My little Byunie
Author: BaekToYou
rated: SU
Warn: FF YAOI. Y-A-O-I. Wai-ei-o-ai. BL. Be-El. Mohon maaf jika ada kesamaan ide ._."
"Secuil review dari anda, mampu mengobarkan hutan semangat dalam diri saya."
...0o0o...
"Ahhhhhhh...aku bosaaannnn!"
Serempak dua orang lelaki tampan menoleh ke arah seseorang yang duduk seraya menjambak rambut ikalnya frustasi. Mereka saling berpandangan kemudian mengendikan bahu tak mau tahu. Lelaki yang terlihat gila sebelumnya malah semakin gelisah. Ia mendecih lalu membanting IPadnya yang belum genap 6 jam ia beli. "Haaa~!"
Seseorang berjaket kulit diantaranya mendekat. "Ini sudah tempat ketiga, setelah sebelumnya pantai dan pub yang sengaja dikosongkan untukmu. Kau masih merasa bosan? Hey, ada apa denganmu Chanyeol?"
"Biarkan saja dia, Sehun. Seperti yang kita tahu, chanyeol memang suka merepotkan orang" celetuk lelaki berkulit tan.
"Ya! Kai.. apa kau ingin aku mati kebosanan?" rengeknya lagi.
"Kau mau mati dengan cara konyol? " namja berambut hitam itu tergelak tawa lalu mulai memilih beberapa pakaian yang tergantung di etalase. Kini mereka berada di sebuah Mall ternama yang –lagi lagi dikosongkan. Ini semua perbuatan seorang anak bungsu dari pengusaha kaya no.3 di Korea Selatan. Dengan kekuasaan atas nama ayahnya ia bisa sekali jentik membuat sebuah pantai sepi, jet pribadi antar negara bahkan membeli sebuah pulau hanya untuk tempat berjemur.
Chanyeol melipat tangannya melihat tingkah temannya yang tak tahu diri. Lihat, mereka malah asyik memilih pakaian dan mengacuhkannya. "Tuan, apa kau ingin mencoba salah satunya?" tawar seorang pelayan wanita padanya. Chanyeol mengalihkan pandangannya lalu berbalik pergi.
Saat hendak memencet tombol lift, namja berambut brunette itu merasa celananya seolah ditarik berulang-ulang. Dilihatnya seorang anak kecil membawa boneka kelinci tengah melihatnya dengan tatapan memohon. "Ahjussi~... umm.. nae eomma eodiseo?"
"Eomma?" ia mengulangnya. Anak itu mengangguk. "Bukan urusanku! Sana cari sendiri!" pekiknya. Ia kembali bersikap acuh. Tapi tunggu, samar-samar Chanyeol mendengar ada suara isakan di dekatnya. Jangan bilang kalau yang Chanyeol pikirkan itu benar—
"A-ahjussi~... hiks.. nae eomma.. eomma.. huwaaaaa...!" sayangnya, itu memang benar #poor Chanyeol
Chanyeol mengusap wajahnya. Ia berkacak pinggang. Sungguh pemandangan yang ia lihat sekarang sangat memuakkan –baginya. Ada anak kecil menangis disaat moodnya sedang tidak baik. Kalau saja tidak ada malaikat yang selalu mengawasinya, mungkin Chanyeol sudah melipat anak itu menjadi beberapa bagian ke dalam koper lalu mengirimnya ke pulau antah berantah di ujung dunia.
"Ya.. ada apa denganmu hah?! Berhentilah menangis! Kau pikir ibumu akan datang? Tidak ada orang lagi disini selain orang-orangku! Aiishh.."
Chanyeol mensejajarkan tubuhnya dengan anak itu. "Baiklah. Mana ibumu?" tanyanya. Anak tersebut diam dari tangisnya. Masih memandang Chanyeol, ia menggeleng. "Ck! Kau tersesat?" kini anak kecil itu terdiam cukup lama. Siapa yang tak kasihan melihat kedua mata berbinar itu memerah karena tangisan, termasuk Chanyeol. Bulu lentik anak itu terlihat basah. Mau tak mau Chanyeol mengambil sapu tangan lalu mengusapnya perlahan. Itulah sisi lembut dari seorang park chanyeol.
"Ok. Kau tunggu disini. Aku sudah menelpon seseorang untuk membawamu ke penitipan anak hilang atau kau hapal jalan rumahmu? Kau bisa minta antarkan padanya, arasseo?"
Tanpa menunggu jawaban dari si anak tadi Chanyeol langsung masuk ke dalam lift. Beberapa detik sebelum pintu lift tertutup, ia bisa melihat bagaimana anak kecil itu mulai berjongkok memeluk lututnya.
...0o0o...
Ketukan jarinya menyentuh layar I-phone hitam itu terlihat lincah. Beberapa saat sambungan teleponnya tersambung. Ia berdeham memulai percakapan.
Di lain tempat , Chanyeol menyusuri koridor sebuah kantor dengan wajah kusut. Kartu kreditnya entah kenapa terblokir saat ia berniat akan membeli sebuah benda penting penopang hidupnya. Chanyeol menggeram kesal. Secepatnya ia harus kembali dan membeli sebuah PSP keluaran terbaru yang ia lihat di toko tadi.
"Well, so far so good.. We can discuss about it as soon as possible.. so, How's your wife and your kids? They—"
"Appa! Igeo mwoyaa? Kenapa kartu kreditku diblokir?"
Kyuhyun menaruh jari telunjuk di bibirnya lalu kembali berbicara sesuatu sebelum ia menutup sambungan telpon. "Apa-apaan kau Chanyeol?" tanyanya sabar. "Lengkingan suaramu bahkan kujamin bisa mereka dengar. Jagalah imejmu di depan calon besan.."
Chanyeol memutar bola matanya tak peduli. "Kembalikan kartu kreditku appa.."
"Jangan boros Chanyeol. Seingatku baru kemarin ku beri 2 juta won. Noonamu saja bisa tahan sampai 1 bulan, kenapa kau 1 hari saja tak sanggup?"
"Appa.. kumohonn.. ini PSP keluaran terbaru. Body-nya mulus, layarnya lebih lebar, game-nya bermacam-macam lagi! Appa.. jebaal~~"
Kyuhyun menggeleng tak percaya melihat tingkah pewaris perusahaannya ini. Satu kata, kekanak-kanakkan. Ia seperti mempunyai anak lelaki berumur 6 tahun ketimbang seorang lelaki berumur 18 tahun. Bagaimana nasib perusahannya di masa depan?
"Mengenai pertunangan, kau persiapkan dirimu sebaik-baiknya Yeol.."
Chanyeol yang akan keluar ruangan dengan menimang kartu kredit baru berbalik. "Mwo? Tunangan? Nugu? Naega? Jinjja? Nan shireoyo... Lebih baik Appa nikahkan aku dengan psp saja, keluargaku akan tentram dan sejahtera" ia mengantungkan kedua tangannya lalu hilang di balik pintu. Kyuhyun kembali memijat pelipisnya. Kini ia benar-benar ragu akan masa depan perusahaanya.
...0o0o...
"Anak pintar, kenapa kau bisa hapal nomor telpon ibumu?"
Baekhyun tersenyum lebar. "Appa yang menyuruh. Appa bilang, untuk anak sekecil Baekhie pasti akan mudah tersesat" mendengar jawaban putranya, Eunhyuk tersenyum lembut. Ia mengusap sayang rambut Baekhyun. "Ah, itu dari siapa? Bagus.." Eunhyuk mencuri pandang dari jalan ke sesuatu yang tengah di genggam Baekhyun.
"Ini sapu tangan.."
"Dari siapa?"
"Eumm.. dari ahjussi.."ucap Baekhyun seraya menundukkan kepalanya malu-malu. Matanya terbuka lebar saat mendongak ke arah eommanya. Dari situ Eunhyuk bisa melihat rona pink di kedua pipi anaknya.
"Kau berterima kasih kan?"
Baekhyun menggeleng. "Umm.. haruskah?"
Eunhyuk berbalik. "Harus. Lain kali kalau ketemu dia, bilang terima kasih dan kembalikan sapu tangannya.. ayo cuci kakimu Baekhyun! Sebentar lagi appa pulang" Eunhyuk menuntun tangan mungil Baekhyun masuk ke dalam kamar mandi.
...0o0o...
Tiga mobil keluaran terbaru terlihat mengkilap di bawah terik cahaya matahari. Dengan laju yang makin melambat, mobil-mobil itu berhenti tepat di halaman kampus dengan teratur tanpa keluar jalur satu senti pun.
Kai keluar dari mobil sports hitamnya dengan senyum yang mengembang lebar hingga dekiknya tercipta sempurna. Setelah itu, disusul Sehun keluar dari mobil mercedes silver. Mereka terlihat seperti cassanova. Terutama Kai, lengkap dengan kaca mata hitamnya. Dan yang terakhir, Chanyeol keluar dari mobil sports dark rednya. Di rapikannya dasi dan jas yang ia kenakan lalu mereka mulai melenggang masuk ke dalam area kampus.
Baekhyun memperlihatkan deretan gigi susunya sejak ia menginjakkan kakinya di gedung tinggi tersebut. Dengan riang ia berjalan seirama mensejajarkan dengan langkah besar ibunya. Baekhyun mendongak saat langkah ibunya terhenti di depan sebuah pintu.
"Baekhyun, eomma ada rapat pagi. Jadi, kau berjalan-jalan dulu ya di sekitar sini? Atau kau ingin makan? Kau hanya perlu berjalan lurus lalu belok kiri.. ara?"
Baekhyun mengangguk. "Ne eomma. Annyeong~!"
Anak itu menatap heran pada setiap orang yang ia temui. Mereka semua berdecak kagum dan memasang ekspresi gemas begitu melihat Baekhyun berjalan. Apa ada yang luar biasa dari penampilan Baekhyun? Ia hanya mengenakan sweater baby blue, sepatu putihnya pun terlihat biasa saja. Apalagi topi rajutnya yang terlihat kebesaran, membuat helai-helai coklat rambut Baekhyun menyembul keluar. See? Biasa saja kan? *AAAAA LUCUUUU- ini suara authornya nyempil dikit.
Sehun sekali lagi mencubit pipi Luhan sehingga membuat rona merah di kedua pipi namjachingunya muncul. Ia baru akan mencubit pipi tirus itu lagi sebelum Luhan menginterupsi, "Tunggu.."
"Wae chagi?" tuntut Sehun. Ia mengikuti arah pandang namjachingu-nya itu dan di dapatinya sosok anak kecil yang terlihat sangat manis tengah berjalan seraya menggerak-gerakkan jarinya. "Kyeopta.. siapa anak itu?" tanyanya. Luhan mengendikkan bahunya lalu mulai mendekati anak tersebut.
"Kau siapa anak manis?"
"hana..dul..set, eoh? annyeonghaseyo ^^ aku Byun Baekhyun, eonni"
Luhan terkesiap, sementara sehun terkikik. "A-aku ini namja.." ucap luhan seraya menggaruk tengkuknya.
Sementara Chanyeol memencet tombol di pspnya dengan kasar. Beberapa pukulan lagi maka avatarnya akan menang di level 56 ini. Ia menatap serius dan penuh konsentrasi pada dua animasi di dalam benda visual dan audio itu tanpa memberhentikan gerakkan tangannya.
"Ya! Sehun! Aku berhasil!" ia berteriak senang sebelum akhirnya tersadar bahwa sosok yang dipanggil sehun itu tidak ada di sampingnya. Hanya ada Kai. Lalu mana sehun? Chanyeol akhirnya menemukan sehun dan Luhan tengah berlutut membelakanginya. Ia mendekat lalu menepuk pundaknya.
"Sehun, aku—MWOO! Kenapa kau ada disini?" pekik Chanyeol keras. Matanya melebar dengan tangannya menunjuk ke arah Baekhyun. Baekhyun memiringkan kepalanya tak mengerti menatap Chanyeol. Beberapa detik kemudian ia menyadari sesuatu. Baekhyun memeluk Chanyeol lama. Tangan kecilnya tak mampu mendekap sempurna pada lebar paha Chanyeol.
"Kau..kau mengenalnya yeol?"
Chanyeol menggeleng menjawab pertanyaan kai. Lalu Baekhyun merogoh saku celananya dan memberikannya pada Chanyeol. Sebuah sapu tangan putih dengan harum strawberry diterima Chanyeol. "Gamsahamnida ahjussi atas sapu tanganmu.." ia tersenyum manis sekali.
Chanyeol mendelik. "Siapa yang kau panggil ahjussi? Aku bahkan belum genap 20 tahun!"
"Eh? Lalu?"
"Panggil aku hyung! Kau itu masih kecil tapi minta ditimpuk psp.. berapa umurmu hah?"
"Aku 8 tahun ahjuss—ah, hyung.. hyung? Tidakkah itu terlalu muda untukmu?"
"Hyung ya hyung! Dengar, kita hanya berbeda 10 tahun! Kau mau kupanggil haelmoni? Haelmoniku berumur 70 tahun!"
"Ah..haelmoni Baekhyun berumur 75! Itu artinya aku lebih tua.. jadi kau harus panggil aku hyung.. hehe"
"Tapi—"
"Panggil aku hyung!"
Sehun, kai dan Luhan hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Chanyeol sekarang. "Menurutku tidak ada bedanya.."celetuk kai.
Sehun mengangguk. "Benar. Kurasa mereka cocok.. sama-sama kekanak-kanakkan. Bahkan Baekhyun terlihat lebih dewasa.."
Baekhyun mengerucutkan bibir plump-nya. "Kau panggil aku hyung.." tunjuknya pada Chanyeol yang semakin cengo. Ia harus memanggil anak yang 10 tahun lebih muda darinya dengan sebutan hyung? Ada apa ini? Apa dunia terbalik?
"Andwae!"
"Yeollie! Panggil aku hyung!"
He? Chanyeol menoleh. "Kau tau namaku darimana hey bocah?" Baekhyun mehrong. Ia menujuk name tag Chanyeol di samping atas jasnya.
"C-H-A-N-Y-E-O-L! Panggil aku hyung! Aku ini hyung mu yeollie!"
"MWOYA? YEOLLIE? APA APAAN ITU?"
Baekhyun yang kesal akan sikap Chanyeol yang keras kepala –menurutnya– langsung mendekat dan menarik dasi Chanyeol sehingga jarak antara dirinya dan Chanyeol semakin sempit. Ia menyipitkan matanya dengan pipi merona merah. Mereka bertatap-tatapan.
"Pokoknya Yeollie panggil aku hyung! Arachi?!"
Bandara internasional incheon terlihat padat seperti biasanya. Seperti yang kita ketahui, bandara yang menjadi salah satu bandara terbaik di dunia itu memang dipenuhi hilir mudik orang-orang dari berbagai negara. Tak terkecuali wanita berambut sebahu hitam itu. Wajah dengan mata bulat itu tetap terpancar kecantikkannya meskipun dalam kungkungan kaca mata besar hitamnya.
"Halo. jemput aku segera. Thanks"
"Yeollie..."
Chanyeol menggeram kesal. Sementara disampingnya Kai terus-terusan menggodanya dengan mengikuti suara cempreng anak kecil yang entah keluar dari batu mana memanggil Chanyeol dengan sebutan 'yeollie'.
"Yeollie.. hyung, menyukaimu.."
"Ya! Kai berhentilah! Kau membuatku mual!"
Sontak seluruh anak dan Kim seonsaengnim—dosen killer itu—menoleh ke arah bangku di baris ke 6 dari 5 baris bangku. Chanyeol mendecih sedangkan kai di sebelahnya hanya terkikik geli. "Ada masalah apa Chanyeol-ssi?" tanya Kim seonsaengnim.
Chanyeol menggeleng. "Tidak ada."
"Baiklah. Kalau kau ribut sekali lagi, kau tahu dimana letak pintu keluarnya."
Lelaki tinggi itu mendeath glare kedua pemuda yang dia anggap gila itu. Untuk beberapa saat mereka kembali fokus pada pelajaran ketika ada seorang mahasiswa datang ke kelas mereka. Sehun menepuk pundak kai yang notabene duduk di depannya.
"Sstt kai, si mata bulatmu datang tuh."
Kai melihat ke arah pintu dan ternyata benar—si mata bulat itu datang. Oke, kai tidak tahu namanya siapa dan seenak jidat yoochun seonsaengnim yang lebar, ia menjulukinya si mata bulat.
Setelah si mata bulat berbincang sebentar dengan kim seonsaengnim, ia tersenyum kepada seluruh anak di kelas chanyeol. "Eum.. Joseonghamnida. Apakah disini ada yang bernama park chanyeol?" tanyanya.
Kai yang sudah merasa terbang di awan, menikmati angin sepoi sepoi dan hilir mudik burung merpati itu tiba-tiba terjatuh ke tanah tepat di kandang sapi. Sapi dengan wajah mirip chanyeol yang tersenyum menyebalkan padanya. Ia merengut kesal.
"A-aku?"
Si mata bulat itu mengangguk dan chanyeol segera berjalan ke arah pintu untuk keluar dari kelas. Sehun kembali menepuk pundak kai. Lelaki tan itu menoleh dengan wajah kusutnya. "Apa?"
"Calm down, 'k? He's yours."
Kai menarik ujung bibirnya; santai. "I know it Sehun."
Chanyeol sedikit menggerutu ketika si mata bulat meninggalkannya sesaat setelah ia sampai di kantin. Jadi, untuk apa ia di kantin? Apa si mata bulat itu akan kembali dan mentraktirnya makan? Chanyeol memutuskan untuk duduk.
"Yeollie.."
Entah kenapa, chanyeol merasa otaknya sedang linglung sekarang. Telinganya mendengar suara-suara menyebalkan yang membuatnya pusing.
"Yeollie!"
Chanyeol menepuk telinganya. Berharap dengungan lebah atau lalat di telinganya hilang. Jujur, ia merasa familiar dengan bisikan ini..
"YA! PARK CHANYEOL!"
"LALAT MACAM APA—NEO?"
TBC
Berikan saya dukungan/? '-'
