Hear What Your Heart Says

Twoshoot / Part 1

By Yuya Matsumoto

Desclaimer: Sungmin is always MINE… forever

Pair: YunJae, Genderswitch (Jaejoong)

Summary: Penantian Yunho berbuah hasil. Jaejoong hamil. Tapi ada sesuatu yang berbeda pada malaikat kecil mereka. Apa itu? YunJae. RnR please

.

.

\(w)/~ Happy Reading ~\(^0^)9

.

.

Akhirnya penantianku selama bertahun-tahun membuahkan hasil. Jaejoong hamil. Aku sangat bahagia. Selama bertahun-tahun kami menantikan buah hati. Akhirnya Tuhan mengabulkan semua doa yang kupanjatkan.

Sempat Jaejoong merasa depresi karena ia belum jua hamil. Wanita dianggap belum sempurna jika ia belum melahirkan seorang anak. Boojae-ku pernah memintaku untuk menikahi wanita lain agar aku mendapatkan keturunan. Dia pikir aku akan meninggalkan wanita yang kucintai lebih dari diriku ini. Tidak akan. Aku akan selalu berada di sisinya. Selamanya. Aku tidak peduli ia dibilang tidak sempurna. Bagiku Jung Jaejoong adalah makhluk Tuhan paling sempurna yang kutemui seumur hidupku.

Aku masih bisa mengingat jelas hari itu di saat paling bahagia seumur hidup kami. Jaejoong memeluk diriku. Aku baru saja pulang kerja. Ia terlihat sangat ceria. Keceriaan yang selama ini menghilang telah kembali padanya. Semua rasa letihku bekerja sebagai Direktur Utama sirna, hilang ditelan senyum indahnya.

Jaejoong menyodorkan sebuah test pack padaku. Aku hanya menatapnya bingung. Ia tersenyum senang. Ia membalas tatapanku seakan berkata lihat-itu-dengan-teliti. Aku memperhatikan test pack yang sekarang ada di tanganku. Dua garis merah terlampir. Apa maksudnya?

"Aku hamil!"pekiknya di telingaku.

Aku menatapnya bingung. Aku belum bisa mencerna kata-kata Boojae-ku.

"Anak kita"ujarnya sambil mengelus lembut perutnya yang masih rata.

Aku memeluk Jae dengan erat. Aku bersorak kegirangan. Terima kasih Tuhan!

Kami memeriksakan kandungan Jaejoong. Dokter mengatakan bahwa kandungan Jae lemah. Kami diharuskan untuk selalu menjaganya. Jae dilarang keletihan, depresi ataupun kurang gizi.

Aku mengusahakan yang terbaik untuk kesehatan Jae dan calon aegya-ku. Aku pulang lebih cepat dari kantor. Semua keinginan Jae kupenuhi walau ia sering meminta hal diluar akal sehat. Semua pelayan selalu membantu kegiatan Jae. Aku dan Jae juga sering bertamasya ke tempat-tempat yang belum kami kunjungi sebelumnya karena aku terlalu sibuk. Calon aegya kami memberikan banyak kebahagiaan.

Jae selalu memeriksakan kandungannya dengan telaten. Ia menolak untuk memeriksa jenis kelamin sang jabang bayi melalui USG. Ia ingin semuanya menjadi kejutan terindah untuknya.

Saat ini aku sedang berada di depan ruang operasi. Jae tidak bisa melahirkan secara normal karena komplikasi yang dideritanya. Aku tahu ia sangat tegang saat ini. Aku ingin sekali mendampinginya, namun aku tidak bisa. Aku takut melihat darah. Hampir saja aku pingsan tadi. Argh! Bodohnya aku!

"Tenang saja, Yunnie! Jae pasti bisa melewatinya dengan baik"ujar Junsu, adik Jaejoong, memberiku dukungan.

"Tapi seharusnya aku disana, memeluk dan mengurangi ketegangannya"balasku cemas. Aku masih berjalan gelisah di depan pintu ruang operasi.

"Black Coffee"tawar Yoochun sambil menyodorkan sebuah minuman kaleng padaku. Aku menerimanya dengan senang hati. "Santai saja, Bro. Semua akan baik-baik saja. Aku pusing melihatmu seperti komedi putar begitu"

PLETAAAK!

Aku menjitak dahi Yoochun yang lebar seperti lapangan bola itu. Seenak jidatnya ngomong seperti itu. "Aku cemas, tahu! Kamu belum pernah merasakannya sih!"

"Makanya restui aku dan Su-ie dong"katanya sambil merangkul Junsu dengan mesra.

PLETAAAK!

"Berhenti bicara macam-macam, Chun. Aku tidak akan menyerahkan adikku pada playboy jelek sepertimu"bantahku atas rayuan Yoochun kepadaku tadi.

Yoochun mengerucutkan bibirnya. Aku duduk di antara dua sejoli itu. Junsu memang menyukai Yoochun, tapi aku belum rela melepas si polos Junsu kepada serigala itu.

Seorang dokter keluar dari ruang operasi. Ia memanggil keluarga Jung Jaejoong. Aku, Yoochun dan Junsu bergegas menghampirinya. Kami ingin mengetahui kabar mereka.

"Tenang. Saya berhasil menyelamatkan istri anda dan bayinya. Saat ini istri anda sudah ada di ruang perawatan. Bayi anda masih kami lakukan observasi"jelas dokter itu, lalu pergi dari hadapan kami.

Semua beban lenyap ditelan penjelasan dokter itu. Tubuhku terasa ringan. Aku berlari ke dalam ruang perawatan VVIP milik Jaejoong. Aku sudah tidak sabar melihat wajah manisnya.

Aku memasuki kamar Jaejoong. Seorang perawat sedang mengatur tetesan infus untuk Jaejoong.

"Tolong jangan berisik. Pasien terlalu lelah sehingga ia tertidur pulas. Tolong biarkan istirahat"jelas perawat sambil membereskan selimut Jaejoong.

Aku mengelus kening Jaejoong dengan lembut. "Baiklah suster. Terima kasih"balasku sambil tersenyum.

Perawat itu membalas senyumanku. "Sama-sama. Jika butuh sesuatu, tekan tombol merah itu ya!"kata perawat itu sebelum menghilang di balik pintu. Ia menunjuk sebuah tombol merah di atas ranjang Jaejoong.

Tiga hari berlalu. Dokter masih belum memberikan kabar mengenai bayi kami. Sebenarnya ada apa dengan bayi kami. Dokter belum mengizinkan kami untuk melihatnya. Aku tidak mengerti kenapa semua ini mereka lakukan pada kami.

Jaejoong frustasi. Ia memintaku untuk memaksa sang dokter. Itu memang hak kami untuk mengetahui segalanya, baik atau pun buruk. Akhirnya dengan berat hati, sang dokter mengajak aku ke ruangannya untuk berdiskusi.

"Tuan Jung, saya akan memberitahukan berita yang kurang mengenakkan untuk anda sekeluarga"kata dokter Gu dengan raut wajah serius.

Aku menghela napas panjang. "Aku siap menerima kenyataan pahit apapun"

"Anak anda mengalami kecacatan. Ia tidak memiliki daun telinga"

JEDUAR!

Bagaikan tersambar petir, aku shock mendengar penuturan sang dokter.

"Selama ini kami melakukan observasi kepada bayi anda. Apakah ia tetap bisa mendengar atau tuli sama sekali"

"Hasilnya bagaimana dok? Hasilnya?"potongku penasaran.

"Kami belum mendapat hasil yang signifikan. Kami juga takut nyonya Jung shock, lalu ia akan depresi yang bisa mengancam nyawanya. Oleh karena itu kami masih menutupi masalah ini. Maafkan kami, tuan"

Aku mengangguk pelan, membenarkan semua ucapan pria di depanku ini. Jaejoong pasti tidak akan terima semua kenyataan ini. Ia akan kecewa dan menyalahkan dirinya. Aku juga bingung harus mengatakan apa kepadanya.

"Saya mohon agar Anda dapat menjelaskan ini semua kepada nyonya Jung"

Aku keluar dari ruang dokter dengan langkah gontai. Aku bingung. Aku kecewa. Apa yang harus ku katakan kepada Jaejoong? Akankah ia menerima anaknya yang tidak sempurna itu? Kepalaku pusing. Rasanya aku ingin menghilang. Aku tak ingin semua ini terjadi padaku. Oh Tuhan, aku harus bagaimana?

"Yun, apa kata dokter?" Suara Boojae-ku menghancurkan semua lamunanku.

"Eh?" Aku kaget. Ternyata aku sudah berada di dalam kamar Jae.

Yoochun dan Junsu memberikan tatapan aneh melihat tingkahku.

"Ada apa, Yun?"tanya Yoochun cemas.

"Kau tidak apa-apa kan?" Kali ini Junsu yang berbicara.

"Yoosu, bisakah kalian keluar sebentar? Aku ingin bicara dengan Boo"jawabku. Aku tidak berani menatap matanya. Aku hanya menunduk, mencari keberanian di atas lantai.

Yoochun dan Junsu menuruti kemauanku. Mereka lekas meninggalkan kamar ini. Aku dan Jae hanya berdua di dalam kamar. Jae memandangku dengan pandangan menuntut. Ia terus menanyakan kabar anaknya. Ia terus berteriak di kala aku hanya sibuk dalam diam. Aku memeluk Jae. Kuharap sebuah kehangatannya bisa membantuku menjelaskan kebenaran.

"Jae, kau sayang Kyuhyun kan?"tanyaku sebelum aku memulai.

Anak kami seorang namja. Jaejoong telah memberikan sebuah nama untuk anak kami bahkan sebelum ia lahir. Kyuhyun, nama yang cukup bagus menurutku. Aku menerima usulan darinya.

Jaejoong mengangguk dalam pelukanku.

"Apapun yang terjadi. Jangan salahkan dirimu. Tolong!"mohonku dengan nada selembut yang aku bisa.

Jae berusaha melepaskan pelukanku, tapi aku semakin mendekapnya erat. "Ada apa? Yunnie, apa yang terjadi dengan Kyu?"tanya Jae. Ada getaran dalam suaranya.

"Kyu... Dia..."ujarku terbata-bata. Lidahku kelu. Sulit untukku mengukirkan kata-kata yang tepat. Jae semakin menggoncang tubuhku. Ia menuntut jawaban. "Ia tidak memiliki telinga"kataku cepat dan pelan tepat di telinga Jae.

Tubuh Jae membeku setelah kata-kata hina itu terlontar dari bibirku. Beberapa menit kemudian, sebuah getaran kurasakan menerpa tubuhku. Isak-isak kecil mulai membahana di seluruh sudut ruang. Bahu Jae naik turun. Napasnya memburu.

"Apa katamu?"lirih Jae. Aku yakin ia masih belum dapat mencerna kata-kataku dengan sempurna. "Kyu... Cacat?" Nada bicaranya meninggi. Penuh rasa tak percaya hadir dalam setiap katanya.

Aku mengangguk, masih memeluknya.

"Kyu? CACAT?"teriaknya penuh rasa kecewa dan marah.

Aku mengangguk sekali lagi. Jae mendorong tubuhku kuat hingga pelukanku terlepas. Aku memandang wajahnya yang telah dibasahi airmata. Aku menghapus airmata itu. Aku menggelengkan kepalaku seakan berkata 'uljima'. Jae menepis tanganku. Ia menatapku garang.

"Pergi dari sini Yunnie. Tinggalkan aku!"perintahnya, menyakiti hatiku.

Aku masih duduk terdiam di sisi ranjangnya.

"Tolong, Jae! Jangan sakiti dirimi"mohonku agar ia mendengarkan permintaanku ini.

Jae mendorong tubuhku. Ia memintaku pergi meninggalkannya. Ia menangis dan meraung-raung. Hatiku sakit melihatnya terluka seperti itu. Dengan langkah gontai dan kusisipkan sedikit kepercayaan kepadanya, aku keluar kamar rawat miliknya itu. Terdengar teriakan pilu dari balik pintu. Kakiku melemas. Aku jatuh terduduk di depan pintu. Tangisanku hadir seiring isak kesedihannya di dalam.

Pagi ini Jaejoong memintaku untuk membawa Kyu kepadanya. Ia berjanji ia akan dapat mengontrol emosinya. Aku memohon kepada dokter. Dokter mengizinkan kami untuk bertemu dengan si malaikat mungil. Seorang perawat membawa seorang bayi ke dalam kamar Jae. Aku, Jae, Yoochun, Su-ie, dan Changmin menunggu dengan tak sabar. Changmin, adik kandungku, baru saja sampai dari Amerika. Ia begitu antusias ingin melihat keponakannya.

Perawat itu memberikan sang bayi yang terselimut kain kepada Jae. Wajah Jae berseri-seri melihat malaikatnya kini berada dalam pelukannya. Kyuhyun tertidur pulas. Kulitnya seputih ibunya. Matanya yang terpejam, entah mirip siapa, sepertinya mirip diriku. Hidung mancungnya sepertiku. Bibir mungil semerah cherry seperti ibunya. Kyuhyun terlihat tampan dan manis. Perpaduan pas antara aku dan Jaejoong.

"Kya~~ anakmu cantik sekali, hyung"pekik Changmin membuat semua orang menutup telinganya.

PLETAAK!

"Aw... Sakit hyung!"teriak Changmin sekali lagi setelah aku menjitaknya.

"Ssst... Jangan berteriak Minnie! Kau bisa membangunkan Kyu!"kata Jae dengan tatapan membunuh kepada Changmin.

Changmin menelan ludah. Ia paling takut jika sang 'Eomma' sudah memarahinya. Changmin sangat manja dengan Jae, apalagi eomma kami memang sudah meninggal sejak ia masih kecil. Setiap keinginan Changmin selalu dituruti Jae, membuatnya begitu manja sekarang.

"Joongie eonni, nama si tampan ini siapa?"tanya Su-ie sambil mengelus pipi Kyu.

"Jung Kyuhyun"jawab Jae singkat.

"Nama yang bagus. Kalian pintar memilih nama"puji Yoochun.

"Aku mau gendong ya eomma"pinta Changmin sambil merebut Kyuhyun dari pelukan Jae. Jae hanya tersenyum menanggapi tingkah kekanak-kanakkan Changmin.

Aku merengut kesal. "Ya! Changminnie, aku saja appa-nya belum menggendong. Egois sekali!"omelku tidak terima Changmin memeluk Kyu terlebih dahulu.

Changmin menjulurkan lidahnya. Ia membawa Kyu bersamanya ke sofa yang ada di dalam kamar. Dalam hitungan detik, tiga orang itu sudah sibuk menggoda Kyu. Aku mendekati Jae, duduk di atas ranjangnya. Aku menggenggam tangan Jae.

"Gomawo, Boo! Terima kasih mau menerima Kyu dengan lapang dada"

"Kyu adalah anugerah milik kita. Aku bahagia memilikinya diantara kita. Bukankah selama ini kita selalu mengharapkannya? Pasti Kyu memiliki kelebihan lain. Aku percaya dia bisa menjadi kebanggaan kita"jelas Jae bijaksana. Aku terharu mendengar penuturannya yang melegakan hatiku. Aku pikir ia akan menolak Kyu. Syukurlah!

"MWO?"teriak tiga orang yang ada di sisi kamar rawat Jae.

"Huaaaa... Oe! Oe! Oe!"

Aku dan Jae sontak kaget mendengar suara mereka ditambah lagi tangisan Kyu yang membahana. Hampir saja Jae lompat dari ranjangnya untuk mengambil Kyu dari tiga biang kerok itu. Aku melarang Jae, karena lukanya belum sembuh benar. Aku bergegas merebut Kyu yang masih menangis dari tangan-tangan jahil mereka.

"Cep... cep... Anak appa ganteng, jangan nangis lagi ya"ujarku sambil menimang Kyu.

Kyuhyun sedikit terlihat tenang. Tangisannya tidak sekeras sebelumnya. Aku memberikan Kyu kepada Jae. Jae menggendong Kyu, mencoba membuatnya tertidur.

"Ya! Apa-apaan kalian? Membuat Kyu menangis seperti itu"marahku kepada tiga orang yang masih membeku di tempat mereka.

"Hyung, Kyu... Kyu tidak memiliki telinga"kata Changmin pelan, namun masih bisa didengar oleh semua orang di ruangan ini.

"Yun, kamu sudah tahu?"

"Kok bisa seperti itu, oppa?"

Aku menghela napas panjang. Aku tidak mau pusing menjelaskan semua ini kepada mereka. Aku berjalan pelan ke ranjang Jae. Aku menekan tombol merah yang ada di atasnya. Kyu terlihat sangat nyaman dalam dekapan ibunya. Saat ini Jae sedang menyusui Kyu.

Tak beberapa lama, seorang dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan. Wajah mereka penuh tanda tanya. Aku meminta kepada dokter untuk menjelaskan tentang Kyuhyun kepada kami semua.

"Hal ini terjadi kepada Kyu mungkin disebabkan oleh pembelahan sel yang tidak sempurna. Belum lagi hal ini tidak bisa dicegah karena nyonya Jung menolak USG sehingga komplikasi ini tidak terdeteksi sejak dini. Kami belum dapat memastikan apakah bayi ini bisa mendengar atau tuli sama sekali. Hal ini dikarenakan respon bayi terhadap suara terbilang rendah"tutur dokter panjang lebar.

"Apa tidak ada cara, dok? Operasi plasty untuk membuat daun telinganya, bisa kan?"usul Changmin antusias.

"Kemungkinan itu ada, namun kita tetap harus memastikan hal tadi. Jangan sampai semua ini melukainya"jelas dokter lagi.

Aku dan Jae hanya bisa diam mendengarkan. Jae menggenggam tanganku erat, seakan meminta kekuatan dariku jikalau nanti ada kabar terburuk yang harus ia dengar.

"Bukankah bayi belum boleh operasi plasty?"tanya Su-ie.

"Diusahakan seminimal mungkin. Hal ini tidak terlalu mendesak, sehingga bayi ini tidak perlu dilakukan tindakan yang terburu-buru"

"Tapi hal ini bisa mengurangi estetika-nya sebagai seorang manusia" Kali ini Yoochun yang masih tidak terima dengan kondisi Kyu.

"Semua keputusan ada di tangan keluarga. Kami tidak bisa berbuat apa-apa selain dari permintaan keluarga sendiri"jawab sang dokter sambil memandang kami seakan meminta jawaban.

Jae menghela napas panjang. Ia memberikan Kyu ke dalam dekapanku. Kyu sudah tertidur. Jae sedikit mengatur posisinya sekarang.

"Aku memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Biarkan kami mengobservasi keadaannya. Sesekali kami akan konsultasi kepada dokter tentang perkembangannya. Jikalau memang keadaannya mendesak, kami akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Kyu"ujar Jae memberi keputusan. Ia menatapku sekali seakan meminta persetujuan.

Aku mengangguk. "Saya rasa itu keputusan paling bijaksana yang dapat kami berikan saat ini, dok"

Sang dokter tersenyum menanggapi jawaban kami. Ia dan perawat tadi meninggalkan kami berenam di dalam ruangan. Changmin, Yoochun dan Junsu terlihat tidak setuju dengan kami. Sebelum mereka membantah, Jae memberikan penjelasan.

"Kyu adalah malaikat kecil kami. Aku yakin Tuhan memberikan sebuah kelebihan kepadanya disamping kelemahannya ini. Jangan sampai keegoisan kita saat ini justru menyakiti Jung kecil ini. Biarkan ia memilih masa depannya. Yang Kyu butuhkan adalah dukungan kita, kasih sayang dan cinta yang melimpah"jelas Jae dengan cucuran airmata di pipinya. "Terimalah ia apa adanya"mohon Jae.

Ketiga orang di depan kami terlihat simpati melihat luka di hati Jae dikarenakan sifat possesif mereka.

"Kami janji akan selalu menjaga Kyu dengan baik, eonni!"ucap Junsu yang dibarengi oleh anggukan dua orang lainnya.

Aku memandang Kyu yang tertidur dengan manisnya. Kyu, kau beruntung memiliki paman dan bibi yang hebat. Tumbuhlah menjadi anak yang dapat kami banggakan. Kami menyayangimu, Kyu. Aku mencium pipi Kyu dengan lembut.

.

.

("^0^)/..::T.B.C::..\(TwT")

..::Cuap2 author::..

Annyeong, Yuya is BACK. Hhe,,,

My first Yunjae. Semoga berkenan. Maaf ya kalo banyak OOC sana-sini.

Satu chapter lagi. Ayo di-REVIEW. KRITIK dan SARAN dibutuhkan agar chapter selanjutnya jadi lebih baik lagi. Diusahakan Update secepatnya. Pokoknya semua tergantung READERS. Semakin banyak review, Yuya semakin bersemangat untuk melanjutkan. Hhe…

Gomawo untuk semua READERS. Hai, SiDers! Ayo dong review… Anynomous diperbolehkan kok. Jangan takut! Yuya menerima semua bentuk REVIEW, tapi jangan bashing cast Yuya ya!

By The Way, Yuya lagi sakit sekarang. Ini dipaksa publish FF. Tolong doakan Yuya cepat sembuh ya, Readers!

So… mari REVIEW! m(_ _)m Onegaishimasu!