Awal ?

Harry Potter J.K Rowling

cerita ini milikku

rating : remaja menuju dewasa. anak anak boleh mampir tanggung efeknya sendiri

Warning :

ini yaoi (boy x boy), penulisan tidak sempurna, dan ceritanya membosankan.

JPSS!

*

*

.

Severus Snape penyihir muda yang masih berstatus pelajar tahun ke 5 di Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry berjalan menyusuri koridor sepi. Langkahnya santai dan beraturan membuat jubah selutut khas asrama Slytherin melambai mengikuti gerak kaki jenjangnya. Rautnya tenang tidak menampilkan emosi menatap kedepan mengabaikan gambaran senja yang membuat decak kagum bagi siapa saja yang melihatnya.

Berbeda dengan Severus. Sesosok penyihir muda yang tampan bahkan dengan kacamata bertengger di wajahnya berjalan tergesa-gesa tidak memiliki tujuan mempercayai kakinya menentukan pilihannya sendiri. Pemuda itu tampak berantakan dengan jubah kusut dan kemeja putih bernoda lumpur. Tongkat sihir miliknya di genggam kuat hingga hampir mematahkan instrumen sihir itu tanpa di sadari. Pemuda itu adalah James Potter. Ketua quidditch asrama Gryffindor, murid pureblood dengan kasta tinggi di Britania Raya, kesampingkan kepribadiannya yang bar-bar James adalah murid kesayangan professor karena kejeniusannya di hampir seluruh bidang ilmu. Dan fakta jika pemuda itu tergolong makhluk tampan dan memiliki banyak teman menjadikannya sosok yang di dengki oleh para introvert di luar sana.

James sedang di kuasai emosi. Hal itu terlihat jelas dari rautnya yang mengeras. Pemuda itu butuh pelampiasan dan harus menghindari seluruh orang jika tidak ingin berakhir menyerang siapapun yang dilihatnya. Karena saat ini semua orang tampak sama dimata James.

Menyebalkan dan pantas mendapat pukulan!

Maka dari itu James menghindar dari orang-orang. Membiarkan kakinya melangkahkan dan berbelok ke koridor sepi yang jarang di lewati dan saat menemukan persimpangan James tanpa berfikir langsung berbelok ke kanan dan menabrak seseorang hingga bawaannya jatuh bertebaran di lantai senasib dengan pemiliknya yang menabrak lantai dengan keras hingga mengeluarkan umpatan.

"Tidak bisakah kau menggunakan salah satu dari keempat matamu Potter!" Ketus Severus yang bangun dengan menahan ringisan dan mengumpulkan kembali buku serta perkamennya yang berceceran.

Ah Severus Snape, bocah laki-laki asrama Slytherin yang sering di bully James saat senggang. Tapi berbeda dengan korban bullyan James yang lain, pemuda itu begitu acuh padanya dan menganggap James adalah makhluk tidak penting. Severus tidak pernah melaporkan kenakalan James padanya seolah itu tidak perlu karena Severus bisa mengatasi James sendiri tanpa bantuan para guru.

James membenci pemuda kurus itu.

Thump

Aghhh!!

Ringis Severus merasakan sakit di punggungnya yang menghantam dinding koridor dari beton tua nan kokoh. Severus membuka matanya untuk mengumpati James yang menarik tubuhnya tiba-tiba dan melempar ke dinding begitu saja.

Tapi Severus tidak berucap apa-apa. Terlalu ngeri dengan mata coklat gelap yang memandangnya penuh emosi. Tubuh Severus diam tidak berontak dalam tekanan musuhnya yang menghimpit ke dinding. Pemuda yang lebih tinggi dan sangat lebih kuat dari Severus terlihat seperti singa yang siap merobek tubuh bayi rusa untuk menuntaskan rasa laparnya.

Severus pernah melihat mata penuh emosi itu saat kecil dulu. Saat itu hujan dan ayahnya kembali dalam keadaan sempoyongan. Terlihat mengerikan berteriak dan menghancurkan segala hal. Bahkan saat itu Severus yang berumur 6 tahun mendapat pukulan untuk pertama kalinya sampai takut berhadapan dengan sang ayah ke esokan harinya yang menyesali perbuatannya.

James Potter tengah di kuasai emosi dan Severus tidak suka dengan situasi saat ini. Jika tahu pemuda itu tengah murka Severus akan menutup mulutnya diam dan pergi setelah membereskan barang nya tanpa berkomentar apapun karena satu suara dari mulutnya bisa memancing emosi dari orang di depannya. Akan sangat bagus jika James tidak menganggapnya.

James yang di selimuti emosi menekan pipi mulus Severus dengan tongkatnya hingga pemuda itu meringis dan memperlihatkan kekhawatiran di onyx yang menatap balik padanya. James tersenyum sadist dan bersiap menghancurkan wajah yang selalu memasang ekspresi sombong dengan perlahan. Severus tidak berontak matanya memejam dan bibirnya di gigit kuat menahan ringisan sakit ketika tongkat James menusuk pipinya dalam hingga Severus bisa merasa jika ujung tongkat itu mencapai gerahamnya. Belum puas dengan sakit yang di rasakan lawannya James menggerakkan satu tangannya untuk mencekik leher Severus yang tertutup sweater abu hingga ke pangkal dagunya.

Severus tidak berani membuka matanya dan menahan tangan James yang hampir mematahkan lehernya agar tidak benar-benar mematahkannya. Satu tetes air mata mengalir begitu saja. Jatung Severus berdebar kencang efek kekurangan oksigen dan implus takut yang menyebar ke seluruh tubuhnya.

'Aku akan mati! Jika tidak melakukan sesuatu aku akan mati!' Inner Severus berteriak. Pemuda itu menyesali tindakannya tidak melawan tadi saat masih bisa berucap sebelum James menahan laju oksigen di tubuhnya.

Eggh!

Gumam Severus sakit merasa pipinya seperti terbakar karena Potter menggerakkan tongkat kayu itu dengan kuat berhasil menimbulkan bekas sobekan kulit luar kecil tapi tidak menimbulkan luka di kulit dalam.

Cukup sudah!

Severus tidak tahan lagi. Lebih baik dia mati setelah memohon dari pada mati meninggalkan penyesalan karena tidak meminta kebaikan dari sang pembunuh. Walaupun Severus yakin tidak akan mati di tangan James, pemuda dengan surai sebahu itu hanya akan pingsan kekurangan oksigen kurang semenit lagi.

"Po..tter..," Di buka onixnya yang basah karena air mata hingga bulu yang menghiasi mata hitam itu membuat kelompok sendiri. Severus memandang James yang dikehilangan keadaran dalam.

James tidak berkomentar dan mengeratkan tekanan di leher Severus yang hampir tumbang.

"Khauu..ugh menyahh...kitikuh" Bisik Severus di hadapan James dengan nafas yang terputus dan kehilangan asa. Satu hal yang di syukuri Severus saat ini pada tuhan adalah jarak James hanya sejengkal dari wajahnya dan itu cukup mengantarkan suara Severus langsung ke telinga James dan masuk ke otaknya.

James diam memproses bisikan Severus dan ketika setetes air mata Severus mengalir melalui tongkat James dan jatuh di atas tangannya yang menekan leher pemuda di hadapannya James seperti tersambar petir dan mendapatkan kembali logikanya.

Pemuda itu melepas leher Severus secepat yang dia bisa membiarkan korban hampir pembunuhannya meraup oksigen sepuasnya di sela batuk yang berlomba keluar. James bisa melihat dengan jelas bagaimana Severus yang bersandar menjatuhkan dirinya kelantai sambil terus menghirup udara tanpa memutuskan kontak mata mereka.

James mengutuk dirinya berkali-kali melihat betapa Severus yang biasanya sombong tampak berantakan dengan keringat dingin di tubuhnya membuat rambutnya lengket dengan kulitnya yang makin memucat. Astaga! Bagaimana kau berpikir jika wajah yang lengket dan berantakan dengan air mata itu terlihat memuaskan batinmu psikopat bodoh. Batin James menyesal. Emosinya lenyap begitu saja di gantikan dengan rasa penyesalan yang mengrogoti hatinya.

James berjongkok di hadapan Severus yang reflek menarik kakinya mundur untuk di peluk merasa insecure dan tidak bisa berbuat banyak. Ingin berteriak lehernya sakit. Ingin mundur dinding menghalangi. Ingin bergerak pergi tubuhnya masih terlalu lemas. Mau meraih tongkat di jubah hah Severus tidak berniat menggerakkan tangannya yang bergetar setengah takut setengah lemas dan memperlihatkannya pada pemuda yang bisa menciptakan sihir tanpa meneriaki mantra.

James memperhatikan Severus penuh pertimbangan dan menemukan pemuda itu terlihat rapuh dan butuh pertolongan. Dan James akan bertanggung jawab tentu saja!

Jadi, mengabaikan rasa malu karena menyesal. James mengumpulkan barang Severus dan kembali berdiri membiarkan Severus memperhatikan dalam diam.

Diulurkan tangan James yang bebas meminta Severus untuk menerimanya. Severus sangsi tapi melihat mata coklat itu tampak menyesal dan tidak gelap seperti tadi Severus menyambut tangan itu membiarkan James menariknya berdiri diatas kaki yang masih selemah jelly.

"Lain kali berteriaklah minta tolong atau lari, mengerti" Alih-alih mengucapkan maaf setelah memperhatikan Severus yang mulai tenang walaupun tangannya masih sedingin es, James memberikan nasehat seolah Severus adalah orang paling bodoh di dunia. Berdiam diri pasrah di sakiti.

"..Berjanjilah tidak ada lain kali" Balas Severus dengan suara serak dan wajah berantakan tanpa niatan memperbaikinya pada James yang melihatnya dengan raut datar. Jarak keduanya begitu dekat dan mata mereka saling menjerat satu sama lain.

James mengangguk setelah keheningan yang terasa abadi. Matahari sudah terbenam dan bulan sabit mulai terlihat indah bersama para bintang. James merasa Severus akan membeku di penghujung musim semi jika tidak bergegas pergi.

"Ayo., Aku antar ke hospital wings" Severus mengikuti langkah James yang menuntunnya berjalan dengan pelan. Jelas pemuda penyebab shock ringan yang dialami Severus tampak khawatir jikalau Severus masih belum memulihkan diri sepenuhnya. Sebenarnya Severus tidak ingin pergi ke sudut kesehatan di Hogwart tapi sepertinya tubuh Severus butuh beberapa ramuan dan pemeriksaan terutama di wajah dan lehernya yang Severus yakini sudah memiliki ruam merah.