Chapter 1: The First Day I Meet You


Disclaimer: Vocaloid belongs to Yamaha, Crypton Future Media, Internet co. Ltd, not my own

Rated : T

Genre : Friendship, Romance, Drama

Pairings :

Mikuo x Miku

Kaito x Meiko

Len x Rin

Gakupo x Luka

Oliver x Lily

Nero x Neru

Akaito x Gumi

Don't like, don't read it!

.

.

.

Di sebuah panti asuhan milik suatu gereja, hari sudah hampir gelap. Cuaca di luar sana sedang hujan deras. Seorang gadis kecil berambut panjang berwarna teal, yang model rambut nya dikuncir dua ala twin tails tiba di panti asuhan itu. Ia baru saja pulang bermain dari taman. Untungnya saat pergi ke taman ia sempat membawa payung, sehingga tidak kehujanan

"Tadaima!" kata gadis itu dengan senang sambil menutup payungnya

"Tadaima, Miku". Kata seorang pendeta

Begitu masuk ke dalam, Miku memperhatikan seorang anak laki-laki yang kira-kira seumuran dengannya. Anak itu sedang menatap lantai dengan tatapan kosong. Miku merasa heran, ia pun bertanya pada seorang suster yang berdiri di dekatnya.

"Nee-san, siapa dia? Pendatang baru?"

"Benar, dia adalah Shigure Mikuo. Semalam rumahnya baru saja dirampok, perampok itu telah membunuh ayahnya, adik perempuan nya, dan juga kakak laki-laki nya. Ibunya sekarang sedang berada di luar negeri, nanti kami akan segera memberitahukannya". Kata suster itu, ia sedikit cemas

"Mikuo?" tanya Miku

Mikuo menatap Miku dengan tatapan kosong, ia kemudian menundukkan kepalanya dan menangis

"Kemarilah, Mikuo. Akan kuantar kau ke kamar mu". Kata pendeta itu

Mikuo segera berdiri dari tempatnya dan mengikuti pendeta itu. Miku berjalan diam-diam mengikuti mereka dan mengintip lewat pintu kamar yang sedikit terbuka

"Mulai sekarang ruangan ini adalah kamarmu. Tunggulah disini sebentar, aku akan mengambilkan bantal dan selimut untukmu. Tidurlah, kau pasti sangat lelah". Kata pendeta itu, sementara Mikuo hanya mengangguk

Miku terus bersembunyi di belakang pintu sampai pendeta itu pergi meninggalkan ruangan. Setelah itu ia masuk ke kamar Mikuo

"Hei, apa kau baik-baik saja?" tanya Miku

Mikuo hanya menatapnya, tak lama kemudian ia kembali menangis

"Waaahhh, Gomen, Gomen, Gomen, maaf sudah menanyakan pertanyaan bodoh". Kata Miku

Pendeta itu kembali ke kamar Mikuo dan melihat Miku ada disana

"Bagus sekali, sekarang kau sudah berteman dengan Mikuo. Miku, ayo ikutlah denganku sebentar".

"Baik, Otou-san". Kata Miku

"Sampai jumpa, Mikuo. Jaa ne". Kata Miku sambil melambaikan tangannya pada Mikuo, ia pun berjalan keluar dari kamar

.

.

.

Sementara itu di luar kamar

"Miku, sepertinya Mikuo butuh istirahat. Dia sangat syok, keluarganya baru saja dibunuh oleh beberapa kawanan perampok, setidaknya biarkan dia beristirahat selama 3 hari supaya dia bisa menenangkan pikirannya". Kata pendeta itu

"Baiklah, aku mengerti. Tapi kenapa dia tidak mau bicara?" tanya Miku

"Dia benar-benar mengalama trauma yang mengerikan. Dia melihat keluarganya dibunuh di depan matanya sendiri dan kehilangan kemampuan nya untuk berbicara, tapi teruslah berharap jika suatu saat nanti dia akan bisa berbicara kembali, dan...". pendeta itu melanjutkan

"Ya? Dan apa?" tanya Miku

"Bantu kami juga untuk mengembalikan kemampuan nya dalam berbicara, jadilah temannya. Berbuat baiklah terhadapnya seperti kau berbuat baik terhadap temanmu yang lain". Kata pendeta itu

"Tentu". Kata Miku senang


Besok malamnya, Miku datang ke kamar Mikuo. Mikuo sangat terkejut dengan kedatangan Miku

"Sshh, ini aku, Miku. Kau masih ingat?" tanya Miku tenang. Mikuo hanya mengangguk

"Aku ingin berteman dengan mu". Kata Miku sambil tersenyum, sementara itu Mikuo wajahnya terlihat memerah dan ia pun mengangguk

"Apakah artinya iya?" tanya Miku

Mikuo menganggukan kepalanya sekali lagi

"Ayo besok kita main bersama". Kata Miku

Mikuo mengangguk lagi

"Maaf, aku jadi terlalu akrab". Kata Miku sambil menggarukan kepalanya

Mikuo memiringkan kepalanya

Saat Miku ingin bertanya pada Mikuo sekali lagi, tiba-tiba saja terdengar sebuah suara dari luar kamar

"Maaf, aku harus kembali ke kamarku, sampai jumpa besok". Kata Miku sambil berlari keluar kamar dan menutup pintu kamar Mikuo


Pagi harinya, Miku datang ke kamar Mikuo

"Mikuo, bangunlah!" seru Miku sambil melompat ke atas tempat tidurnya

Mikuo mengusap matanya yang masih mengantuk dan ia melihat Miku

"Ohayouu". Kata Miku sambil tersenyum

Mikuo menatapnya dengan heran

"Hari ini kita akan bermain bersama". Kata Miku

Mikuo menganggukan kepalanya, lalu memegangi perutnya

"Apa kau merasa lapar?" tanya Miku

Mikuo mengangguk

"Ikutlah denganku, ayo kita ke dapur". Miku menggandeng tangan Mikuo dan mereka berjalan menuju dapur

.

.

.

Mereka tiba di dapur. Di sana, Miku sedang menyiapkan secangkir sereal untuk Mikuo

"Ini sereal nya, silahkan diminum". Kata Miku

Mikuo menatapnya

"Ah, aku masih kenyang, kau minum saja". Kata Miku

Beberapa menit kemudian, Mikuo selesai sarapan

"Ayo, kita main". Kata Miku sambil mengajak Mikuo keluar dari dapur


Mereka berjalan menuju taman bermain. Tapi di sana sudah penuh, ada banyak sekali anak-anak. Mereka memutuskan untuk kembali ke halaman luar panti asuhan dan bermain di sana

"Jadi, sekarang kita mau main apa? Hmmm..". miku berkata sementara Mikuo hanya menatapnya

Tak lama kemudian datanglah beberapa kelompok anak kecil, anak laki-laki yang terlihat nakal. Mereka semua berasal dari panti asuhan yang sama

"Lihatlah, apa yang kita lihat disini, dua ekor burung yang sedang bercinta". Kata salah seorang diantara mereka

"Apa? Diamlah kalian! menjauhlah dari kami! Kami bukanlah dua ekor burung yang sedang bercinta!" seru Miku, ia terlihat kesal

Salah seorang dari beberapa anak tersebut menatap Mikuo, Mikuo terlihat ketakutan

"Kau ini anak baru, benar kan? Sejak kau datang kemari, para suster dan pendeta. Mereka semua lebih sering memperhatikan mu". Kata seorang lain

"Menjauhlah darinya!" teriak Miku

"Hei, ayo kita beri dia pelajaran". Kata seorang lain

Mereka mulai menendang Mikuo, Mikuo hanya diam saja. Ia duduk sambil menangis

"Tidakk! Hentikan!" seru Miku

Mereka terus menendang Mikuo, tapi tiba-tiba saja Miku berlari mendekati Mikuo dan memeluknya, melindungi nya dari anak-anak nakal itu. Anak-anak itu tetap tidak berhenti menendang Miku dan Mikuo

"Aku yang menyebabkan semua ini terjadi, maafkan aku, Mikuo. Jangan kuatir, aku pasti akan melindungimu", kata Miku

Mikuo menatap Miku sambil menangis

"Tidak, Miku, kau memang baka". Kata salah seorang dari mereka

Tak lama kemudian seorang suster yang melihat kejadian tersebut segera berteriak

"Oh Tuhan, hentikan itu!"

Anak-anak itu mendengarnya, mereka berlari masuk ke dalam panti asuhan. Suster itu menghampiri Miku dan Mikuo lalu mengantar mereka menuju ruang kesehatan

.

.

.

Sementara itu di ruang kesehatan

"Syukurlah, Mikuo. Luka mu tidak terlalu parah". Kata suster itu

Mikuo menatap keadaan di sekelilingnya, ia mencari Miku

"Oh, kau mencari Miku? Dia sedang bersama dengan Otou-san". Kata suster itu


Di kamarnya, Miku sedang berbicara dengan seorang pendeta yang adalah ayah angkatnya

"Miku, tadinya ku kira kau akan mengerti perkataan ku untuk membiarkan Mikuo beristirahat selama 3 hari, sekarang lihatlah apa yang telah terjadi". Kata pendeta itu

"Maafkan aku". Kata Miku sambil menundukkan kepalanya

"Baiklah, kali ini aku akan memaafkanmu. Tapi ingat, lain kali jangan kau ulangi lagi, mengerti?"kata pendeta itu

"Baik". Jawab Miku

Pendeta itu pergi meninggalkan ruangan. Mikuo datang ke kamar Miku, ia merasa bersalah

"Jangan kuatir, ini memang salahku". Kata Miku

Mikuo menggelengkan kepalanya, ia pun menangis

"Tidak, jangan menangis". Kata Miku sambil beranjak dari tempat tidurnya dan memeluk Mikuo

Mikuo pun berhenti menangis

"Maafkan aku, tapi sekarang semuanya akan baik-baik saja. Aku tidak akan mengulangi nya lagi, aku akan melindungi mu dari anak-anak nakal itu. Aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu". Kata Miku

Mikuo mengangkat kepalanya dan menatap Miku

Miku tersenyum dan mengenggam jari tangan Mikuo, seperti membuat janji

Mikuo bertanya-tanya, apa maksudnya

"Ah, ini adalah janji kita". Kata Miku sambil tersenyum

Mikuo ikut tersenyum

"Ayo kita bermain lagi lain waktu".kata Miku

Mikuo mengangguk senang

.

.

.

To Be Continued