Ansatsu Kyoushitsu belongs to Yuusei Matsui

Asano Gakushuu tidak mengerti kenapa Takebayashi–pacarnya–sangat menyukai apa yang bernama anime. Asano gagal paham. Apa bagusnya anime? Bukankah anime mengandung banyak unsur pornografi?

Asano tidak suka anime tetapi kalau demi pacar, baiklah. Asano mengalah. Ia akan mencoba menyukai apa yang disukai pacarnya itu.

Sekali lagi, semua demi pacar!

.

–Keesokan paginya, Asano terlihat seperti mayat hidup dengan sedikit busa di ujung bibirnya.


Takebayashi mengerutkan kening saat mendapat telepon dari Asano sebelum mengangkatnya.

"Moshi-moshi. Takebayashi di sini."

"Halo, Takebayashi-kun? Ini aku, Asano."

"Ah, Asano-kun. Ada apa?"

"… Kenapa kamu suka anime?"

"….? Kenapa tiba-tiba nanya? Aku suka anime karena artwork dan plotnya."

"…. Cuma itu?"

"Hmm… mungkin karena seiyuunya juga. Ada apa, sih, nanya tiba-tiba?"

"…. Kemarin aku nonton anime."

"… Terus?"

"… Aku trauma."

"… Kok bisa?"

"Terlalu vulgar."

"… Kamu gak macho."

"Bodo. Emang gue pikirin."

"Ini bukan masalah animenya."

"Terus?"

"Ini masalah genre."

"… Hah?"

"Bentar. Kukirim dulu link download anime yang kayaknya bakal kamu suka. Nanti tonton saja, ya,"

"Aku nurut apa katamu saja, deh, Sayang."

"… San, plis jangan manggil gue sayang. Gue emang pacar lo, tapi gue jijik dengernya."

"Iya, Say. Terserah kamu saja."

Takebayashi menepuk jidatnya sendiri dengan pelan agar tak terdengar dari seberang telepon. Dasar Asano keras kepala.


Minggu pagi. Takebayashi baru bangun sehabis melakukan anime marathon selama dua belas jam penuh. Berhubung jam wekernya sedang rusak, Takebayashi membuka ponsel androidnya. Kemudian pemuda berkacamata itu mengerutkan kening.

Sembilan belas missed calls dari Asano? Buat apa si bocah rambut pirang stroberi itu meneleponnya pagi-pagi? Tak ayal, Takebayashi langsung menelepon Asano.

"Moshi-moshi. Asano di sini." ucap suara dari seberang telepon.

"Asano, ini aku Takebayashi. Ada apa meneleponku pagi-pagi?" Takebayashi bertanya tanpa berbasa-basi.

"Oh, itu. Cepat ke rumahku dan bawa koleksi DVD anime misteri milikmu."

"… Sekarang?"

"Kamu kira tahun depan?"

"Iya, iya. Aku mau mandi dulu–"

"Gak mandi juga gapapa. Mandi di rumah gue aja sebelum nonton"

"… San, gue tau elu punya maksud selain nonton anime, 'kan?"

"Yep."

"Pake ngaku lagi."

"Iyalah. Lagian apa salahnya ngelakuin kebiasaan kita tiap Minggu?"

"… Yaudah, tapi gue udah bosen bikin cheese cake tiap hari Minggu."

"Elu mau apaan?"

"Bolu coklat."

"… Yaudah, nanti gue beli bahan-bahannya dulu. Jalan sekarang, gak usah mandi. Toh entar kita kotor-kotoran karena kue bolu."

"Yaudah, bye."

"Dah, Say. Hati-hati di jalan."

"SAN, JANGAN PANGGIL GUE SA–"

Pip.

Telepon dimatikan, Takebayashi menggeleng-gelengkan kepala. Sudah seenaknya menyuruhnya datang dan menonton anime bareng, masih berani pula mengotori dapur.

Ah, sepertinya Takebayashi harus siap mental dimarahi Pak (camer) Gakuhou kalau-kalau mereka sukses meledakkan dapur.


[End]


Mind to review?