LeChi's project proudly presents

.

.

.

CAFEIN for AFED 2016 : Kotak Drabble

.

.

.


Kuroko no Basuke (c) Fujimaki Tadatoshi

Kuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi. Kami tidak mengeruk keuntungan materil atau komersil sama sekali dalam membuat fanfiksi bersama ini.


Kotak Drabble

.

.

by : Hi Aidi

.

.

.

Warning: OOC, Typo, AU, Shounen-Ai/Boys Love/Gender Bend.


Furihata dalam posisi bersandar dengan satu lengan yang terjulur ke depan. Sebelah tangannya yang lain berusaha menahan bebannya pada sesuatu yang ia jatuhi berat badannya. Salahnya lupa mengikat tali sepatu, terburu ingin masuk kelas karena tadi terlalu hanyut dengan ketenangan perpustakaan sehabis latihan olahraga-ketiduran. Ia meringis, merasakan hangat bukanlah sesuatu yang berasal dari tembok tempat di mana harusnya badannya membentur. Padahal setahu gadis itu, yang tadi ia lihat hanya tembok samping belokan naik tangga.

Remas.

Keras.

Remas.

Berotot.

Hangat, keras dan berotot. Hmm, seperti...matanya tambah membulat. MANUSIA!

Dengan canggung ia mencoba menegakkan badan, terhunyung, hampir jatuh dan untungnya ditahan lagi oleh orang yang sama.

Rasanya Furihata ingin memukul kepalanya karena sifat teledornya ini.

Takut-takut plus malu ia melirik, mencoba menatap muka sang penolong yang jelas lelaki-tangannya kembali mencengkram erat lengan lelaki itu saat ia hampir jatuh tadi, kembali merasakan ototnya yang keras.

'Mungkin latihan olahraga, eh, jangan pikirkan hal itu dulu Kouki!'

Sekali lagi Furihata mencoba bangkit, kali ini lebih hati-hati. Ia berjalan mundur selangkah, menunduk kemudian membungkuk sampai surai coklatnya ikut jatuh bergoyang.

''Go-gomen!''

Tidak ada suara balasan, Furihata sampai berpikir kalau orang di depannya bisu. Sampai satu kata keluar bagai petir di siang bolong. Menyambar jantungnya keras, telak.

''Tidak akan kuma'afkan.''

Furihata tersentak, kaku menaikkan badannya lalu menatap orang tersebut hanya untuk membuat matanya semakin lebar dan ketakutan sangat. SETO KAICHOU!

Pemuda yang berdiri di depannya itu, dengan tangan kini terlipat di dada yang berlapis kemeja biru dan gakuran putih serta dua mata beda warna yang diseraki rimbunan helai magenta di atasnya. Bibir pemuda itu datar, tapi menelisik romannya tampak ia sedikit mengedut tak suka.

Dan Furihata rasanya ingin menangis sekarang.

Sudah jatuh tertimpa tangga, apa yang akan dilakukan Kaichou padanya? Memasukkannya ke daftar hitam? Tidakk, gadis bungsu keluarga Furihata ini belum siap membuat orangtuanya malu kalau sampai mereka harus dipanggil karena ulahnya. Kouki tidak mau. Jadi ia hanya punya pilihan memohon maaf lagi dan lagi.

''Go-gomen.'' Suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca. Ia kembali menunduk dalam.

Tawa terlirih,'' sudah kubilang kau takkan kuma'afkan.''

Furihata benar-benar menangis sekarang.

''Go-hiks-men-hiks.''

Bahunya berguncang, terhenti ketika sebelah tangan menyentuh pundaknya. Ia memejamkan mata erat, pasrah dengan apa yang akan dilakukan lelaki itu padanya.

''Coba sebut namaku.''

Eh?

''Aka-huks-shi-hiks-san.''

Yang disebut berdecak, Furihata makin ketakutan.

''Ck,ck. Benar-benar tidak termaafkan, sudah berlari di koridor, jatuh menimpa orang lain, sekarang kau bahkan tidak bisa menyebutkan nama presiden siswamu dengan baik.''

Furihata bisa apa selain menangis makin keras. Ia berdiri, menghadap pada Akashi, air matanya mengalir deras.

''Hiks, gomen. Ak-hiks-ku memang ceroboh. Hiks, gomenn!''

''Kasihan.''

Satu tangan terusap ke pipi, Furihata cemas-cemas berujar 'dia akan membunuhku' dalam hati.

''Gadis yang jatuh padaku tidak boleh begini.''

Furihata tersinggung juga. 'Maaf saja jika aku gadis biasa.'

''Seharusnya gadis yang jatuh padaku,'' Akashi memotong kalimatnya, dan Furihata sudah mulai berubah mood dari ketakutan menjadi keki. Pasti dia akan mengatakan gadis yang sempurna seperti dia juga. Bukannya malah-

''-tidak seharusnya membuatku jatuh juga.''

Eh? Bukankah Akashi masih berdiri bugar? Atau Akashi tadi memang terjatuh dan terbentur tembok? Astaga, bagaimana inii?!

''Kau harus tanggung jawab.''

Furihata kaget, saking takutnya langsung mengiyakan dengan suara keras.

''Tanggung jawab dengan-

Lagi-lagi Akashi memotong kalimatnya, ia mengambil satu langkah maju, membungkukkan badannya dan menangkupkan tangan yang tadi menyentuh pipi Furihata di sisi telinganya.

-kau harus jadi tawananku.''

Kalau bola mata bisa keluar, menggelinding bebas di lantai, mungkin inilah saatnya. Mata Furihata melebar selebarnya saking tidak percaya-walau sudah hampir ia prediksi, Akashi hendak menjadikannya budak.

Sementara pemuda itu kembali berdiri tegak, menjulurkan sapu tangan yang disambut dengan kikuk lalu berujar lagi. Suruhan pertama.

''Makanya, kau harus mulai bisa mengurangi interaksimu dengan teman priamu. Lebih sering berada di dekatku, memikirkanku.''

Eh, sebentar. Tugas terakhir itu bukan tugas biasa bagi budak.

''Karena aku akan cemburu kalau tawanan hatiku tak memberi respon yang sama padaku.'' Diucapkan dengan seringaian. Lalu ia berlalu pergi, membawa kalimat ,'' sampai jumpa lagi, Kekasihku.''

Hari itu, adalah hari dimana Furihata berteriak melebihi toa milik Kuroko.

''EH?!''


~Fin~


Special thanks: Hi Aidi.

Readers and Reviewers, mind to give review? ;)