DON'T FORGET LEAVE REVIEW for support this story!

.

Warning!

20 Area, Semi BDSM, Y.A.O.I ONLY

.

Typo always be my style

.

Enjoy to read~

.

.

Sehun merutuki dirinya yang terlihat seperti orang bodoh, berjalan menyusuri sekeliling koridor ruangan luas itu sambil mengamati satu per satu orang yang berlalu lalang menikmati acara pameran photography yang diadakan teman satu sekolahnya malam itu. Berulang kali ia menekan layar ponselnya untuk mengetik rentetan kalimat yang ditujukan kepada seseorang yang kini menghilang entah kemana.

Suara derap kaki yang terdengar menggema diruangan besar itu sedikit banyaknya menimbulkan pertanyaan untuk para tamu yang menyadari kepanikan pria bertubuh tegap itu. Langkahnya tak terhenti menyusuri setiap sudut ruangan luas yang memiliki banyak pintu dan koridor yang sepintas terlihat sama, sehun mengoceh berkali kali mengutuk sang arsitek ruangan ini. Bagi sehun yang sedang panik tentu saja ini mempersulitnya, setiap koridor tampak sama, ia bagaikan berjalan di dalam labirin yang luar biasa cukup membuat kepalanya pusing.

Dan langkahnya terhenti di sebuah tempat ketika ia telah menemukan sosok manusia yang ia cari selama hampir 15 menit lamanya. Sosok itu tampak duduk sambil memandangi sebuah hasil photography yang terpajang apik di tembok putih itu, ia tak sendiri, ada 3 tamu asing yang melihat karya photography lainnya di tempat berbeda. Sehun mengambil langkahnya cepat lalu menghampiri sosok pria berkulit putih yang duduk di bangku kecil dengan ekspresi wajah yang terlihat 'kacau'.

"Aku mencarimu, kenapa kau pergi tanpa sepengetahuanku? Habis sudah 15 menit berhargaku hanya untuk menyusuri setiap koridor ruangan sialan ini"

LuHan, pria yang duduk menyendiri itu mendongkak, lalu menatap lekat wajah sehun yang memerah karena menahan amarahnya yang mulai memuncak.

"A-apa kau sudah selesai? Bisakah kita pulang sekarang sehun aku..."

Luhan menundukkan kepalanya dalam dalam, kesepuluh jemarinya bergerak saling meremas satu sama lain. Ia mendongkak lagi, kali ini tatapan matanya terlihat memelas.

"Aku tidak tahan lagi sehun, i-ini sakit" ucap luhan lirih di akhir kalimatnya. Ia mengigit bibirnya kuat kuat agar suara 'itu' tak lantas meluncur dengan mudahnya dari mulutnya.

Sehun menyeringai, mengusap kepala bagian belakang luhan lalu membisikan sesuatu di cuping kanan telinga luhan dengan suara yang sangat pelan dan berat nyaris tak terdengar.

"Kau tahu ini belum berakhir" luhan menghela nafasnya lega ketika benda nista itu tak lagi bergerak didalam lubangnya.

"Aku ingin jalan jalan sebentar sebelum pulang, tidak apa apa kan?"

"Tapi sehun ak-"

"Hanya sebentar, aku janji"

Belum sempat luhan memberikan jawabannya, sehun sudah menarik tangannya keluar tempat itu dengan langkah lebarnya, membuat luhan tak bisa mengimbangi langkah sehun. Beberapa pasang mata melihat kejadian itu, dan beberapa orang terlihat saling berbisik tak kala melihat luhan yang kewalahan menyamai langkah sehun dan tampak seperti di seret paksa oleh sehun.

So rude

"Mhh!"

Tap

Luhan sigap menarik tangan sehun untuk menghentikan langkahnya, wajah luhan kembali bersemu merah, tangan kirinya bergerak meremas ujung jaketnya, sedangkan tangan kirinya mengenggam erat tangan sehun.

Sehun berbalik dan ditatapnya luhan yang sedang menunduk sambil mengigit bibir bawahnya kuat. Si pria tampan itu hanya mengulaskan satu senyuman tipis yang hampir tak terlihat membingkai satu sudut bibirnya.

"Apa yang kau lakukan? Kita harus bergegas karena hari semakin malam"

"Se-sehun ah~ tolong..."

Sehun menarik satu alisnya ke atas, namun satu detik kemudian senyuman manis tercetak jelas di bibirnya.

"Tolong hentikan ini sehun, tolong"

"Jangan manja, aku lelah dengan sikap manjamu lu, kita hanya jalan jalan diluar sebentar setelah itu kita pulang"

Tanpa kalimat lainnya yang terlontar sehun kembali menarik tangan luhan dan mencengkeram pergelangan tangannya erat erat.

.

Sehun terlihat santai menikmati acara jalan jalannya di taman kondominium besar itu, memang tak banyak yang bisa ia lihat, yah seperti taman pada umumnya. Langkah kecil sehun terhenti saat ia tak lagi mendengar suara gesekan sepatu yang berpadu dengan tanah di belakangnya, dengan cepat ia berbalik dan menarik nafasnya panjang.

"Apa yang kau lakukan disana? Jangan berdiri saja disana seperti orang bodoh, kemari!"

Luhan masih terdiam pada posisinya, ia lemah dan merasa seluruh tulangnya akan hancur saat itu. Ia takut untuk melangkah karena jika melangkah ia bisa saja menjerit tanpa ada perintah dari otaknya, penyiksaannya terasa semakin berat kala sehun terus saja menatapnya tajam dan sinis, ia seakan tak mau tahu apa yang luhan rasakan. Ia terus menerus menyuruh luhan untuk mengikuti apapun yang ia katakan.

"Ayo" sahut sehun lagi.

Luhan perlahan membawa satu kakinya melangkah kedepan, namun untuk langkah berikutnya ia mulai tidak tahan dan hendak terjatuh ke tanah. Sehun yang melihat itu sigap mengambil seribu langkah, menahan tubuh kecil itu agar tak berbaur dengan tanah yang basah.

"Mmhhh nnhh~"

Luhan mencengkeram erat kemeja sehun, menelungkupkan kepalanya di dada bidang sehun untuk meredam sedikit desahannya yang meluncur tak terkendali.

"Sehunhhh ngghh hentikan ini ahh~"

Sehun lagi lagi menyeringai, di peluknya tubuh luhan dengan erat, membawanya pada pelukan hangat yang penuh sarat akan ungkapan sayang, tangannya mengusap lembut punggung dan rambut belakang milik pria tiongkok itu. Namun luhan mengartikan berbeda dari setiap sentuhan yang menyapa tubuhnya, gerakan itu semakin membuatnya tidak terkendali dan mulai putus asa.

"Hentikanhh sehunhh ahh to..tolonghh mmpphh hhaa"

"Apa yang kau mau hm?" tanya sehun dengan datar, sesungguhnya ia sama sekali tak berniat mengikuti permohonan luhan, namun menurutnya hukuman ringan ini cukup untuk ia akhiri.

Lagipula luhan tak akan bertahan lama lagi.

"Lepaskanhh inihh nnhh ahh.. Tolonghh hunhh ahh~"

Manik mata sehun bergerak ke segela arah, dan matan elangnya berhenti di tempat sepi yang dipenuhi semak berbentuk bulat tak jauh dari tempatnya. Keadaan sekitar cukup aman, perlahan ia memapah luhan kearah sana. Luhan sempat memperotes hal itu namun mulutnya terkunci seketika saat sehun menatapnya tajam, itu sudah cukup untuk menjelaskan apa yang sehun pikirkan, luhan terlalu cerewet dan sehun tak menyukai orang yang cerewet.

.

.

Luhan mendongkak, ia meredam sekuat mungkin desahannya dengan punggung tangannya. Satu tangannya bertumpu di pohon besar itu, sedangkan itu sehun memfokuskan dirinya pada benda lonjong kecil yang bersarang manis di lubang anal luhan. Benda sialan yang menyiksa luhan hampir satu setengah jam lamanya.

"Nnghhh sehunhh ahh ahh"

"Pelankan suaramu kalau kau tidak mau orang lain mendengarnya"

Luhan mengangguk, entah setan apa yang memasuki pikiran sehun hingga sampai hati memperlakukannya seperti ini. Luhan hanya berharap benda itu ditarik keluar dari lubang analnya, namun sehun melakukan hal yang berada diluar ekspektasinya.

Sehun mungkin berpikir untuk bermain main dulu sebentar dengan 'mainan' barunya, alih alih mencabut benda itu, ia malah menggerakan benda ia keluar masuk lubang anal milik luhan. Satu tangannya menekan punggung luhan kuat kuat agar pria di depannya itu tidak bebas bergerak.

"Mmhh ahh ahh.. Uhh hnnhh a-aahh"

Plop

Nafas luhan terdengar berat dengan irama yang tidak stabil, wajahnya memerah dengan peluh peluh kecil yang merangkak turun dari pelipisnya menuju wajah dan lehernya. Mata indahnya terlihat sayu dan tubuhnya mulai melemah, sehun segera membungkus alat basah itu didalam kantong plastik zipped lock berukuran kecil lalu memasukannya kedalam saku jaketnya.

Ia memasang kembali celana luhan setelah membersihkan sisa sisa sperma yang masih menempel di permukaan alat vital luhan. Sehun kembali menarik tangan luhan, tak memperdulikan sedikitpun keadaan luhan saat ini yang lemah. Berjalan tergesa sambil sesekali melihat deretan angka dan jarum jam yang berpadu dalam satu frame bulat di pergelangan tangannya, jarum jam sudah menunjuk tepat pada angka jam 9 malam, pantas saja luhan sudah terlihat sangat mengantuk.

Harusnya saat ini luhan sudah tidur nyaman dengan selimut hangat yang membungkus tubuhnya. Namun malam ini ia pastikan luhan tidak akan tidur tepat pada waktu yang selalu ia tentukan.

Dalam perjalanan pulang sehun membiarkan luhan untuk tidur beberapa menit sebelum mereka sampai di apartemen, sehun masih punya hati walaupun ia dibakar rasa amarah yang masih tak bisa ia tepis jauh jauh. Adegan menyakitkan yang tiba tiba terlintas di otaknya itu kembali membuat api amarah dalam dirinya memuncak.

Melihat wajah luhan seperti ini entah kenapa semakin membuatnya marah. Menghukum orang lain bukanlah gayanya, namun untuk luhan itu adalah sebuah pengecualian. Jujur saja sehun mengaku terlalu memanjakan luhan awalnya hingga terkadang luhan tidak sadar diri ketika ia sudah melakukan kesalahan yang fatal sekalipun.

.

Sampai di rumah pada pukul sembilan lebih tiga puluh menit, sehun memarkirkan mobilnya di basement apartemennya lalu mengguncang tubuh luhan untuk segera bangun dari tidurnya. Sadar ia sudah sampai di tempat tujuannya luhan tersenyum lega, lalu perlahan turun dari mobil itu.

"Pelankan langkahmu, aku tidak bisa mengimbangimu sehun" luhan akhirnya menginterupsi.

Langkah sehun sempat terhenti sejenak menunggu luhan yang berjalan di belakangnya, setelah luhan tepat berada disampingnya sehun kembali melangkahkan kakinya lebar lebar seakan akan ia tak mau berjalan berdampingan dengannya. Luhan menghela nafasnya seraya menggelengkan kepalanya, lalu kembali melanjutkan langkahnya sedikit cepat agar bisa mengimbangi sehun yang sudah sampai di lift lebih dulu.

"Kau lambat sekali" ucap sehun kesal sambil menekan satu tombol di dalam lift itu.

"Maaf membuatmu menunggu sayang" luhan tersenyum kecil.

"Hm"

.

Plak

"Tidak, jangan sentuh aku sehun"

Sehun mengernyit saat luhan menepis kasar tangannya yang hendak membantu luhan untuk melepas jaketnya dari tubuh luhan. Melihat itu sehun semakin geram, ia masih terdiam di tempatnya bahkan saat luhan melangkah menjauh darinya masuk kedalam kamar mereka (berdua) lantas menutup pintu itu perlahan setelah menatap sehun dari arah pintu itu dengan tatapan sayu yang penuh kekecewaan.

Sehun berang bukan main, cepat ia melangkah lebar kearah pintu dan memutar kasar knop pintu itu, dilihatnya luhan tengah membelakanginya sambil melepas jam tangan yang dipakainya. Luhan mungkin tak menyadari kedatangan sehun ke kamar atau luhan memang sengaja berpura pura tidak tahu atas kedatangan sehun yang menggebrak pintu terlebih dahulu, aura kelam mulai menyeruak membagi atmosfernya di dalam kamar itu.

"Akh! Sehun!"

Luhan meringis, kini kedua pergelangan tangannya di cengkeram erat oleh tangan sehun. Tanpa babibu mata sehun berkilat tajam kearah laci nakas, membukanya kasar lalu mengambil sebuah tali kain yang tergeletak didalam sana. Luhan panik, dan dalam satu gerakan cepat sehun mengikat kedua pergelangan tangannya lalu menyimpulnya kuat kuat sampai ketat. Sehun tak mengidahkan jeritan yang luhan layangkan padanya, sehun tutup kuping dengan semua protestan itu.

"Apa yang kau lakukan sehun! Kau mau apa?"

"Jika kau berpikir ini akan berakhir, kau salah besar xiao lu"

Keping mata rusa luhan mulai berkaca kaca, ia menatap sehun pekat pekat dengan tatapan sayunya.

"Kenapa kau seperti ini sehun? Kita bisa membicarakannya baik baik"

"Aku bertanya padamu lu, apakah kau sadar apa kesalahanmu?"

Luhan menggeleng, dan sehun berdecih seraya memalingkan wajahnya kearah kiri lalu mengusap pangkal hidungnya.

"Biar aku yang mengingatkan kesalahnmu lu, dengan caraku!"

Brugh!

Tubuh kecil luhan di dorong kasar keatas ranjang, lalu mempreteli celana luhan beserta dalamnya hingga kini luhan setengah telanjang. Ia membalik tubuh luhan untuk kemudian ia buka semua kancing kemeja yang luhan gunakan, luhan mencoba melawan namun apa daya karena kedua tangannya yang terikat di belakang tubuhnya. Puas melihat luhan yang kini bertelanjang, sehun mengembangkan satu senyuman penuh keangkuhan di kedua sudut bibirnya. Ia bergegas melepas jaketnya lalu melemparnya kelantai dingin itu.

"Kau tidak puas setelah apa yang kau lakukan padaku sehun? Apa kau masih belum puas?" luhan menghardik, air mata yang meleleh dari pelupuk matanyapun tak mampu merapuhkan amarah pada diri sehun.

Rasa belas kasihannya seperti sudah terbakar habis oleh api amarahnya yang membeludak. Sehun tak berniat menjawab perkataan luhan, ia hanya bergerak merungkup tubuh luhan dibawah tubuhnya, diusapnya lembut rambut luhan sampai kewajahnya lalu menarik dagu luhan, mencari kilatan mata yang berair itu.

"Kau takut? Kau takut aku akan melakukan hal yang lebih dari sebelumnya hm?"

Luhan membuang muka dan mulai kembali meneteskan satu persatu air matanya membasahi kulit wajahnya yang dingin.

"Nnghh! Hhaa ahh~"

Mata luhan terpejam erat, kedua kakinya menekuk mana kala sehun dengan sengaja membuat lidah basahnya menari diatas nipple merah milik luhan, dibawanya lidah itu membelit putingnya. Sesekali ia menggerakan giginya menggesek permukaan putingnya yang mulai menegang hebat. Satu tangan bebas sehun mengusap pinggang luhan sampai ke paha bagian dalamnya.

"Hentikanhh hhh ahh sehunhh hentikanh"

"Kau berisik sekali" geram sehun.

"Ammhh!"

Sehun menyeringai puas ketika ia mengoyak paksa rongga mulut luhan dengan kedua jarinya, jemarinya membelit lidah luhan lalu menyentuh apapun yang bisa dijangkaunya dengan kedua jari tangannya.

"Aku tidak suka orang yang berisik dan memecah konsentrasiku"

"Unnghhh nhhh~"

Wajah luhan mulai memerah, air matanya tak berhenti mengalir dari pelupuk indahnya. Kedua kakinya bergerak gusar saat tangan sehun dengan sengaja meremas kasar kejantanannya.

"Mmhh mhhh!"

"Ada yang ingin kau katakan sayang?"

"Uhukk!" luhan terbatuk, ia menggirup udara segar sepuas puasnya saat kedua jari besar itu lepas dari rongga mulutnya.

"Nngghh ahh ahh sshh hnnhh mmphh"

"Kau menikmatinya hm?"

Luhan menggeleng diiringi desahannya, ia berdusta. Luhan menyukai setiap sentuhan yang sehun berikan di setiap inci tubuh berkeringat nya meskipun sentuhan itu bahkan bisa terasa menyakitkan.

"Kau tidak menyukainya hm?"

"A-ahhh! Ahh! Oohhh ahh sehunhh hentikanhh nhh.. Nhh" jeritan melengking itu menari diudara, dirasanya sehun meremas kuat kejantanannya bagaikan sebuah mainan karet yang menggemaskan.

"Kau tidak suka? Kau yakin?"

"Hhaahh ahh" luhan menggeleng lagi dan hal itu membuat sehun menatap datar pada luhan lantas menghentikan aktifitas nya.

Luhan perlahan memutar kepalanya, kedua tangannya yang terikat pelan pelan menyentuh wajah sehun. Mengusapnya hati hati, ibu jarinya mengusap bibir lembap sehun yang menggoda.

"Aku ingin menciummu sehun" ucap luhan memelas.

Dengan senang hati sehun menanggapinya, ditariknya dagu luhan lalu menciumnya kasar, menggigit bibir bawah dan atas luhan bergantian, membelit lidah luhan lalu bergantian membagi saliva hingga menetes sampai ke sudut bibir luhan.

"Hhaaa ahh~"

Sehun tersenyum manis, senyuman yang hanya berlangsung beberapa detik sebelum ia membalik posisi luhan hingga ia menungging. Sehun menyingkap kemeja luhan lalu merendahkan sedikit tubuhnya, membawa bibir basahnya menjelajahi setiap inci punggung luhan. Luhan menggeram dalam desahan kecilnya ketika merasakan tonjolan yang mulai mengeras diantara kedua selangkangan sehun, menusuk nusuk bantalan pantatnya.

"Aaahh~ ahh nnaahh hhh mmhh"

Membuat setiap desahan yang lolos darinya semakin tak terkendali.

Sehun tersenyum kecil, dengan jahilnya ia sengaja menggesek lipatan pantat luhan dengan dua jarinya. Menggeseknya brutal sambil menusuk nusuk pelan lubang merah itu.

Jleb

"Akhh! Mphhh hhaa sakithh~" jerit luhan, saat tiba tiba kedua jari itu masuk dalam lubangnya tanpa pelonggaran.

"Maaf, jariku terpeleset, lubangmu licin" ucap sehun tanpa berdosa.

Ditariknya kembali kedua jari yang terbenam dilubang merah itu, lalu kelima jemari nakalnya bergerak kearah kejantanan luhan. Menggerakan kelima jarinya menggelitik testis kecil itu seraya mengenggamnya erat bagaikan bola mainan.

"Nnhhh haaa~ a..ahh uunghh mmhh"

"Kau akan suka yang satu ini lu"

Luhan menoleh kebelakang, dilihatnya sekilas sehun tersenyum padanya dan tak lama sehun berjengket dari ranjangnya dan melangkah kearah laci nakas untuk mengambil sesuatu yang luhan yakini bahwa itu adalah sebuah sex toy. Entah dari mana sehun mendapatkan barang barang 'nakal' seperti itu, setahunya sehun bukanlah tipe orang yang senang mengkoleksi sex toy, atau mungkin sehun memang sudah merencanakan ini sebelumnya.

Luhan mulai pasrah, toh melawanpun sudah tak ada gunanya. Tenaganya habis karena sehun terus menggodanya berkali kali sampai ia mendesah keras, belum lagi kedua tangannya yang terikat membuatnya semakin tak berdaya dan tak bisa melakukan apa apa, lagipula jika ia melawan ia yakin sehun malah akan memberikannya punishment yang lebih parah dari ini.

Plak!

"Hngg! Aahh"

Panas, itulah yang luhan rasakan ketika sehun menampar keras bantalan pantat putihnya. Mata luhan kembali tergenangi air, ia tak bisa berbuat banyak, ia hanya mengigit punggung tangannya saat tangan panas sehun kembali menjelajahi tubuhnya.

Tamparan, Cubitan, Dan gigitan.

Berulang kali luhan merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya, tamparan berkali kali sehun layangkan di sekitar pantat dan pahanya, cubitan yang terus menerus menggoda nipplenya, serta gigitan keras yang menimbulkan bercak merah keunguan di bagian punggung dan bahunya.

"Sebagai pembukaan aku akan menyimpannya disini, aku harap kau tidak merusaknya karena ini mahal"

"Sehun ahh~ jangan, aku mohon jangan lakukan ini"

"Kenapa? Bukankah lubangmu sangat lapar hm? Sebelum kau makan kau harus makan hidangan pembuka bukan?"

"Tapi sehun AKH! Nnghhh shhh hhaa ahh"

Sehun menyeringai puas, tanpa aba aba ia segera memasukan sebuah anal beads kedalam lubang anal luhan. Memasukannya satu persatu sampai semuanya tertanam habis didalam lubangnya, memang ini tak separah vibrator yang menghantam habis lubangnya, namun tetap saja benda ini punya efek yang sama jika luhan menggerakan tubuhnya.

"A..ahh sehunhh ohhh ahh nnhh"

Sehun tak menjawab, ia masih asyik dengan mainan itu. Menariknya masuk dengan perlahan lahan lalu kembali mendorongnya masuk dengan kasar, terus begitu sampai luhan melengguh nikmat dibuatnya.

"Ahh~ ini sudah sangat tegang sayang, kau bisa bertahan lebih lama lagi hm?"

Diusapnya pelan penis luhan, lalu dengan sengaja memainkan ujung kepala penisnya bergesekan dengan telapak tangannya. Sehun tersenyum dalam hatinya saat luhan menggeleng gelengkan kepalanya, luhan bukan pria yang bisa menahan klimaksnya seperti dirinya. Luhan juga bukan orang yang tahan dengan godaan.

"Hhaa ummhhh sshh oohh!"

"Jika kau berani klimaks lebih awal, aku akan melakukan ini semalaman lu, kau mengerti?"

"Aaahh ya...yahhh ahh mmhh nnaahh ahh ahh"

"Good boy"

Sehun mengusak rambut luhan lalu kembali membalik tubuh luhan hingga ia kembali terlentang. Sehun tatap wajah manis yang memerah padam dengan jejak jejak air mata yang masih terlihat jelas di kedua pipinya. Mata rusanya yang selalu memancarkan keceriaan kini berubah sayu, tatapan penuh nafsu yang kini menguasai tubuh kecil itu, mulut kecilnya terbuka lebar menyuarakan desahan desahan yang terdengar manis, lemah, namun berhasil membangunkan sisi birahinya.

Setelah puas memandangi wajah luhan, sehun beranjak dari ranjang lalu melangkah keluar kamarnya begitu saja tanpa memperdulikan luhan yang menggeliat diatas ranjang. Mencoba memuaskan dirinya sendiri tanpa bantuan kedua tangannya.

.

.

Brugh!

Sehun hampir saja menyemburkan air teh yang baru saja melesat masuk melewati kerongkongan keringnya, ketika ia mendengar suara debuman cukup keras dari arah kamar. Sehun mengheningkan dirinya sejenak, ia masih mendengar suara desahan luhan dari arah kamar itu berarti tak terjadi apa apa.

Namun untuk memastikan sehun berlari kecil kearah kamar lantas membuka pintu kamarnya cepat.

"Oohh ahh sehunhh ahhh~ nngghh hhaa ahh"

Sehun terkejut, suara debuman itu ternyata suara tubuh luhan yang jatuh kelantai dari atas ranjang. Saat ini luhan sedang berlutut dilantai tak berdaya, sehun berkacak pinggang dengan sebelah alisnya yang naik mencuat keatas.

"Apa yang kau lakukan dilantai dingin itu? Apa ranjang sudah tidak nyaman bagimu hm?"

Luhan menggeleng, lalu bergerak merangkak perlahan kearah sehun. Melihat itu sehun menyeringai lalu menutup pintunya dan berjalan pelan kearah luhan. Wajah luhan terlihat mulai memerah dari sebelumnya, sorot matanya memelas meminta rasa belas kasihan dari sehun. Sehun berdecih tanda kesal, ia ingat betul bagaimana ekspresi luhan ketika memarahi nya malam itu didepan umum.

Dan sekarang baginya kejadian lampau itu terlihat lucu, ekspresi luhan kala itu jauh berbeda dengan ekspresi nya saat ini, penuh dengan keputus asaan.

Sehun berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan luhan yang berlutut dihadapannya. Ia apit kedua pipi luhan diantara jari jemarinya.

"Kenapa kau tampak putus asa huh? Jangan berakting seperti kau adalah orang yang paling malang didunia ini"

Luhan menggeleng.

"Aku tidak suka ekspresi seperti itu"

"Apa yang kau mau?" tanya sehun, luhan tak menjawab, matanya hanya bergerak kebawah; tepatnya ke arah selangkangan sehun.

Cukup 2 detik saja baginya untuk mencerna makna dibalik tatapan luhan. Ia tersenyum kecil lalu menarik wajah luhan keatas dengan kasar.

"Hmm"

"Aku tahu apa yang kau mau, luhan" dan sehun tersenyum licik mengisyaratkan kemenangannya.

.

"Akhh akhh! Sshh aah"

Sehun mendongkak, memejamkan matanya erat saat penis panjang tegaknya bermain apik didalam rongga mulut luhan. Kesepuluh jemarinya meremas remas rambut luhan mengisyaratkan pada pria manis itu untuk melakukan lebih dari sekedar mengulum dan menjilati penisnya.

"Ammhh mmphh mmh" luhan mendesah tertahan.

"Fuck! Kenapa kau lamban sekali luhh, kau membuatku gila"

Ditariknya rambut luhan sampai penisnya terlepas dari dalam mulut kecil itu, lalu dengan paksa dan sadis sehun menjambak rambut luhan dan mendorong paksa semua bagian batang penisnya melesak kedalam mulut luhan.

"Mmhh! Mhh! Nnhh" luhan membuka matanya lebar lebar ketika ujung kepala penis sehun menusuk sampai kerongkongannya.

"Asshh.. Ahh ahh.. Hisaph itu sayang ahh lebih cepathh"

Sehun tersenyum, baginya ini adalah sebuah pemandangan yang cukup awkward. Ia belum pernah bersikap sekasar ini pada luhan, namun melihat luhan yang berlutut pasrah di lantai sambil menghisap dan mengulum habis penisnya sungguh suasana yang luar biasa menggairahkan.

"Uuhh aahh nnghh shh ah ah"

Air mata luhan menetes entah untuk yang keberapa kalinya, bibirnya mulai terasa panas dan kaku saat batang berurat dan besar itu terus menggesek bagian dalam rongga mulutnya. Luhan hanya bisa mengoral penis sehun semampu yang ia bisa, karena jika tidak sehun akan menatapnya tajam lalu memaksanya untuk menghisap penis itu lebih dalam dan dalam lagi.

"Ahh yeaahh goodhh boyy sshh haa" diremasmya lagi rambut luhan lalu ditarik dan didorongnya lagi kepala luhan, sampai luhan menjerit dibalik aktifitas oralnya.

"Cumhh hanniehh, bersiaplahh buka mulutmu" merasakan ia hampir mendekati puncaknya, sehun melepas penisnya dari mulut luhan.

Tangan kirinya menarik kepala luhan hingga mendongkak, dan tangan kirinya mengocok penis tegangnya, lekas ia arahkan mulut luhan yang terbuka lebar.

"Nnhh hhaa sehunhh"

Pergerakan tangan itu semakin cepat, cepat, cepat dan..

Crot

Crot

"Mmhh mmppphh nhh! Uhuk!" luhan terbatuk, cairan putih kental itu tepat mengarah kedalam mulutnya. Jumlahnya cukup banyak hingga membuatnya kaget lalu terbatuk berkali kali.

"Kau manis lu" sehun tersenyum puas menyaksikam adegan itu, menyaksikan wajah dan bagian dagu luhan kebawah berlumuran sperma hangatnya.

.

.

Luhan terduduk lemas dilantai, kedua tangannya masih terikat dan bahkan kali ini kedua matanya ditutup oleh sebuah kain hitam panjang yang diikat di belakang kepalanya. Luhan tak melawan sama sekali, luhan benar benar pasrah atas siksaan seksual apa lagi yang akan ia terima dari kekasihnya itu.

Bugh!

Luhan tersungkur dilantai setelah punggungnya di dorong tiba tiba, pipinya merah karena bergesekan dengan lantai dingin yang kini menjadi alasnya. Sehun sudah melepas paksa kemejanya sampai sobek dan membuangnya begitu saja, luhan meringis pelan ketika dada telanjangnya bersentuhan langsung dengan lantai itu.

"Kau sudah cukup longgar lu" Ucap sehun seraya menarik pinggang luhan keatas dan membuka kaki luhan lebar lebar, hingga luhan kini bertumpu dengan kedua lututnya di atas 'matras keras' itu.

"Nnhh.. Perlahan sehun aku mohon" peringatan itu meluncur dari mulut luhan saat kedua jari sehun melesat masuk kedalam manholenya tanpa pelonggaran terlebih dahulu.

"Tutup mulutmu yang berisik itu lu, malam ini aku bebas melakukan apa saja yang ingin aku lakukan"

Plak!

Satu tamparan sehun daratkan diatas bantalan pantat putih milik luhan.

"Aahh! Sehunhh ahh" dan entah mengapa tamparan itu meninggalkan sensasi nikmat yang tak terduga di lubangnya sampai sampai luhan menggoyangkan pantatnya dihadapan sehun.

"Aahh~ kau sudah tidak sabar huh?"

"Nnghh sehunhh ku mohonnhh" pintanya memelas.

"Aku tidak akan melakukannya dengan lembut sayang, tidak akan"

Sehun menyeringai, dan tanpa pemberitahuan lebih dulu ia mendorong keras penis tegangnya kedalam lubang anal luhan. Sehun menarik nafasnya panjang ketika ia menemui kesulitan saat membobol lubang merah berkedut itu.

"Uungghhh! Sshh hhhaa ahh!"

"Akhh! Kenapa masih sempith ah!" racaunya tak mengerti, padahal ia sudah memasang sex toy terlebih dahulu dengan dalih agar otot otot lubang anal luhan melemas dan mengendur.

"Anngh! Aahh perlahan sehun!" luhan merintih.

"Jika kau banyak mengoceh, aku akan semakin kasar padamu!"

Sehun menekan kepala luhan saat luhan berusaha menegakkan tubuhnya. Sehun mencari posisi nyamanya dengan menekuk satu kakinya dan mengangkat tubuhnya sedikit keatas.

"Mmhh hhaa!"

"Aah~" dan itu berhasil.

Ia bernafas lega, melihat penisnya kini bersarang didalam lubang anal yang amat sempit itu. Hanya butuh waktu 4 detik baginya mencari cari kembali posisi nyamannya untuk melakukan penetrasi, dan setelah itu ia memompa hebat pantat luhan dengan penisnya.

"Nnghh nghh! Hhha sshh oohh o...ohh ahh ahh!" luhan menjerit, sehun benar benar melakukannya dengan kasar.

"Aahh hhaa, sebut namaku"

"Mmhh" luhan menggeleng.

Plak!

Tamparan kedua kembali dilayangkannya.

"Sebut namaku" ulang sehun.

"Sehunhh ahhh! A...ahh hhuuhh aawwhh ahh!"

Luhan mengigit bibirnya kuat, memejamkan matanya erat dibalik penutup mata itu, dan menahan nafasnya beberapa detik saat tubuhnya bergerak maju mundur membuat nipple tegangnya tak sengaja bergesekan dengan lantai.

"Uuhh godhh, so tight" sehun mendongkak dirasanya rektum luhan menjepit kuat kuat penisnya.

"Nnhhahh nnghh mmh~" sehun mendesah nikmat dan semakin mempercepat pergerakannya, sampai suara kulit yang saling beradu itu menggema hebat di dalam kamar itu.

"Gggahh ahh sshh nnhh hmmhh eunghh!" tangan luhan yang terikat mulai bergerak meremas ujung penisnya yang tak terjamah sedikitpun oleh sehun.

Sungguh suatu penyiksaan yang kejam dan keterlaluan.

"Oohh~"

"Se-sehunhh ahh terlaluuh dalamhh huuhh ahh!"

Pupil mata luhan melebar, tusukan sehun terlalu dalam dan hal itu menyulitkannnya untuk mengimbangi permainan sehun yang kasar ini.

"Aahh~ ini nikmat luuh" sehun berdalih.

"Mmpphhh! Cumhh! Cumhh!"

"Bersama"

Keduanya mencapai puncaknya bersama, luhan merasakan rasa lelah yang teramat hingga ia hanya bisa terkulai lemas diatas lantai dengan sperma sehun yang berlomba turun dari dalam lubang analnya.

.

"Hhunhh ahh... Sshh hhuhh huuhh angghh~"

Sehun tersenyum kecil, menatap wajah luhan yang memerah lekat lekat. Posisi normal sengaja ia ambil kali ini, karena ia ingin melihat ekspresi wajah luhan saat sehun kembali menggenjotnya.

"Katakan kau ingin lebihh sayangh" goda sehun, ia usap lembut rambut ash blonde luhan lalu mengecup dahi luhan pelan.

"Lebihh dalamhh sehun hhhaa ahh lebihh dalammhh" mohon luhan, matanya kembali berair, namun tentu saja sehun tak melihatnya karena mata indahnya masih tersembunyi dibalik kain hitam itu.

Plak!

Sehun menepis tangan luhan yang berusaha menggapai penisnya, ia kembali memberi luhan hukuman dengan menambah intensitas gerakannya yang semakin membabi buta.

"Aku tidak menyuruhmu untuk menyentuhnya"

"Nnghh~ sshhh hhooo ahh" luhan mengangguk

"Luuhanhh ahh ahh" sehun menjilati bibirnya sambil menatap luhan yang tampak sudah sangat tersiksa.

"Eummhh nnhh hunhh ahh~ aahh yatuhannhh ahh ahh"

"Uuhh uhh!" dan tiga kali tusukan keras itu berhasil membawa kedua kepuncak kenikmatan.

"Mpphh! Nnhh nhh! Hhnghh"

.

.

Penyiksaan malam itupun berlanjut, kali ini luhan tampak pasrah menungging tinggi di tepi ranjang. Dada dan kepalanya menempel erat diatas ranjang, sedangkan kakinya berdiri lalu membukanya agak lebar.

Sehun menungganginya dari belakang dengan posisi berdiri, dan sudah sekitar 7 menit ia menggenjot kasar lubang itu tanpa ampun.

"Sshh hhaa kau tahu apa kesalahanmu lu?" sehun kembali berdialog

"Mmhh!" luhan menggelengkan kepalanya.

"Kauhh benar benar tidak tahu hmmhh?"

"Tidakhh pphhh ahh! Sehunhh hentikanhh tolonghh"

Kali ini luhan meminta, tubuhnya sudah lemas, otaknya tak bisa berpikir. Ia tak tahu apa yang menjadi kesalahannya sampai sehun menghukumnya seperti ini.

"Jawab aku lu!" ucap sehun dengan intonasi tingginya sambil menggerakan penisnya lebih cepat dan cepat.

"Aahhaaa ahhh hentikanhh hhuhhh ahh! A..akuhh mohonhh" air matanya menetes lagi.

"Kau tahu apa kesalahanmu!?" tanya sehun lagi dengan geram.

"Nnhh hhaaa aahh~" luhan menggelengkan kepalanya untuk kedua kalinya menanggapi pertanyaan sehun.

"Baiklah, aku tidak akan berhenti sampai kau sadar apa kesalahanmu"

Sehun menekan kepala luhan semakin erat keatas ranjang.

"Tidakkhh ahh ahh sakitthh hungh ahhh inihh sakitthh hentikan!" luhan menjerit lagi kala penis tegak yang besar itu menumbuk prostatnya semakin brutal.

"Aahh~ tapi ini hebat" sehun menyeringai dan tertawa kecil.

"Oohh sehunhh ammhh anggh akhh!"

"Teruslahh menjerit sayang, aku suka itu"

"Sampaihh ahh"

"A..a..a, sshh tidak sekarang sayang"

Sigap jari telunjuk sehun menutup lubang di kepala penis luhan.

"Lepaskanhh sehunhh ku mohonhh akkhh!" luhan mengerang tak tahan, sehun malah dengan sengaja meremas testisnya dan mengusap seduktif batang penisnya yang memerah.

"Tunggu sampai aku selesai"

"Aadd..uuhh ahh aahh Ahhh!"

"Huhhh ahh!"

Tusuk lagi, lagi, dan lagi. Semakin dalam, dalam, dan dalam lagi, bertambah cepat, cepat dan lebih cepat.

Hingga dalam waktu 2 menit keduanya melolong keras memenuhi setiap sudut ruangan dengan erangan penuh kenikmatan birahi.


Sssrrrttt ssrrttt

"Uhukk!"

Luhan terbatuk saat sehun dengan sengaja menyemprotkan air dari shower ke arah mukanya, dan membuat luhan tak sengaja menelan air itu kedalam mulutnya.

"Kau masih belum sadar apa kesalahanmu xi luhan!?" sehun berkacak pinggang di hadapan luhan yang bersimpuh lemas dilantai kamar mandi.

"Aku tidak tahu sehun! Hiks aku tidak tahu! Berhentilah menyiksaku sehun!"

Ditatapnya wajah sehun, sorot matanya menunjukan sebuah kejujuran. Demi tuhan, luhan tak mengerti apa kesalahannya yang sehun bicarakan berulang ulang kali.

"Menyiksa? Aku tidak menyiksamu sayang, aku hanya membantumu untuk mengingat apa yang menjadi kesalahanmu"

Luhan menggertak, ia benar benar tak suka keadaan seperti ini. Dimana sehun sedang menginterogasi nya seakan akan ia sudah melakukan kesalahan fatal sampai membunuh nyawa yang tak berdosa, jika alasan sehun karena cemburu itu alasan yang terlalu klise menurut luhan.

Ssrrttt

"Jangan menatapku seperti itu lu!"

"Uhukk!" lagi, luhan terbatuk.

"Baiklah, kalau begitu kita akhir disini"

Sehun melempar showernya kelantai setengah dibanting, lalu menarik tubuh luhan untuk bangkit dari posisinya. Melepas ikatan tali di tangan luhan lantas mendorong tubuh telanjang luhan sampai menabrak tembok kamar mandi itu.

"Sehun, hentikan ini aku mohon"

"Jika kau bicara lagi, aku akan membiarkanmu tidur disini malam ini!" dan luhan bungkam.

Ini terlalu kejam, pikir luhan.

Sehun menghimpit tubuh luhan ke tembok, menarik paksa satu kakinya untuk melingkar di pinggangnya dan kembali mendorong penisnya masuk kedalam lubang sanggama luhan yang mulai memerah dan sedikit berdarah.

"Akkhh! Sehunhh cukupphh ahh!"

"Pertama ku tidak suka melihatmu bersama wanita itu apalagi saat malam hari!"

Ucapnya mengingatkan sambil terus menggenjot lubang berdarah itu terus dan terus.

"Nnghh hhaa! Ahhh euhh mmhh sehunhh!"

"Kedua, aku tidak suka kau mengabaikanku hanya untuk menjawab telepon dari wanita itu!"

"Anggh! Uungghh sshh shh a..ahh!"

"Ketiga, aku tidak suka kau memarahiku dan mengataiku egois didepan orang banyak"

"Sehunhh! Astagahh k-kauuh ahh!"

"Dan keempat, aku tidak suka orang yang tidak sadar akan kesalahannya"

"Cukuphh sehunhh ahh cukupphh kuhh mohonhh Ahh!"

Jeritan luhan tak digubrisnya, sehun malah semakin gencar menggerakan penisnya maju mundur dengan cepat. Mengigit ceruk leher luhan hingga meninggalkan bekas luka berdarah lalu mengecupi setiap lekuk wajah luhan.

"Maka dari ituhh hhaa~ jangan buat aku marah lu" ia tatap wajah manis itu lekat.

Hanya memperingati pada pria manis itu agar tidak sekali kali lagi membuatnya marah.

"Euuhh o..ohh anhh mhh stophh sehunh khh ahh!"

"Sekarang kau sadar apa kesalahnmu hh?"

Sehun menyungingkan senyumannya sambil menarik dagu luhan keatas.

"Y..yahh ahh astagahh ahh uuhh uuh!"

Crot

Crot

"Hhaa ahh~"

Luhan mendesah, ia berharap ini desahan yang terakhir kalinya untuk malam ini. Kepalanya terkulai lemas di bahu sehun, keping mata indahnya yang semula bearair tertutup tenang meskipun nafasnya masih tersengal-sengal.

"Hhh...lu?"

"Kau jahat sehun"

"Lu?"

"Aku lelah, biarkan aku tidur"

.

.

Sehun baru saja keluar dari kamar mandi sambil menggendong luhan ala bridal style, setelah itu ia baringkan luhan diranjang dengan hati hati. Tak mau melihat luhan yang tidur dengan menggunakan bathrobe sehunpun memakaikan pakaian yang hangat untuk luhan.

Ia duduk ditepi ranjang, menatap wajah manis yang tertidur dengan tenangnya. Ia usap punggung tangan luhan dan mengecup pergelangan tangan luhan yang menerah dan membiru dengan lembut, kemudian dikecupnya manis bibir yang terluka dan berdarah itu.

"Maafkan aku lu, aku harap kau tak membenciku"

Sehun beranjak setelah itu, menyambar ponselnya yang tergeletak di nakas dan membuka kunci layarnya. Ada satu pesan masuk, dan pesan itu tidak lain dan tidak bukan adalah dari sahabatnya, Chanyeol.

'Sehun, kau bercanda bukan? Aku harap kau tidak mengambil langkah yang salah, pikirkan tentang luhan, bicarakan dengan baik baik, kau tahu luhan sangat mencintaimu, renungkanlah keputusanmu untuk mengakhiri hubungan kalian, aku dan baekhyun bersedia membantumu jika suatu saat kau membutuhkan kami'

Sehun memijat pelan pelipisnya, menerawang langit langit kamarnya lalu menoleh kearah ranjang.

"Aku juga berharap semoga aku tidak salah mengambil langkah"

Sehun sudah membulatkan apa yang telah menjadi keputusan akhirnya untuk hubungannya bersama luhan kedepan. Entah itu baik atau buruk, itulah keputusan yang akan ia ambil.

.

HunHan : Punishment ?

.

This fict so fuckin' fail

Teuing ah neng mah teu apal itu nulis apaan, neng gk paham (._.) mana apdetnya malem lg yah :v

Ceritanya mau buat fict BDSM tp malah gk tega jadi cukup sampai batas itu aja adegan bdsmnya ya (maafin dedek ya tante :v) intinya tolonglah reviewnya jan sampe ketinggalan :'v

Then, big thanks yg udh baca, review, fav, and blablabla, sekali lg buat yg mau request ff atau mau menyumbangkan idenya (*.*) bisa add line akoh atau bbm akoh yups :'v (pin dan id ada di bio, cek cek cek!) atau mau pm juga monggo.. Oh iya! Ff ini ada prequelnya mau post kapan blm tahu, ditunggu aja monggo kalau penasaran, kalau enggak sih yaudah cmn announcement aja sih akoh mah :v

Sekali lg big thanks my beloved readers... Wo ai ni~ wo ai ni~ Zaijian!

.Yoobeeeeeeee. :*