HUNTER X BEAST
Author : Sehyun14
Cast :
Park Chanyeol
Byun Baekhyun
Members EXO
and Others~
Genre : Yaoi Romance Fantasy School Life
Summary :
Jika Baekhyun menjadi seorang pemburu berwajah dingin yang dihadapkan dengan kenyataan untuk membunuh Chanyeol yang merupakan sesosok makhluk buas haus akan darah. Mampukah mereka terjalin dalam sebuah ikatan cinta?
"Kita tidak bisa bersama. Karena aku hidup untuk membunuhmu"-Baekhyun- "Kalau begitu bunuh aku, Baek" -Chanyeol-
.
.
.
Annyeong!
Kali ini sehyun menulis cerita yang bergenre fantasy hehe. Jujur ide ini udah lama terpikir. Tapi buat uploadnya harus mikir berkali-kali. Karena plotnya juga dirombak ketika dapet masukan dari temanku (gomawo Jihye-ah :*)
Akhirnya mungkin bagusnya diupload untuk lihat reaksi kalian sama genre yang ini gimana. Saran sehyun ikuti alur ceritanya hehe.
Discaimer :
FF ini murni pemikiran gajelas otak Sehyun. Jika FF sehyun memiliki kesamaan dengan FF lain silahkan beritahu sehyun. Jadi kalau ada yang PLAGIAT, COPAS, atau UPLOAD TANPA SEIZIN Sehyun otaknya bakal hilang! *loh?
Semua Cast yang berperan disini milik TUHAN dan keluarganya masing - masing. Sehyun hanya minjem nama mereka terkecuali LUHAN yang punya hati Sehyun hoho~
DLDR!
No Bash! Love Peace!
We Are One!
ENJOY
.
.
.
.
.
-ChanBaek Area-
Derap langkah berat terdengar membelah langit malam yang sunyi. Kumpulan awan gelap mulai menari-nari sembari menyelimuti sinar rembulan yang memancarkan keindahannya.
Sekelebat bayangan misterius melintas. Berlari diatas gedung bagaikan ninja yang sedang mengendap kedaerah musuh dengan kecepatan tinggi. Beberapa mahkluk didepan bayangan tersebut berlari tergesa-gesa. Melompati gedung-gedung serta rumah para penduduk sekitar yang sudah terlelap ke alam mimpi.
Bayangan yang menggunakan masker hitam itu terus mengejar makhluk buas yang sedang berlari. Makhluk itu mengeluarkan air liur bercampur darah yang menetes diarea wajahnya. Pandangan mahkluk – mahkluk itu memburam, mulai bergerak tak tentu arah.
Beberapa dari mereka berusaha menghindar dari bayangan misterius yang tidak berhenti mengikuti dibelakangnya. Sosok bayangan itu perlahan menjulurkan tangan lurus kedepan. Tanpa berhenti berlari dia bersiap menarik pelatuk dari pistol perak bercorak antik dibagian sisi benda metal tersebut.
DORR!
Satu mahluk berdarah dingin itu tumbang.
Melihat salah satu temannya terjatuh. Makhluk yang lain merasa panik dan segera menambah kecepatan sesekali menoleh kebelakang. Bayangan hitam itu sudah tidak ada disana. Mereka memperlambat kaki seolah kedamaian telah ditemukan untuk kaum mereka.
Namun naas.
Tidak berapa lama sosok bayangan itu sudah berdiri didepan para pemangsa haus darah. Dia menodongkan si mesin pembunuh kehadapan mereka tanpa segan. Bunyi letusan peluru yang ditembakkan sebanyak empat kali menggema membelah langit malam.
Keempat makhluk buas tersebut sudah mati tanpa sempat membela diri.
"Brengsek!" umpat mahluk besar bertubuh mirip seperti serigala dengan tatapan mematikkan.
"KAU AKAN MEMBALASNYA!" geram binatang buas itu sambil merapatkan gigi taring yang berhiaskan darah.
Mahkluk buas itu berlari secepat yang dia bisa demi menghabisi atau bahkan dapat mencabik – cabik si sosok yang memakai baju hitam. Namja itu tetap berdiri tenang ditempatnya tanpa merasa takut. Ketika sang mahkluk semakin mendekat padanya dengan mulut terbuka lebar— hendak memangsanya. Namja itu langsung melompat lalu menembak kepala belakang sang mahkluk dengan wajah stoic—nya.
DOR!
Mahkluk mengerikan itu jatuh kelantai atap salah satu gedung, bersimbah darah.
Namja itu mendarat dengan lihai. Kemudian berjalan mendekati jasad binatang mengerikan dibawahnya. Dia berjongkok lalu mengeluarkan kapsul berbentuk kaca. Setelah berhasil mengambil darah targetnya menggunakan jarum suntik.
Wajah namja itu begitu datar seolah dia tidak mempunyai ekspresi. Misinya lebih cepat selesai daripada perkiraannya.
Menghabiskan tujuh Beast dalam satu malam bukan hal mudah. Namun dia sudah terbiasa. Baginya hal ini hanyalah olahraga kecil untuk mengisi waktu luang dan tujuan lain tentunya.
Selesai mengambil sesuatu dari Beast tersebut. Dia mendengar bunyi gemersik dari arah sebelah kanannya. Namja itu berdiri dan secepat kilat menondongkan pistol handalannya pada sosok lain yang berdiri diatas tower besar. Jaraknya kira – kira lima ratus meter dari posisinya.
Namja bersurai coklat brunette itu terdiam. Menatap tajam dalam keheningan kearah sosok jauh disana. Darahnya berdesir ketika mata mereka bertemu. Makhluk yang diyakini memiliki darah hewan buas itu tidak berbuat apa – apa. Dia hanya menatap lekat kedalam bola mata si pemburu meski jarak mereka terbilang sangat jauh untuk ukuran pandangan manusia normal.
Suasana semakin tegang. Sekali tarik, maka peluru perak itu akan dengan mudah meluncur dari lubang revolver manis milik si pemburu. Kemudian target sasaran yang sedang ditatapnya sedingin es balok akan mati seketika.
Namun, hal itu tidak terjadi.
Si pemburu membiarkan sosok itu tetap berdiam diri. Dia lekas pergi tanpa meninggalkan bekas. Seolah namja itu adalah seorang manusia yang memiliki keahlian berteleportasi. Beast yang memiliki bola mata berwarna coklat terang itu tetap tidak beranjak dari tempatnya. Ketika melihat Sang Pemburu hendak membunuhnya. Sesuatu dalam diri Beast tersebut telah tumbuh.
Dia menyukai manusia itu dalam pandangan pertama.
.
.
.
.
Kota kecil dipinggir negara ini sudah berdiri sejak beratus tahun yang lalu. Jumlah penduduk di kota ini relatif sedikit dengan mata pencaharian kurang lebih seperti kebanyakan kota kecil pada umumnya yaitu seorang buruh pabrik atau pekerja kantoran—jika mereka beruntung. Namun karena ekosistem yang lebih mendominasi adalah gunung dan hutan. Terkadang banyak masyarakat yang masih bercocok tanam, menjadi tukang kayu, bahkan pemburu.
Tidak ada yang illegal di kota ini ketika melihat seorang pemuda berusia tiga puluh keatas memegang senapan untuk berburu. Terlihat lazim saja asalkan mereka mempunyai izin maupun surat bukti.
Sekolah – sekolah di kota kecil ini juga terbilang sedikit. Hanya ada satu universitas dan itu pun bukan kampus terkenal. Namun lulusannya tidak sedikit yang menjadi sukses. Bahkan sebagian dari mereka akan berhasil jika berkeinginan merantau ke kota besar. Tak terkecuali SMA Yonsei yang menjadi sekolah menengah terfavorit.
Pemuda bertubuh pendek sedang menguap lebar bak singa ngantuk dipagi hari. Cuaca sedang tidak mendukung. Awan gelap membuat seluruh kota kecil ini diliputi rasa malas. Memang tidak turun hujan. Tapi hawa sejuk menggoda para siswa maupun siswi untuk bersantai saat sekolah.
Termasuk Byun Baekhyun.
"Ternyata kau disini. Kau membolos lagi?" satu pertanyaan keluar dari si pemilik bibir tebal berbentuk hati.
Baekhyun menjulurkan tangannya pada pagar pembatas. Jemari kirinya menggenggam komik Naruto yang baru saja dibelinya minggu lalu. Bukannya menjawab pertanyaan sang sahabat. Baekhyun malah menguap kembali sambil memandang lapangan area sekolah yang cukup sepi karena kegiatan kelas sedang berlangsung.
"Dasar pemalas! Aku tahu kau terlahir dengan banyak bakat dan otak yang encer. Tapi pahamilah. Suatu saat nilai akademikmu akan kalah dengan skor sikap yang selalu guru perhatikan!" nasehat Do Kyungsoo berjalan mendekati Baekhyun.
"Jadi sekarang kau berlagak seperti penceramah dan aku adalah si pendosa yang membolos pelajaran matematika?" tanya Baekhyun, tersenyum miring.
Kyungsoo memasang wajah datar. Sia – sia menasehati Baekhyun sampai bibirnya jontor. Pria dengan IQ diatas rata – rata satu sekolah itu sudah tidak membutuhkan matematika picisan yang bisa dijawabnya hanya dengan sekali kedipan mata.
"Baiklah aku menyerah jenius!" umpat Kyungsoo dan Baekhyun tertawa.
Kyungsoo mengambil tempat. Berdiri disebelah namja bersurai coklat terang yang melanjutkan membaca komik. Sesekali Kyungso menatap kebawah dan berpikir. Padahal sebelum mencari Baekhyun dia ingin memberitahu berita baik dipagi hari.
"Oh, ya! Aku ingat! Kau tau sesuatu yang sedang baru?" wajah Kyungsoo berubah girang.
Baekhyun tetap membaca. Membiarkan sahabat hiperaktifnya bergembira sendiri.
"Aku mendengarkan Kyungsoo. Lanjutkanlah" ucapnya acuh.
Kyungsoo tersenyum. "Ada murid baru! Dia sangat tampan! Tubuhnya tinggi dan matanya. Uhh… Sungguh mempesona! Kurasa aku jatuh cinta Baek!" Kyungsoo sedikit memekik seperti seorang gadis.
Baekhyun hanya memandang datar Kyungsoo sesekali menggeleng dengan senyuman. Dia tahu Kyungsoo gay sejak dulu. Tapi dia tidak risih akan hal itu meskipun Baekhyun tidak tahu pasti apakah seksualitasnya menyimpang juga atau tidak.
Baekhyun tidak pernah jatuh cinta selama tujuh belas tahun hidupnya. Dan tidak akan pernah.
"Kalau kau suka temuilah dia"
"Sudah!"
"Astaga agresif sekali" komentar Baekhyun tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya.
"Tapi dia hanya tersenyum. Sepertinya dia seangkatan dengan kita Baek! Aku melihatnya masuk kelas 2 -2 dan yah… kesempatan berbicara dengannya hilang ketika aku menyadari kau masih disini, tidak masuk kelas!"
Kyungsoo merenggut menampilkan wajah sedihnya. Baekhyun masih diam. Mengabaikan ucapan Kyungsoo. Dia tidak begitu tertarik dengan topik yang selalu dibicarakan oleh anak seusianya. Baekhyun juga tidak mengerti kenapa. Tidak berapa lama dia kembali menguap tanpa mengalihkan mata sipitnya dari balon karakter pada komik tersebut.
.
.
.
"Annyeonghaseyo. Park Chanyeol imnida, bangapsumnida" ucap namja tinggi itu dengan senyum manis yang sukses melelehkan semua wajah para siswi disana.
"Baikah. Ada yang ingin ditanyakan soal Chanyeol?" tanya Miss Choi Sooyong selaku wali kelas 2 -2.
"Apa kau sudah punya pacar?!"
"Berapa nomor teleponmu?!"
"Kau tinggal dimana? Bisa kita pulang bersama?!"
"Tanggal lahir dan bintangmu apaa?!"
Rentetan pertanyaan itu menyudutkan Chanyeol yang hanya bisa berdiri cemas karena para siswi bertingkah norak ketika hendak mengerubunginya.
"Yak! Kalian semua duduk ditempat kalian masing – masing!" teriak Miss Choi hingga siswi tersebut berlarian ketempat duduknya.
"Maaf, Tuan Park. Siswi disini kekurangan namja tampan makanya bersikap aneh seperti ini" goda Miss Choi membuat murid perempuannya merengek.
Chanyeol hanya mengulaskan senyum maklum. Mata berwarna coklat terang itu telah meluluhkan hati siswi dan membuat kagum para siswa. Padahal wajah Chanyeol tidak campuran. Tapi matanya bergitu bersinar.
"Miss! Disekolah ini juga masih ada siswa yang tampan dengan kualitas terbaik. Hanya saja… Dia terlalu dingin" siswi yang baru saja berkomentar bergidik mengingat sosok namja tersebut.
"Aih! Meski begitu dia sangat berkharisma!" sambar yang lain sampai akhirnya terjadi keributan kecil.
"Sudah – sudah. Chanyeol silahkan duduk ditempatmu dan mari kita buka buku pelajaran bagian tiga kemudian kumpulkan tugas yang saya berikan kemarin!"
Terdengar desahan malas keluar dari bibir para murid. Chanyeol duduk ditempatnya. Tatapan siswi disekelilingnya membuatnya tidak risih sedikitpun. Justru Chanyeol balas tersenyum. Sikap polosnya semakin menunjang kepribadian ramahnya.
Ini adalah kali pertama selama seumur kehidupan Park Chanyeol akhirnya dia bersekolah di sekolah biasa. Chanyeol merasa keputusannya ini adalah awal baik di kehidupannya. Meski ternyata disisi lain hal ini adalah awal buruk bagi seseorang.
.
.
.
.
Jam istirahat disekolah berlangsung. Chanyeol berinisiatif untuk berkeliling gedung tempatnya menuntut ilmu. Tapi belum sempat dia berjalan keluar dirinya sudah dikerubungi oleh para gadis kelasnya.
"Park Chanyeol kau mau kemana? Makan siang dikantin bersama kami yuk!" ajak salah satu gadis bername tag Seolhyun.
Chanyeol hanya mengangguk sambil tersenyum seadanya. Awalnya dia ingin menolak dan tidak ingin berteman terlalu jauh. Namun dia memang belum mengenal sekolahnya lebih jauh. Lagipula jika mereka bosan dengan Chanyeol mereka akan melepaskannya. Bukankah wanita selalu begitu?
Oh, pikiran Park Chanyeol sangatlah polos.
Sejak perlajaran dimulai sampai jam makan siang Baekhyun tidak pernah meninggalkan tempat favoritenya. Baekhyun bisa dikatakan anak introved karena dia memang tidak menyukai keramaian bahkan dia sendiri mengaku sama sekali tidak betah berlama – lama di kelas.
Alasannya bersekolah hanyalah formalitas. Sekedar untuk mendapatkan ijazah, lulus dari sekolah, dan keluar dari kota kecil menyebalkan ini. Lalu memulai kehidupan baru bersama keluarga sederhananya.
Ya… Keluarga.
Mengingat itu Baekhyun berinisiatif turun kebawah. Kyungsoo sudah meninggalkannya sejam yang lalu karena dia merasa bukan murid pembelot yang cerdas layaknya Baekhyun. Maka dia mengikuti kelas kedua sebelum istirahat tadi.
Gerombolan Chanyeol bersama para gadis itu melintas disalah satu lorong sekolah. Mereka masih asyik berbincang – bincang sampai akhirnya sebuah suara memanggil nama seseorang dengan keras.
"Baekhyun!" teriak Kyungsoo kearah luar jendela lorong sambil memandang keatas atap.
Chanyeol dan para gadis itu berhenti.
"Kau tidak lapar? Aku mau membeli roti isi. Kau juga mau?" tawar Kyungsoo masih berteriak – teriak.
Baekhyun dikejauhan hanya mengerutkan alisnya, namun tidak lama dia mengangguk. Sahabatnya itu benar – benar suka mempermalukan dirinya. Kyungsoo mengacungkan jempolnya lalu berlari menjauh. Dia sempat bertatapan sebentar dengan mata indah Chanyeol dan sukses membuat pipinya bersemu.
Chanyeol memandang kearah atap. Obsidian coklat itu menerawang jauh ketika melihat sosok yang sedang berdiri sambil menatap kosong kearah lapangan. Perasaannya bergemuruh. Dimana dia pernah melihat surai coklat itu?
Rasanya namja itu tidak asing baginya.
"Chanyeol kau kenapa?" tanya Seolhyun mengalihkan lamunan si jangkung.
"Ah, tidak. Namja itu. Siapa namanya?" tanya Chanyeol berusaha tidak terlalu penasaran.
Seolhyun mengadahkan wajahnya untuk melihat keluar jendela agar lebih jelas. "Ohh, itu Baekhyun-ssi! Dia adalah pria hebat disekolah ini" papar Seolhyun sedikit berbinar.
"Benarkah?" Chanyeol mengikuti reaksi Seolhyun.
Seolhyun mengangguk. "Ya! Dia mendapat beasiswa penuh karena otaknya sangat encer. Dengar – dengar saat psikotes dia mendapat hasil IQ diatas rata – rata. Belum lagi dia ahli dalam berbagai bidang keterampilan maupun olahraga. Dia sungguh berbakat!"
"Benar! Baekhyun-ssi nyaris seperti makhluk sempurna dibumi ini! Andai saja dia mau mengikuti kegiatan klub juga kepribadiannya menyenangkan. Dia pasti sudah dipuja semua wanita di sekolah" Mina menambahkan sesekali berangan – angan.
"Apa itu kegiatan klub?" Chanyeol bertanya dengan wajah polos. Maklum ini adalah kali pertamanya dia bersekolah.
"Masa kau tidak tahu Yeol? Kegiatan klub itu seperti aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh nilai tambah kita dirapot. Seharusnya Baekhyun-ssi tidak lulus karena sejak kelas satu dia tidak berminat masuk klub. Sampai akhirnya dia dipaksa para guru baru dia mengikuti salah satu klub"
"Dia mengikuti klub apa?"
"Hapkido. Baru tiga bulan yang lalu dia memenangkan kejuaraan kota meski ada yang bilang dia hanya asal – asalan bertanding tapi dia sungguh hebat. Sekali pukul dia langsung menang!" papar Mina dengan semangat dan Seolhyun mencibirnya karena terlalu mengagumi Baekhyun.
"Begitu ya"
Mendengar perjelasan Seolhyun dan Mina yang menggebu – gebu tadi Chanyeol menjadi semakin penasaran. Dia menatap sosok itu dari kejauhan. Wajah manis Baekhyun memang tidak terlihat jelas. Tapi hatinya masih tidak bisa berhenti diam saat menatap wajahnya.
"Tapi sayang Baekhyun-ssi tetap tidak tertarik untuk bergaul. Dia lebih suka menyendiri dan pernah membuat keonaran juga disekolah ini"
Chanyeol menoleh kearah Seolhyun.
"Keonaran apa itu?"
Seolhyun memandang namja diatas atap itu dengan takut – takut. Gadis cantik itu mengigit bibirnya dan saling bertatapan dengan Mina.
"Bukan hal penting Yeol hehe. Lebih baik kita kekantin saja. Aku sudah lapar! Ayo!" Seolhyun mulai menarik lengan Chanyeol lagi untuk berjalan.
Chanyeol yang tidak mengerti hanya mengikuti. Tetapi kepalanya terus mengadah keatas. Entah mengapa Chanyeol merasa mempunyai suatu ikatan kuat antara dia dengan pria diatas sana.
.
.
.
Hari ini waktu bergulir dengan sangat cepat. Secepat Park Chanyeol yang direkrut oleh tim basket sekolah karena tubuh jangkungnya. Tapi Chanyeol bilang dia akan memikirkannya.
Chanyeol sangat mencolok. Dihari pertama saja dia sudah membuat keributan kaum hawa yang terpesona akan matanya. Belum lagi dirinya memang terlihat sangat baik dan sangat polos. Membuat sebagian anak laki – laki juga tertarik untuk mengenalnya.
Dentingan nyaring bel menandakan pelajaran telah usai. Chanyeol membereskan bukunya dan hendak keluar kelas. Namun belum sempat dia berdiri sudah banyak orang yang mengerubunginya.
Seolhyun yang melihat itu langsung mengusirnya. Kemudian Chanyeol menunduk minta maaf karena dia memang sudah harus pulang setelah sekolah usai. Maka dia berjalan cepat menuju gerbang sekolah.
"Chanyeol. Kau pulang kearah mana? Mau kutemani?" tawar Seolhyun dan Mina yang sudah mengekori mereka dari belakang.
Chanyeol menoleh kekanan dan kekiri. Matanya menangkap mobil sport mahal berwarna hitam dikejauhan. Dia tersenyum. Namun kepalanya sesekali juga menengok kebelakang. Berharap dia bisa sedikit melihat si anak berbakat yang baru saja dia ketahui.
"Aku sudah dijemput. Maaf aku pulang duluan ya" ucap Chanyeol sambil tersenyum lalu berjalan kearah mobil.
"Kau sudah menunggu dari tadi?"
Chanyeol menggeleng pada si pengemudi. "Tidak. Kalau kau tidak datang mereka akan mengekoriku terus" paparnya.
Namja disebelah Chanyeol tertawa. "Dulu aku juga seperti kau. Tapi entah kenapa aku bisa bertahan tiga tahun lamanya disana dan sekarang kau malah ikut – ikutan. Harusnya kau tetap dirumah Yeol"
Chanyeol melampirkan senyum manisnya. "Tidak, Hyung. Sudah cukup bermain petak umpetnya. Biarkan aku menikmati sisa hidupku dengan bersosialisasi. Mereka cukup ramah dan aku masih bisa menjaga penyamaranku dengan baik. Percayalah padaku" Chanyeol mulai memasang wajah memelas membuat Hyungnya menoyor kepalanya.
"Dasar penjilat ulung! Sampai rumah kau harus lapor kepada ayah tentang harimu, oke?"
Chanyeol menangguk mantap. "Thanks, hyung" ucapnya sebelum menambahkan dalam hati— 'Lagipula… disekolah itu sepertinya akan ada suatu hal yang menarik'
Lain halnya dengan namja berkepribadian sedingin es ini.
Baekhyun berjalan santai kearah rumahnya setelah turun didepan halte pemberhentian. Sesekali Baekhyun bersiul mengikuti alunan earphone yang sedang dia kenakan. Sesampainya disebuah rumah kecil. Baekhyun masuk dan menaruh sepatunya dirak.
"Aku pulang"
"Hyung, sudah pulang?" sapa seorang namja berumur delapan tahun yang berdiri sambil mengelap mangkuk.
"Aku lapar" ucapnya dengan nada lelah.
Namja kecil itu mengangguk. Lalu berjalan bersama Baekhyun kearah ruang makan sederhana. Didekat kompor berdiri seorang namja lain berwajah cantik yang mengulaskan senyum akan kedatangan Baekhyun.
"Tumben kau pulang cepat"
"Hari ini aku tidak ada selera mendengarkan ocehan menyebalkan Kyungsoo"
Namja itu mengerutkan alisnya. "Kenapa dengannya?"
Baekhyun duduk dan menselonjorkan tubuhnya pada permukaan meja. "Ada murid baru yang menarik perhatiannya"
"Aihh… dasar Kyungsoo. Baiklah mari kita makan. Supnya sudah matang" ucap namja cantik itu lalu menaruh panci ditengah – tengah meja makan.
"Luhan hyung. Malam ini aku—"
"Aku tahu. Jangan pulang terlalu larut oke?" potong Luhan—kakak Baekhyun yang sedang menuangkan sup kedalam mangkuk kecil.
"Hyung akan kerja lagi? Kenapa tidak istirahat saja?" adik Baekhyun, Byun Taehyung mulai merengek disamping Baekhyun.
Baekhyun tersenyum lalu mengelus kepala Taehyung. "Tidak apa – apa. Hyung tidak terlalu lelah. Lagipula nanti siapa yang membiayai sekolahmu Taehyung-ah?"
Taehyung menggeleng dengan wajah polos. Baekhyun kembali mengusak rambutnya gemas. "Tapi Luhan hyung kan sudah bekerja di Caffe ibu. Apa itu masih kurang?"
Baekhyun terdiam lalu mengangguk pelan. Taehyung juga anak cerdas. Susah untuk mencari alasan untuk berdalih dari argumennya.
"Sudah Taehyung-ah makananmu akan dingin kalau kau bicara terus" ujar Luhan memperingati dan Taehyung mulai menyantap makanannya.
Baekhyun masih terdiam. Memorinya kembali berputar menuju sepuluh tahun yang lalu. Memori kelam yang membiarkannya menjadi sosok pengganti ayah dan kakaknya, Luhan sebagai pengganti ibunya.
Baekhyun menggertakkan gigi sambil memegang sumpit dengan cukup keras. Luhan yang melihat itu hanya makan dalam diam. Dia tahu sifat Baekhyun jika wajahnya sudah seperti itu. Sebuah dendam, jika terlintas barang sedikit akan mampu menorehkan luka lama yang tumbuh dihati Baekhyun.
.
.
.
Langit malam kembali menampakkan kekuasaannya. Disebuah markas rahasia ditengah hutan yang dekat dengan danau terlarang. Baekhyun berjalan sambil menenteng sebuah tas yang sudah agak kumal. Sebelumnya dia sudah menggunakan sepeda menuju hutan karena jarak yang ditempuh lumayan jauh. Lalu dia memarkir kendaraan tersayangnya dibalik pohon besar seperti biasa. Kemudian berjalan masuk kedalam hutan nan gelap.
Baekhyun melangkahkan kakinya kearah sebuah rumah tua yang sangat besar seperti kastil. Letaknya agak jauh dari kota dan terdapat dipusat gunung yang jarang didaki oleh manusia. Bahkan pemburu yang hendak mencari rusa liar pun takut melangkahkan kaki kemari.
"Yo! Baekhyun!" sahut seseorang dari lantai atas setelah Baekhyun masuk kedalam.
"Berhenti berteriak kau seperti kera, Jongdae"
Namja bernama Jongdae tertawa. "Kukira hari ini kau langsung berburu. Ternyata belum"
Baekhyun menyunggingkan senyum miring. Dia mengeluarkan botol kapsul dari dalam tasnya. Tiga botol berwarna merah pekat itu membulatkan mata Jongdae. Pria itu menggertakkan giginya kesal.
"Sial!"
"Kau kira aku kemari tanpa persiapan?"
"Dasar tukang pamer!" ejek Jongdae lalu duduk diatas teralis lantai atas sambil mengelap pistolnya.
"Wah, kau benar – benar hebat Baek!" puji seseorang yang berdiri dibelakang Baekhyun.
Namja berwajah datar itu menoleh tanpa kaget sedikitpun. "Minseok hyung. Sudah kubilang jangan suka muncul tiba – tiba"
"Hehe. Maaf. Berapa botol yang kau kumpulkan hari ini?" tanya Minseok lalu memegang botol itu.
"Tiga. Kemarin aku dapat tujuh"
"TUJUH?!" Jongdae terjungkal dari tempatnya setelah mendengar penuturan Baekhyun.
Baekhyun tersenyum meremehkan sambil memandang keatas. Jongdae meng-kokang pistol besarnya lalu berjalan tersungut – sungut kedalam sebuah ruangan sebelum berteriak pada Minseok untuk segera bekerja.
Baekhyun hanya balas melambai acuh. Kakinya kembali melangkah keruangan lain. Menuju sebuah pintu besar dengan corak antik bergambar bunga krisan. Seseorang yang duduk dikursi besar menghadap kearah kaca yang terpajang besar tengah membelakanginya.
Baekhyun membungkuk tenang sebelum akhirnya kursi besar itu terputar. Menampakkan sosok namja paruh baya yang memakai baju serba hitam sama sepertinya. Wajahnya masih tampan meski umurnya sudah terbilang tua.
"Baekhyun. Kau sudah kembali?" tanyanya dengan suara menggema.
Baekhyun hanya diam. Dia berjalan kearah kanan dimana dia biasa meletakkan botol –botol kapsul hasil buruannya. Namja yang sedang duduk tersenyum senang. Dia mengeluarkan satu kotak dari laci tua dimejanya.
Baekhyun kembali pada posisinya setelah memasukkan benda kaca itu ketempat seharusnya.
"Aku tidak menyangka kau dapat sebanyak itu. Sejak kapan kau mengumpulkannya?" tanyanya lalu memperhatikan Baekhyun dengan seksama.
"Kemarin aku tidak sengaja bertemu dengan kawanan New Born" jawabnya santai.
Namja itu masih mengulaskan senyum dia memberikan kotak itu dan diterima Baekhyun seperti biasa. "Tidak salah kau menjadi salah satu Hunter kesayanganku Baekhyun. Kau memang dapat diandalkan" ucap namja itu dan Baekyun tetap diam dengan wajah datar.
Baekhyun berjalan acuh, keluar dari ruangan besar itu.
"Jangan pernah meremehkanku, Master" paparnya sambil menggenggam kotak berisi silver bullet didalamnya. Sorot mata Baekhyun berubah menggelap. Dia bersumpah akan lebih kuat dari sebelumnya.
.
.
.
.
.
TBC
Siapa yang kobam lihat ChanBaek pelukan di TEL manila? TwT *angkat ketek*
Semoga pricelist TEL INA cepat keluar dan gak PHPin EXOL INA terus. Aamiinn.. Jangan lupa berdoa chingudeul moga tiketnya sesuai dengan harapan kita a.k.a murah TvT
Okay!
Sehyun bakal lanjutin FF ini kalau yang mereview lanjut sekitar 30 orang ^^
Tidak masalah kalau para readers mau mengkritik atau memberi saran yang membangun. Sehyun seneng banget kalau ada yang merespon baik FF ini hehe.
Follow :
FB : OHan SeHyun
Twitter : ohansehyun
So can i have some review?
YEHET XD
