A/n : Yah, akhirnya bisa juga buat nih fict sela-sela Study Hard. Kali ini Author berkepribadian ganda yang nggak jelas ini bakal bawa Fict horror nih, oke... Sekali-sekali. Kalau berkali-kali takut Author jadi Psikopat beneran. Oke minna, enjoy then. Review after reading, and... Well... Udahlah

Title : Murder On Selphia

Summary: An accident happen... Some people on Selphia was killed. Besides must solve those case, Racchi must solve the truth, because someone says 'Racchi who was killed them'!

Rating : M. Bakal banyak darah bermunculan, soalnya.

Genre : Horror, Mystery, Psychological

Warning: Ton of Spoilers, dan... Kepada readers yang fobia darah dimohonkan agar tidak membaca... Kejam abis isinya.

Murder On Selphia

Rune Factory 4 XSEED Games

Racchi Dolgatari Presents

Murder On Selphia

Case I. A Day When The Bloods Coming Out

Hari Halloween...

Hari ini hari yang cukup indah untuk kita alunkan musiknya. Hari ini begitu terdengar melodis, harmonis, dan terdengar nyaman di telingaku.

Hari ini juga indah untuk memulai awal yang baru.

Akhir-akhir ini, aku membuat kemajuan... Meski itu bukan hal yang penting juga sih, ya. Aku berhasil menjadi Puppetter yang hebat di Selphia ini... Jadi, kalau ada yang berani sama aku, aku tinggal mengendalikannya.

Pagi hari, aku bermaksud untuk pergi ke rumah Kiel... Seperti biasa. Sekedar menyeruput teh gandum dan mengobrol bersama.

Awalnya aku merasa baik-baik saja... Sampai ada hal buruk menghantuiku.

"Ohayou Gozaimasu, Ra-kun!" Sapa seorang gadis yang suaranya sangat melekat di hatiku.

"Ah, Ohayou, Ruu-chan..." Kataku kepada Dolce yang menyapaku, membuyarkan lamunanku.

"Mau ke mana nih?" Tanya Dolce sambil mengodok tas kecilnya, tampaknya mencari sesuatu.

"Biasalah, ke rumah Kiel."

"Begitu... Kau belum sarapan? Aku buatkan French Toast nih..." Kata Dolce sambil memberikan dua buah lembar French Toast kepadaku.

"Nee... Arigatou."

"Kalau kau pulang... Hm... Nggak jadi deh. Aku duluan ya, Sayounara~"

"Sayounara..."

Aku pun mempercepat langkahku menuju rumah Kiel.

Selangkah sebelum sampai ke rumah Kiel... Aku...

Astaga, kenapa ini? Tubuhku... Terasa sakit sekali... Ugh... Sepertinya tubuhku ini sudah mulai rapuh...

Setelah hampir terjatuh, aku pun melanjutkan perjalananku itu yang tinggal satu langkah lagi.

"Ah, Ohayou, Racchi-kun!" Sapa Kiel begitu aku masuk.

"Ohayou.." Balasku lesu.

"Ada apa? Kok lesu begitu?" Tanya Lest.

"Entahlah... Tubuhku juga sakit begini.."

"Kalau gitu istirahat. Duduk, sini!" Ajak Doug. Kok tumben dia baik gini, pikirku.

"Terima kasih."

"Eh, Racchi. Tau gak?" Tanya Lest begitu aku duduk.

"Ada apa?" Jawabku. Bukannya aku jawab Tahu! Soalnya aku ini Esper.

"Berhubung ini Halloween, kami semua mau berkunjung ke Obsidian Mansion!" Kata Lest semangat.

"Hah? Serius?" Tanyaku yang nggak percaya. Soalnya horror banget di sana...

"Serius! Sekalian uji nyali!" Kata Doug ngaco. Bukan uji nyali, tapi uji kekuatan.

"Hmm.. Kalau aku memilih nggak bagaimana?" Tanyaku dengan nada pentatonic.

"Wah, Racchi payah." Ejek Doug.

"Nggak friendly kamu!" Kata Vishnal memberi cercaan.

"Aku sih hanya pengen... Menjaga kelestarian Obsidian Mansion aja... Kalau monsternya... Nanti gimana?"

"Biarin!' Kata Kiel Sok.

"Terserah." Kataku sambil menghabiskan teh gandumku.

"Kalau ada masalah gimana?" Lanjutku bertanya.

"Ah, nggak mungkin lah! Ada Earthmate di sini!" Kata Lest arrogannya...

"Lagipula nggak semudah itu kami mati di sana..."

Shrak!

Aduh, kenapa tubuh ini menjadi lebih sakit dari tadi? Dan kenapa saat aku mendengar kata "mati"?

"Hey, Racchi... Kau kenapa?" Tanya Lest agak panik.

"Uh..."

"Kau mau istirahat? Ku angkat kau ke kamarku ya!" Kata Kiel.

"Tidak usah... Selama aku masih duduk..." Kataku lesu dan aku pun... Uh... terpingsan...

"RACCHI!" Kudengar samar-samar suara mereka di telingaku...

Dan sedetik kemudian, aku diangkat ke kamar Kiel, dan aku ditidurkan di sana. Mungkin, mereka masih panik dan masih berada di depanku... Mengkhawatirkanku...

Sehingga aku tertidur dalam kegelapan siangnya hari Halloween...

-Recent Corpses: 0-

Uh.. Di mana aku? Apa ini di dalam mimpi?

Ini benar.. Ini di dalam mimpi...

Tapi ada apa? Apa ada sesuatu terjadi?

Aku melangkah sepanjang jalan berlantai merah hitam itu.. Dan di sepanjang perjalanan itu... Aku lihat bermacam lukisan manusia... Ada yang menyeramkan... Ada yang familiar... Ada yang... Sangat menyeramkan...

Dan kadang, selagi aku tidak melihat, mata lukisan itu... Melihat kepadaku... Dan beberapa lukisan yang kulihat... Mengeluarkan darah dari matanya..!

Aku berari kencang.. Dan semakin kencang ketika ada seorang keluar dari bingkai lukisan dan mengejarku! Aku berlari sampai aku melihat ujung jalan itu... Aku ingin melompat tapi... Tapi aku tidak mau ambil resiko! Aku melompati jalan itu!

Dan ketika aku sampai di dasar... Aku melihat beberapa hal mengerikan lagi...

Terdapat beberapa patung manusia asli... Yang dipasang... Entah oleh siapa.. Dan begitu aku melewati patung-patung itu... Kepala, tangan, kaki mereka terlepas dari badan patung itu... Dan mengejarku... Terus hingga aku terjatuh dan aku mencoba bangkit... Aku berlari sampai ada darah yang mengalir dan menetes dari atas... Dan itu monster Leak yang terkenal itu... Aku terus berlari hingga... Hingga... HINGGA...

Aku melihat semua temanku... Semuanya! Semuanya terbunuh oleh entah siapa...

Aku agak lama memperhatikan mayat-mayat itu...

Sebagian besar dari mereka disabit dan disandarkan ke dinding. Menyebabkan tempat ini menjadi lautan darah buatan...

Tapi, mana Illuminata dan Dolce, serta Pico?

Apa mereka yang membunuh semua?

Aku makin lama bergidik... Dan terjatuh... Serta... Aku lihat ada orang yang mendatangiku... Membawa sabit besar...

"Siapa kau...?" Dan akhirnya...

-Recent Corpses: 0-

Ah!

Aku terbangun dari mimpi itu, mimpi buruk... Buruk sekali...

Setelah bangun, aku baru menyadari bahwa di sini di kamar Kiel... Dan aku ditinggal sendiri di rumahnya... Kan?

Aku pergi keluar menuju Obsidian Mansion, apakah mereka semua masih di sana. Dan di tengah perjalanan, tinggal beberapa kaki lagi aku sampai...

"Ra... Cchii..." Kata Xiao Pai dan Kiel, yang hampir menangis... Aku sudah merasa ada sesuatu yang nggak beres.

Benar saja. Kulihat banyak orang mengelilingi sesuatu... Dan itu rupanya...

... Kulihat mayat Lin Fa dan Bado...

"Huwa!" Spontan aku berteriak mengetahui apa yang baru saja terjadi.

"Racchi-kun! Kau akhirnya datang! Kau harus membantuku dalam penyelidikan ini!" Ajak Illuminata begitu aku datang.

"Hah... Hah... Apa yang baru terjadi...?"

"Sewaktu aku dan Pico berjalan-jalan di sini... Aku menemukan... Mereka... Menjdai mayat seperti ini..." Jelas Dolce.

"Setidaknya menyelidiki kasus ini bisa menghambat kasus berikutnya!" Kata Illuminata semangat.

"Kalau begitu, ayo kita selidiki!" Kata Frey.

Dan begitulah, kami memulai investigasi pembunuhan pertama ini... Dan yang menjadi korban adalah Lin Fa dan Bado. Mereka dibunuh oleh senjata tajam yang besarnya sebesar... Kira-kira sabit raksasa... Ditambah keadaan mayatnya sama, disandarkan ke dinding. Ini sama persis apa yang berada dalam mimpiku.

"Racchi. Lihat ini." Kata Lest. Dan dia melihatkanku kepada tulisan dari darah yang berbunyi 'Helly Murderer Fever'.

"Hmm.. Tulisan aneh. Ini bukan sebesar jari manusia... Ini setipis pedangku..." Kataku berusaha untuk tenang.

"Ya. Ini menggunakan senjata yang pembunuh gunakan. Sabit raksasa. Setelah menyabit mayatnya, dia pasti melukiskan ini di sebelahnya. Apa ada petunjuk lain?" Tanya Illuminata.

"Aku menemukan tulisan ini. Ada memo di belakang mayat Lin Fa berbunyi 'Come to us... Let's play with us... Let's have fun with us...'"

"Hmm... Ini seperti membunuh untuk kesenangan saja..." Kata Illuminata kalem.

Sementara yang lain mencari petunjuk, aku berusaha meresapi maksud mimpiku tadi.. Siapa ya orang yang datang kepadaku saat aku terjatuh di mimpi itu.. Apakah dia pelakunya?

"Ah, masih ada tulisan di sini. Berbunyi, 'Come on, Racchi! Are you scared? I wouldn't kill you!'" Kata Lest sambil masih memegang memo itu dan serempak, Lest dan Illuminata menatap ke arahku.

"Hah? Apa maksudnya itu?" Tanyaku sedikit panik.

"Entahlah, tapi mungkin sang pembunuh menujukan ini kepadamu.. Dia ingin bertemu denganmu..." Kata Illuminata.

"Begitu ya... Hmmm... Apa mungkin ada petunjuk lain?" Tanyaku.

"Ada satu lagi. Coba kau lihat keluar." Kata Dolce yang baru datang kepadaku.

"Hmmm... Apaan memang?"

"Ada noda darah di sini. Apa mungkin tempat pembunuhannya di sini, bukan di tempat itu?" Kata Dolce sambil mengarahkan tempat yang dituju.

"Ini seukuran jejak sepatu. Berarti, sang pembunuh pergi lewat sini, begitu?" Kata Illuminata.

"Jadi, kalau begitu, pembunuhnya adalah yang ada noda darah di telapak sepatunya?" Tanya Frey.

"Yah." Jawabku pendek.

Awalnya juga, aku tidak mengetahui apa-apa, bangun tidur, eh masa udah ada pembunuhan. Atau...

Semenjak aku tidur memang, aku tidak merasa apa-apa, tidak merasa kalau aku yang 'memakai' tubuh ini. Dan ada yang menggunakan tubuh ini, untuk membunuh orang-orang?

Kalau begitu, aku berada dalam bahaya. Apa mungkin, salah satu dari kepribadian-ku menggunakan tubuh ini? Kami memang berbagi pengetahuan, namun tidak berbagi ingatan. Apa mungkin salah satu dari mereka menggunakan tubuh ini, dan tidak memberitahukannya kepadaku?

Entahlah, aku makin bingung, sementara yang lain menginvestigasi kasus ini, aku harus sedikit berpikir dan istirahat, karena siang tadi aku sudah "rapuh".

"Tenang Racchi..." Kata Dolce yang duduk menghampiriku.

"Ah, iya. Aku akan berusaha untuk tenang. Arigatou, kamu perhatian sekali..." Jawabku.

"Douita... He~. Ngomong-ngomong ada apa sih? Kok kamu murung begitu?" Tanya Dolce sambil berusaha untuk menyenangkanku.

"Entahlah, aku berfirasat kalau ada 'orang lain' yang menggunakan tubuh ini dan membunuh mereka..."

"Huh? Maksudmu... Hantu pengganti? Hantu yang menggunakan tubuh manusia yang sedang tidur atau sudah mati? Begitukah?" Tanya Dolce agak cengok.

"Mungkin... Soalnya... Aku.." Aku pun menceritakan masalahku, dan apapun yang berhubungan dengan kasus ini... Seperti mimpi tadi.

"Begitu..."

"Kurasa kau harus lebih kuat lagi. Supaya mereka tidak bisa menggunakan tubuh ini. Supaya tidak ada pembunuhan berlanjut. Yah, kalau tidak, aku dan kita semua akan mengalami malam dengan ketakutan.." Katanya sambil memegang tanganku erat sekali.

"Aku akan coba, Dolce." Kataku dengan tersenyum.

"Selamat mencoba!"

"Hei! Orang lain lagi menyelidiki, ini kok malah berduaan di sini! Coba lihat ini! Apa kalian tahu sesuatu?" Kata Lest terus terang.

"Hah? Apaan?"

"Di sana! Ada sesuatu yang tak menyenangkan!"

Aku pergi ke tempat yang ditunjuk Lest. Dan segera menyadari bahwa...

I-Ini... Wooly... Memang kenapa?

Dolce menunjukan wajah kagetnya, dan aku perlu dua detik untuk menyadari kalau...

Wooly itu... Mati juga?

"Hey! Apa hubungannya kematian mereka dengan seekor Wooly ini?!" Kata Doug sewot.

"Ini petunjuk. Lihat saja, di belakangnya juga terdapat tulisan 'Helly Murderer Fever' ditambah, senjata yang digunakan untuk membunuh Wooly ini dan mereka adalah sama!" Jelas Illuminata.

"Hmmm... Kamu memang detektif yang hebat. Jadi, kau sudah bisa menelusuri akar dari kejadian ini?" Tanya Lest.

"Hmmm... Mungkin si pembunuh bermaksud membunuh Wooly itu, namun karena yang digunakan adalah sabit besar, maka daya serangnya luas juga. Lin Fa dan Bado datang untuk mengambil Wooly itu, namun tersabit. Yah, akhirnya mati deh." Kata Illuminata kalem. Aku menatap tajam Iluminata.

"Lalu? Apa yang terjadi setelah itu?" Tanyaku.

"Ya... Mereka langsung mati di tempat. Dan si pembunuh yang panik kabur begitu saja..."

"Bukan begitu!"

"Hah? Apa maksudmu?"

"Lin Fa dan Bado tidak mungkin mati begitu saja. Ini ruangan yang berbeda dari tempat kejadiaannya. Lalu, apa mungkin si pembunuh langsung kabur begitu saja? Ya tidak. Kalau ya, maka siapa yang menulis pesan itu?" Jelasku.

"...Betul juga. Instingmu hebat juga. Dan dia juga menulis memo untukmu juga, kan." Kata Illuminata mengaku salah.

"Kita masih harus mendiskusikan beberapa kemungkinan..." Kata Lest.

"Hmmm... Bagaimana kalau begini.. Si pembunuh awalnya membunuh Wooly di sini... Lalu setelah mati, Lin Fa dan Bado datang, lalu si pembunuh membunuh mereka tanpa alasan di sana... Menuliskan pesan di sana... Lalu pergi keluar sana. Bagaimana?" Kata Doug.

"Hmm... Masuk akal sih.." Jawabku.

"Ha! Sudah pasti aku bisa menebak itu. Si pembunuh memakai sabit berwarna platina dan membawa pulpen untuk menulis memonya..." Lanjut Doug. Aku dan Illuminata menatap tajam Doug.

"Aku mencurigaimu."

"Loh, kenapa?" Tanya Doug bingung. Kayaknya dia sudah ketahuan, dan pasti menyesal akan membuka mulutnya. Skakmat buat Doug!

"Bagaimana kau tahu kalau si pembunuh memakai sabit platina dan membawa pulpen? Jangan-jangan kau pembunuhnya, atau bahkan kaki-tangan dari pembunuh itu." Kata Illuminata.

"Hah? Doug melakukannya? Mana mungkin! Aku tak percaya temanku melakukannya!" Kata Kiel mendukung.

"Kiel..."

"Tidak. Kami pasti tidak akan menuduh Doug langsung. Karena kemungkinan Doug hanya saksi mata. Nah, kalau gitu, ada petunjuk lain?" Tanya Illuminata.

"Aku menemukan ini di saku Bado." Kata Dylas.

"Apa itu? Memo? Coba baca tulisannya." Kataku.

"Ini hanya daftar pesanan. Berarti, Bado dibunuh sesudah memberi pesanan pelanggannya. Dan disini ditulis nama yang kita nggak kenal." Kata Dylas.

"S-siapa namanya?" Kata Dolce dengan masih rasa curiga kepadaku.

"Rean. Dia katanya memesan sabit raksasa dengan warna AQUAMARINE. Berarti, Doug tidak bersalah."

"Tapi kalau kita mengasumsikan kalau Doug tidak bersalah, dan yang melakukannya adalah hantu yang menghinggapi kita sewaktu tidur.. Maka..." Kata Lest. Dan akhirnya, Lest, Doug, Dylas, Kiel menatapku tajam.

"Kau Racchi." Kata Lest sambil menunjuk kepadaku.

"A-apa?!"

"Kau pasti yang membunuh mereka, kan?" Bentak Doug.

"Kalau kalian menuduhku seperti itu.. Kalian salah! Kalian tidak bisa menyalahkanku! Salahkan hantunya dong!'

"Tapi, kupikir hantu itu ada ikatan yang kuat denganmu." Kata Pico yang ikut mencurigaiku.

"Coba katakan, kau mimpi apa sewaktu kau 'tidur'?" Tanya Lest dengan pertanyaan nggak penting.

"Apa hubungannya?" Tanyaku.

"Katakan saja! Pembunuh!' Kata Dylas.

"Aku mimpi... Horror. Aku mimpi dikejar hantu lukisan, ketemu mayat kalian, dan ada orang yang mendatangiku..."

"Hmm.. Kalau begitu.. Kita harus mengetahui lebih banyak lagi. Apakah Puppetter ini yang membuat dua orang itu memuntahkan darahnya." Kata Kiel yang kalimat-kalimatnya didramatistir.

"Apakah kau berasa menginjak air ketika kau 'tidur'?" Tanya Illuminata.

"Apa sih hubungannya?!" Aku makin sewot.

"Katakan saja!"

"Ergh, aku merasa kalau aku menggerakkan tanganku seperti sedang menyambit, menginjak genangan, dan menulis sesuatu! Apa itu cukup?" Kataku sewot dan spontan. Aku disambut beberapa senyuman licik beberapa orang dari mereka.

"Kena kau, Racchi."

Oh tidak.

Kali ini aku dalam bahaya. Aku benar-benar dalam bahaya. Apa yang harus kulakukan... Kabur? Mana mungkin... Itu hal terpayah...

"Kalau begitu, kita bisa menyimpulkan kalau..." Beberapa orang menunjukan wajah tidak percaya, apalagi Dolce, dia makin tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Dan itulah, akhirnya. Bahwa...

GAME OVER, RACCHI DOLGATARI!

-Recent Corpses: 2-

-To Be Continued-

Zero : Ah, jadi Onii-san pelakunya.

Pico : Lugu banget sih kamu! Jangan terlalu percaya! Kita masih harus menyelidiki kejadian ini!

Zero : Ah, iya deh. Terserah. Pokoknya, keep reading! Jangan lupa, review ya!

Pico : Nee... Chapter 2 desu!