnya menyentuh sensasi asam manis menggelitik dari minuman bersoda itu. Sehingga, sehari tidak meminumnya, ia bisa menggila dan melahap apapun yang bisa ditemukan. Salah satu yang terburuk dan pernah terjadi adalah sebuah desa mati di bagian tenggara kota, tepatnya tempat mereka sekarang berada. Sehari sebelumnya desa ini biasa-biasa saja, semua keseharian penduduknya berjalan normal. Namun keesokan harinya, semua penduduk lenyap tanpa bekas. Termasuk ternak, hewan peliharaan, bahkan persediaan makanan. Tak menyisakan satupun saksi hidup. Tak ada daging atau darah berceceran, seolah semua eksistensi penghuni desa ini di hapus begitu saja.
Kejanggalan seperti ini sudah tentu menarik perhatian manusia. Kasus menghilangnya penduduk desa dalam satu malam sempat menggemparkan media massa dan diam-diam memancing badan rahasia pemerintah yang khusus menangani kejadian ganjil dan mengarah ke hal-hal berbau spiritual. Sehingga mereka berdua mau tidak mau harus membatasi pola makan dan juga terus bergerak. Hingga akhirnya lima puluh tahun berlalu, para agen menghentikan operasi mereka dan mereka bisa kembali ke tempat itu untuk mereka klaim sebagai rumah mereka.
"Hei Kaito, apa kau tidak bosan hanya tiduran saja di sini?" terdengar gumaman Kamui terselip dalam kesunyian setelah suara desis soda dari kaleng ke lima menjerit ketika pria itu membuka penutupnya. Ia sekarang hanya termangu menatap kerlap-kerlip lampu kota di ujung matanya. Sedangkan Kaito tidak mengubah posisi badannya sekalipun.
Headset memang membungkam telinga pemuda itu, tapi ia masih bisa membedakan frekuensi suara Kamui dari Track lagu kelima di keping CD yang sekarang mulai mengalun. ia menekan tombol Pause di Headset yang di kenakannya, lalu mencabut benda itu dari telinga dan menjepitkannya di kepala Kamui. Pria itu tidak terperanjat atau menolak, hanya sedikit melenguh dan memutar iris ungunya ke sudut mata.
"Huh?" ia melihat Kaito duduk menyeringai dengan senyuman jack'o'pumpkin yang menjadi trademark-nya, kedua tangannya berada di kedua penutup Headset lalu suara Klik terdengar dan berlanjut pada suara seorang gadis yang mulai menggetarkan gendang telinga Kamui.
"Back then, the ultimate reality that came to see us from the beyond was
That it had come to laugh at how our existences are as simple as all this
I'm perplexed by the reality that, even if I press them on my ears, slips through my hands
Where in my thin body should I find myself taking in strength?"
Awalnya pria itu tetap diam dengan bombardier frekuensi di kepalanya, tapi lama kelamaan ia tidak bisa menahan bibirnya yang hitam perlahan-lahan membentuk lengkungan. Sebuah senyum tipis "Tidak buruk."
Sementara itu, tanpa mereka sadari di belakang mereka, wanita berambut coklat gelap pendek sedang mengintai. Dua buah telinga berujung runcing berukuran besar dikepalanya sesekali bergerak, begitu juga ekor berambut lebat di belakang punggungnya. ia mengenakan sebuah short pants berbahan jeans abu-abu dan kaus putih dengan sebuah ikatan di salah satu ujungnya untuk menyesuaikan dengan ukuran perutnya yang langsing. Mata kucingnya tampak menyala kemerahan di kejauhan. "Lihat apa yang kutemukan, pasangan Bi-shounen di atas atap saling bertukar kegemaran di bawah sinar bulan purnama, so sweet"
Seketika, kedua Dark Matter tadi menoleh ke arah sumber suara. Seringai Kaito kembali menjadi ekspresi datar, senyum tipis Kamui berganti deretan gigi "Kenapa kalian melihatku seperti itu? bersenang-senanglah, aku tidak akan mengganggu." lanjut sosok mirip kucing tersebut dengan santai, tanpa takut sedikitpun. bahkan mengibas-ibaskan tangan kanan berkuku runcingnya sambil memalingkan wajah.
"Hei nenek, kau mau ku makan hidup-hidup?" umpat Kamui. Ia berhasil menyembunyikan rasa marahnya di intonasinya yang datar, tapi ia tidak bisa dari dua urat yang bersilangan tersembul di sudut pelipisnya.
"Namaku Meiko, bukan nenek, dasar banci penggila lemon." sindir makhluk mirip kucing tersebut sambil berkacak pinggang tanpa takut.
"Aku sedang malas meladenimu, Nenek girang maniak alkohol." Kamui membalas, ia mulai beranjak dari tempat duduknya "bahkan, kau sekarang sudah membusuk lebih dahulu sebelum mati, efek alkohol mempercepat proses penuaan makhluk abadi, rupanya bukan sekedar mitos." ia melanjutkan sambil memicing mata dan menyungging senyum sinis.
Werewolf itu, Meiko Sakine, tentu saja tidak terima dengan kata-kata barusan. Ia menggenggam erat jemarinya, mengunci geraham dan menutup matanya dengan dahi berkerut. Suara gemeretak gigi dan sendi jari-jari terdengar kemudian. "Banci bawel."
Kaito yang memperhatikan keduanya hanya bisa diam mendengarkan umpatan-umpatan yang saling berlemparan kesana-kemari untuk beberapa menit kemudian. Merasa waktu menyendirinya terusik, Ia mengambil kembali headset yang dipinjamkan pada Kamui, kemudian menepuk pundak teman lamanya sebelum memudar di keremangan cahaya dengan sebuah lenguhan bosan.
x-0-x
Berjalan tanpa tujuan di belantara neon aneka warna, Kaito menunjukkan figurnya yang selalu terbalut aura misterius, namun juga membius. Beberapa pemilik pasang mata sesekali melirik padanya, tidak sedikit juga yang di antara mereka menghampirinya. Tapi si manik safir ini tak sedikitpun mau meladeni mereka, ia tetap berjalan menyusuri trotoar yang ramai di kota yang kental nuansa pesta ini.
"Maaf, tapi aku sedang tidak mood." tolaknya pada salah seorang wanita. Wanita itu memang memiliki paras indah yang begitu menggoda, apa lagi dengan pakaian yang begitu menarik kaum pria. Tapi bagi Kaito, ia tak jauh beda dari apa yang ia santap sehari-hari. Bongkahan daging tak berharga, itu pikirnya.
"Ayolah, jangan terlalu jual mahal padaku." desah wanita itu. Tanpa peduli siapapun di sekitarnya, ia mengaitkan lengannya pada seorang Dark Matter yang tengah menjelma. Ia tak tahu bahwa Kaito merasa terganggu, sangat terganggu. Makhluk ini memberinya tatapan sedingin es, tetapi tanggapan wanita itu hanya tawa kecil yang mengusik irama lagu di telinganya.
Wanita itu mengikuti kemanapun ia melangkah, merayu-rayu dengan berbagai cara. Hingga akhirnya dengan lancang mencabut Headset yang di pakai Kaito tepat di sebuah track yang paling ia suka. Wanita itu tidak sadar bahwa ia telah menekan tombol lift menuju liang lahatnya sendiri. Senyum tanda pencabut nyawa pun tersembul di wajah sang makhluk malam. Jika sudah terlanjur seperti ini, maka tak ada satupun yang bisa menghentikannya kecuali Tuhan menghendaki. Ia berhenti sejenak, lalu membisikkan sesuatu di telinga wanita itu.
"Jika kau begitu memaksa, maka kita akan melakukannya dengan caraku." ia mendesis. Wanita itu kembali tertawa kecil karena merasa geli.
"Baiklah, terserah padamu," dan ia pun membawanya menjauhi keramaian "tapi, bolehkah aku mengetahui siapa namamu?" Tanya wanita itu. Kaito meliriknya sekilas.
"Shion… Kaito"
"Aku Megurine Luka"
Dan mereka pun kembali menyusuri jalanan, hingga menghilang di balik gelap malam.
x-0-x
"Tuhan… tolong aku…" rintih si gadis cantik berambut gulali di sebuah sudut gang sepi. Riak mukanya berkeruh, air mata bercucuran hingga tersesap dan tercecap di bibir merah jambu serta lidahnya yang mulai kelu. Bercak-bercak darah memoles tubuh indah tinggi semampai, tak lupa goresan-goresan luka dengan beragam ukuran di hampir setiap jengkal kulit putihnya yang terekspos karena kain yang membalut hampir habis terkoyak.
"Ada apa? bukankah kau yang meminta?" pemilik marga megurine ini terbelalak. Ia yakin telah berhasil melarikan diri dari pemuda misterius yang secara tiba-tiba berubah menjadi sosok mengerikan sesaat ketika beberapa kawanan anjing liar menyerangnya. "Mari kita bersenang-senang malam ini, Megurine-san."
Luka semakin kalut. Berlindung di balik sebuah kotak sampah besar, gadis ini menggigil dan terisak. Mungkin, ini adalah pembalasan dosa atas kebiasaan berfoya-foya seperti apa yang Miku katakan padanya tempo hari. Ya, mungkin. Sebagai seorang penyanyi terkenal, Luka terlalu memanjakan diri dalam dunia gemerlap. Pulang larut malam, pesta minuman keras bersama Meiko dan Haku, hingga tidur bersama pria asing yang baginya tampak menarik.
Derap sepatu samar-samar semakin jelas. Sesekali bersiul mengikuti alunan musik dari sepasang headset yang kembali menyumpal telinganya, Kaito menebar pandangannya ke sekeliling. Menemukan mangsa yang terluka bukanlah hal sulit bagi para predator, cukup endus wangi amis dari cairan merah kental yang merembes dan kau akan mendapatkan jalan. Masih kurang? Coba perhatikan suhu setiap objek di sekitarmu, atau dengarkan suara cicitan putus asa yang terselip dalam desir angin.
Tapi itu terlalu mudah bukan, mengapa tidak bermain-main sejenak? tidakkah itu lebih menarik? Trick or treat. Sebuah permainan yang paling ia sukai. Membuat korban takut setengah mati dengan berbagai trick sebelum memberinya sebuah treat adalah cara kuno, tapi bagi Kaito ini tetaplah sesuatu yang menyenangkan.
"Aku tahu kau di sekitar sini, Megurine-san." makhluk kegelapan ini menendang sebuah besi tong sampah hingga terlempar dengan suara desing menggema yang membuat gagak-gagak kota di sekeliling area beterbangan. Luka bisa merasakan jantung di balik rusuk meninju-ninju setiap organ di sekitarnya karena pengaruh resonansi, takut dan efek pemacu kerja dari fungsi zat adrenalin bercampur menjadi satu. Membungkam mulutnya dengan jemari yang merapat dua lapis, wanita malang ini menahan satu reaksi dalam dirinya ketika semua efek itu mencapai tahap klimaks.
"BANG!"
"Hmph!" *hiks.. hiks..*
Benda serupa kembali melayang dan menghantam tembok bata di dekat tempatnya bersembunyi. Sebuah bekas kaki yang mustahil manusia bisa membuatnya di selimut metal berbentuk tabung setebal lima mili membuat Luka terbelalak dan secara bersamaan ingin menangis.
"Jadi, mari kita buat malam ini menjadi malam yang menyenangkan… sesuai kesepakatan kita. Dengan caraku."
.
.
.
*Void-ition = Tidak memiliki arti, tapi author mengartikannya secara pribadi sebagai 'penghampaan'.
.
A/N : Sekedar Fic gaje yang dulu dibuat saat mengenal Vocaloid. Mungkin sudah ada sekitar 1 tahun lalu. Awalnya author menggunakan OC [yang selalu sama di setiap story] bersama familiarnya, sebelum memutuskan untuk menggantinya dengan Kaito dan Kamui. Karena seperti yang kita tahu, Kamui bukan orang yang suka lemon, itu kesukaan beelze selaku familiar author di akun ini. n_na
