Posesif: Temari's Side

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

ShikaTema. T+. Romance.

[I gain no material profit, though the story is originally mine. Dibuat hanya untuk memuaskan hasrat pribadi. Selamat membaca.]

.

Warning: Probably OOC and missed-typo(s).

.

Summary: Mereka seputus asa itu terhadap satu sama lain.

.

.

.

Faktanya, Temari mudah sekali merasa cemburu. Sungguh.

Ia iri pada gadis-gadis yang satu desa dengan pemuda ber-IQ dua ratus sekian itu. Ia iri karena gadis-gadis itu dapat bertemu dengan sang pemuda tanpa perlu menempuh perjalanan tiga hari tiga malam. Ia iri karena gadis-gadis itu dapat bertemu dengan sang pemuda kapan pun, bahkan secara tidak sengaja. Ia iri karena mereka tidak perlu menunggu surat beberapa hari sekali hanya untuk berkomunikasi. Ia iri, iri, iri.

Sehingga, kapan pun kunjungannya ke Konoha adalah hal yang menyenangkan.

Meski begitu, bukan berarti seluruh bagiannya menyenangkan.

Mereka mungkin memang akan berjalan berdua sebagai duta besar dan sang pemandu. Mereka mungkin memang akan menghabiskan waktu bersama. Namun, percayalah, terkadang hal itu justru menyiksa apabila ia harus melihat pemuda itu berinteraksi dengan gadis lain. Maksudnya, hei, gadis itu dan sang pemuda satu desa! Mereka dapat mengobrol kapan pun mereka mau tanpa perlu bersusah payah menempuh perjalanan tiga hari tiga malam. Kenapa harus ketika dirinya dan pemuda itu sedang bersama? Tidakkah gadis-gadis itu sadar bahwa mereka mengganggu?

Temari cemburu. Sungguh. Ia memiliki waktu yang terbatas di Konoha dan waktu itu tetap saja terampas.

Kecemburuan ini nyaris tak pandang bulu, bahkan apabila gadis Konoha itu pemilik nama Sakura, Ino, Hinata, atau Tenten. Memang tidak sebesar biasanya karena Temari mengenal mereka dan memiliki hubungan baik dengan mereka, tapi yang namanya cemburu tetap saja cemburu. Apalagi si gadis kacamata bernama Shiho. Dengar-dengar gadis kacamata satu itu naksir Shikamaru. Ugh.

Di sisi lain, Temari juga membenci dirinya sendiri yang sulit sekali untuk jujur. Rasa-rasanya ia dan sang tunggal Nara telah ratusan kali jalan bersama dan Temari tak mampu mencegah dirinya mencipta jarak antara mereka. Ratusan kali mereka telah berjalan bersama dan ratusan kali pula tangannya tak mampu meraih tangan pemuda itu. Padahal hanya terpaut beberapa senti, beberapa mili, … tidak jarang pula bersentuhan secara tidak sengaja. Namun, refleks tetap saja membawa tangannya menjauh alih-alih menggamit tangan pemuda itu.

Geez, jangankan tangan. Untuk bicara tanpa segelintir sinisme saja rasanya sulit sekali. Padahal, lihat dirinya ketika berbicara dengan Gaara soal keanehan pemuda genius itu tempo hari! Khawatir mendominasi, serak nyaris berhasil mengambil alih, bahkan air mata sampai sukses menjejaki pipi.

Nyatanya? Kala akhirnya ia menemukan pemuda itu nyaris tercuci otaknya akibat ucapan Gengo, lagi-lagi Temari hanya mampu berucap tanpa bumbu manis untuk sekian kali.

Ugh. Apa memang dirinya se-tsundere itu? Tunggu, apa dirinya memang seorang tsundere?

Ummh … menyebalkan!

Sejujurnya, kalau dirinya memang boleh jujur, terkait pemuda itu, Temari memiliki sedikit … fantasi. Hei, bagaimanapun, Temari sudah berumur dua puluh. Bukan hal aneh jika ia mulai memikirkan hal-hal semacam itu.

Temari ingin menggenggam tangan pemuda itu, Nara Shikamaru; membiarkan sela-sela jarinya diisi jemari besar Shikamaru, menikmati kehangatan yang merambat dari sana.

Temari ingin memeluk pemuda itu. Memeluknya. Mengunci pemuda itu dalam jangkaunya. Mengunci atensi pemuda itu hanya pada dirinya.

Temari ingin menciumnya. Merasakan hangat napas pemuda itu mengembus menyentuh wajahnya. Merasakan hangat bibir pemuda itu menyapu bibirnya. Temari belum pernah berciuman sebelumnya dan ia ingin merasakan bibir Shikamaru sebagai yang pertama. Ia ingin tahu apakah bibir pemuda itu manis seperti yang kerap dideskripsikan dalam kisah-kisah cinta, ingin tahu apakah berciuman memang sememabukkan yang dituturkan dalam roman-roman picisan.

Temari ingin merasakan hangat tubuh pemuda itu seutuhnya…

Temari ingin mengklaim pemuda itu hanya miliknya. Shikamaru memang hanya miliknya. Tatapan pemuda itu, senyum pemuda itu, segala ucap dan tingkah Shikamaru, lalu … napasnya, bibirnya, tangan besarnya, lengan kukuhnya, bahu lebarnya, dada bidangnya, dan tiap jengkal tubuh pemuda itu, … rasa-rasanya ingin sekali Temari klaim sebagai miliknya seorang. Hanya boleh dirinya.

Nyatanya, pemuda itu masih seorang remaja tanggung. Shikamaru berumur tiga tahun di bawahnya, yang berarti pemuda itu bahkan belum melepas angka belasan dari perhitungan umur. Ia masih dapat jauh berkembang tanpa perlu segala bentuk kekang.

Pada akhirnya, Temari bukan siapa-siapa. Ia hanya bisa menunggu sampai waktunya tiba.

(…benar, Temari seputus asa itu untuk menjadikan Nara Shikamaru sebagai miliknya.)

.

.

.


Tsundere: diambil dari kata tsun-tsun dan dere-dere. Saya lupa arti kata tsun-tsun, tapi kalau dere-dere itu kayak lovely, penuh afeksi doki-doki ulala (?) gitu wkwkwk. Pokoknya orang tsundere itu cenderung denial, susah jujur kalau dia sebenernya sayang dan alih-alih bersikap manis ke si doi malah bertindak cenderung kasar atau marah-marah atau ngomel atau semacamnya buat nyembunyiin perasaan sukanya. Nyebelin, ya, wkwkwk, tapi katanya justru tipe karakter ini di animanga yang paling banyak penggemarnya.

Krisar, atau fangirling, mungkin? ;)

darkBlue 47 - 14/10/2017