Every man's life is a fairy tale written by God's fingers

.

.

.

Once in a while, right in the middle of an ordinary life, love gives us a fairy tale…

.

.

.

Prologue

"Claire de Lune"

By roseapple

Disclaimer : Naruto belong(s) to Masashi Kishimoto

Warning : AU/OOC.

Rate : M for Safe

.

.

.

Jejeran pohon dan hamparan rerumputan hijau, membentuk liukan alam yang sempurna. Di antara lekukan-lekukan yang membentuk lembah dan pegunungan kecil tersebut, terdapat bangunan-bangunan rumah yang terlihat sudah tua, serta kastil-kastil megah berdiri di sana. Begitulah pemandangan desa Clapham, yang mengagumkan—menarik setiap pandangan.

Musim semi sedang menyelimuti desa ini, bunga mawar berwarna jingga hampir menghias setiap sudut desa. Sementara Sang Matahari bersinar dengan gagahnya, angin khas musim semi berhembus dengan begitu lembutnya.

Seorang gadis desa dengan rambut merah mudanya, sangat menyukai aroma musim semi, di mana bunga-bunga bermekaran dengan harumnya. Sakura Haruno dan musim semi adalah satu bagian yang tak dapat terpisahkan.

Angin memainkan gaun berwarna coklat muda yang dipakai olehnya. Kaki jenjangnya melangkah dengan keanggunan yang tak dapat disembunyikan. Sakura sedang menyusuri jalan perkomplekan rumah bangsawan pagi ini, dengan sebuah keranjang kecil berpita merah muda tersematkan di antara sikunya, berisikan beberapa buket bunga warna-warni. Rambut panjangnya tak ia biarkan tergerai, terkuncir rapi dengan pita putih yang membuat surai merah jambunya semakin manis. Mata emeraldnya bersinar dengan keindahan yang tersimpan di baliknya.

Senyum terpasang manis di wajahnya yang manis. Sesekali ia mengangguk kecil untuk menyapa orang-orang yang bertemu pandang dengannya. Tiba-tiba, langkah kakinya berhenti, tepat di depan sebuah rumah besar nan megah.

Melangkah mendekati gerbang rumah, ia berujar pelan, "Mrs, pesanan bunga anda."

"Ya sebentar," sahut seseorang dari dalam.

Gerbang besar yang terbuat dari kayu pohon ek itu terbuka, terdengar bunyi kriet yang bergema.

"Oh, Ms.Haruno. Terima kasih sudah mengantar sepagi ini," seorang wanita memakai pakaian Maid tersembul keluar. Pipi keriputnya membentuk lesung saat ia tersenyum.

"Ini memang tugas saya, sampaikan salam saya kepada Mrs. Montez ya, bi." Sakura merekahkan senyum sembari menyerahkan buket bunga tulip dan setangkai mawar putih.

"Baiklah, bunga mawar putih ini adalah salammu 'kan?"

Sakura mengangguk kecil, "Hm, kalau begitu saya permisi dulu."

Sakura mundur beberapa langkah. Lalu berjalan kembali sambil melambai kecil kearah sang Maid yang masih berdiri di depan gerbang.

Jika dilihat dari fisik dan keanggunan yang terlihat, Sakura mirip seorang putri—setidaknya ia bermimpi demikian. Ia bermimpi menemukan pangeran di hidupnya, lalu menikah dan hidup bahagia selamanya. Impian yang sederhana bukan? Namun nyatanya dirinya hanya seorang gadis biasa yang terlalu sering bermimpi menjadi Cinderella.

.

.

If you see the magic in a fairy tale, you can face the future…

.

.

Malam datang dengan sang rembulan. Dengan udara yang sarat akan rasa dingin—angin menusuk epidermis kulit yang terbuka, menerbangkan helaian rambut merah muda panjangnya yang tergerai lurus di balik bahunya. Sakura menatap langit malam dengan antusias, dengan senyum yang tetap setia tersungging di bibir merahnya. Berdiri di atas balkon kamarnya, ia memandang sinar bulan sabit yang menghias langit, menerangi dengan cahayanya yang kecil bersama sekumpulan bintang-bintang.

Ia bersenandung—melantunkan lagu-lagu yang meluncur dengan merdu dari pita suaranya. Tatapannya masih terpaku dengan pemandangan langit di atasnya.

"…I'm not a princess, this ain't a fairy tale…"

Suara merdunya masih mengisi udara, sebelum akhirnya berhenti dan keadaan tiba-tiba berselimut keheningan. Sakura menyentuh leher jenjangnya, sampai jari-jari halusnya menyentuh benda yang menggantung disana—sebuah kalung berbentuk bulan sabit. Ia memejamkan matanya perlahan, tangannya memegang kalung tersebut erat, dan senyum lembut terlukis di wajah cantiknya.

Ia bergumam pelan,"I wish, someday… my dream will come true."

.

.

Close your eyes…

Then the story will begin.

.

.

Sakura masuk kedalam sebuah toko bunga mungil yang terlihat begitu indah karena dipenuhi oleh berbagai macam bunga. Musim semi memang menyenangkan, ditambah lagi dengan pesanan yang menggunung setiap harinya. Untung saja pegawai di toko ini cukup banyak. Ia tersenyum senang,karena siang ini, tugasnya mengantarkan bunga sudah selesai.

"Ino, tugasku hari ini sudah selesai," ujar Sakura terhadap gadis sexy dengan rambut blonde yang diikat menutupi sebelah wajahnya.

"Baguslah, kau bisa istirahat—eh tunggu dulu. Ada satu pesanan lagi ke kastil bangsawan Uchiha." Kata gadis itu—Ino Yamanaka yang sedang sibuk dengan rangkaian bunganya.

"Kastil bangsawan Uchiha? Itu jauh sekali,"keluh Sakura.

"Naik saja sepedaku,"santai Ino menimpali.

"Baiklah," Sakura menghela nafas. Padahal ia berharap akan pulang dan beristirahat sejenak setelah mengantar beberapa pesanan. Namun apa daya, ia tidak bisa mengelak perintah bos sekaligus sahabatnya itu.

Sakura mulai beranjak pergi menuju kediaman bagsawan Uchiha, sambil menggoes sepedanya dengan hati-hati. Buket bunga yang telah terangkai dengan apik ia taruh di keranjang sepeda.

Sesekali ia bernyanyi kecil—bersenandung dengan riang, menempuh perjalanan sekitar lima kilometer itu membosankan jika tak diselingi nyanyian.

Sakura tiba di jalan sepi. Rasa takut sedikit hinggap di hatinya ketika berada di sana , walaupun sudah siang, hanya sedikit orang yang melintasi jalanan ini. Jalanan ini biasanya hanya dilewati oleh kereta kuda para bangsawan.

Tiba-tiba.

Ckiiiit… Brukk!

"Ada apa?" seorang wanita berambut gelap menyembulkan kepalanya dari dalam kereta kuda. Ia melihat keluar jendela, ingin mengetahui apa yang terjadi hingga kereta kuda yang ia naiki berhenti dengan kasar, seperti menabrak sesuatu.

"Oh, astaga!" ia memekik ringan, segera keluar dari kereta kuda tersebut.

"Kenapa kau tak hati-hati?" Ia menoleh ke arah kusir yang menjalankan kereta kuda, lalu mendekap tubuh Sakura yang terkulai lemas dan tak sadarkan diri. Sepedanya terjungkal, bunga yang ada dikeranjangnya berserakan.

"Maafkan kami Madam."

"Oh Tuhan, maafkan aku. Bertahanlah." Wanita tersebut mengusap rambut Sakura perlahan, melihat kondisi Sakura—tidak terluka terlalu parah memang, hanya sedikit luka-luka kecil. Saat sedang beruaha membangunkan Sakura, tiba-tiba ia merasakan sesuatu menyembul keluar dari balik kerah gaun yang Sakura kenakan—sebuah kalung.

'Kalung Bulan sabit? Bukankah ini?' pikir sang wanita, 'Apakah dia…?'

Tenggelam dalam pikirannya, wanita paruh baya itu mulai menimbang keputusan yang harus diambilnya.

"Kita harus bertanggung jawab. Kita bawa ia ke kastil!" serunya kepada para pengawalnya.

Sakura dibopong masuk ke dalam kereta kuda. Paha sang wanita dijadikan alas kepala Sakura.

"Beautiful." Gumamnya, "Our jewel," wanita itu tersenyum manis.

.

.

Close your eyes…

Then the story will begin.

.

.

Angin melambai-lambai di luar, bergesekan dengan semak-semak dedaunan. Serakan bunga yang berasal dari keranjang sepeda Sakura berterbangan. Sepedanya yang sedikit rusak tersandar di pohon besar.

Bunyi tapak kaki kuda semakin menjauh. Membawa tubuh Sakura mendekati mimpinya.

Mimpi yang mungkin sebentar lagi akan terwujud…

.

This is your dream, right?

A fairytale about the princess and the prince…

.

.

.

To Be Continued

Author's Note:

Ehem, Selamat (pagi, siang, malam) semuanya… ini adalah fic kedua saya. Dan saya mengambil setting western AU. Di sini bersetting di Negara Inggris, Calpham adalah salah satu desa di kota Yorkshire Dales. Setting waktunya juga jadul, artinya masih menggunakan pakaian eropa khas kerajaan. Ceritanya mungkin dapat ditebak dari sini, dan temanya sudah pasaran, tapi tenang saja, saya membuatnya memang drama romantic, tapi saya membedakan dengan cerita lainnya, yang mungkin bertema sama.

Terima kasih sudah membaca :)

Give me review or concrit, please :D