Akashi Seijuuro tidak percaya bahwa sang dokter yang merupakan shooter terhebat itu bisa demam.

—serius, Akashi tidak percaya.

.

.

.

Kuroko's basketball © Tadatoshi Fujimaki

.

Demam © kapten pelangi

.

Akashi Seijuuro x Midorima Shintaro

.

Warning :

Out of character, typo(s), miss typo, gaje, plot ambrugadul amesiyu, terinspirasi dari masuk angin, siapkan obat-obatan, dan hal-hal lain yang males ditulis.

.

For AkaMido week

.

.

.

Akashi Seijuuro mungkin saja bisa tertawa terpikal-pikal dengan tidak elitnya saat mendengar kabar bahwa seorang dokter yang juga mantan teman satu timnya tersebut sakit demam.

Oke, seorang dokter terkena demam.

Perlu diulangi lagi kah? Akashi rasa tidak. Ia tidak perlu mengulanginya. Toh, orang yang mengabari bahwa si dokter hijau itu sakit adalah Takao Kazunari.

Iya, Takao yang itu yang mengabari Akashi Seijuuro.

Oh, maksudnya, gini, loh, jadi, waktu Akashi lagi di rumah sakit keluarga Midorima —ia berencana untuk mengajak sang shooter makan siang bersama—, nggak sengaja ketemu sang mantan point guard Shutoku, ngobrol bentar, deh jadinya begitu deh —dan Takao lah yang menceritakan bahwa Midorima Shintaro sedang istirahat selama dua hari karena demam.

Dan, disinilah seorang Akashi Seijuuro berada, di rumah sang dokter, membawakan semangkuk bubur hangat yang baru dimasaknya di dapur keluarga Midorima —si hijau itu sedang sakit dan tidak bisa masak, ia tahu itu.

Ia meletakkan bubur tersebut disamping futon pemilik manik hijau tersebut dengan hati-hati.

"Aku tidak percaya, jika seorang dokter sepertimu bisa sakit." Ujar si mahkota merah dengan tawa ringan.

Midorima mendelik tajam, "Kalimatmu terdengar seperti sarkastik, Akashi." Ujarnya. "Dokter juga manusia, kau tahu."

"Hahaha, ya... hanya saja, demam? Kau pasti bercanda, Shintaro."

Midorima memutar kedua bola matanya. Ia tidak pernah mengerti dengan pikiran sang Kaisar. "Perkerjaan semakin menumpuk, kurasa aku kurang tidur dan berada diruangan ber AC cukup lama, kurasa."

"Seharusnya kau tidak memikirkan perkerjaan terus,"

"Katakan hal itu pada dirimu, Akashi."

Akashi tidak membalas, melainkan hanya tertawa kecil. Diambilnya mangkok bubur yang agak panas, lalu memberikannya pada sang dokter.

"Lebih baik kau makan, lalu minum obat dan tidur, Tuan Dokter. Biar aku urus dirimu hingga adikmu pulang," Akashi berujar geli.

Midorima bergumam tidak jelas, memakan bubur tersebut. Tidak penting berdebat dengan Akashi, pemuda merahlah yang akan menang.

Dan Midorima Shintaro harus cepat-cepat sembuh agar tidak dikerjai oleh sang surai merah.

—namun, Akashi Seijuuro bersyukur sang Midorima Shintaro demam. Karena itu, ia dapat merawat sang kekasih.

.

.

.


A/N :

Bentar, bentar ... errrrrrrrr— ini apa, ya? Saya malah kurang ngerti sama tulisan saya sendiri. Trus, trus... YEY, BULAN APRIL, ABANG SEI JADI HAREM! HORAAAAAY

Ehem, omong-omong, ini saya bikin gara-gara SkipperChen dan temen saya. Lol, bukan cuma itu, ini juga gara-gara perkajum tahun lalu yang bikin saya sakit alias masuk angin —bukan demam.

Akhir kata, happy AkaMido week and review?