Disclaimer :: udda pasti Harry Potter dkk tuh punya gua .. hahahahahahaa , kenapa ? gak percaya ? yaa bagus dehh , emang gua boong ..
Kalau Harry Potter dkk punya gua, sekarang gua udda kaya kaliiiiiiiiiiiii…
Pairing :: DraMione. Woohoooo, I love this pair ?
Warning :: OOC. GAJE. ANEH!
Summary :: Gimana jadinya kalau Harry Potter, Ronald Weasley, Theodore Nott, Draco Malfoy dan Pansy Parkinson bersatu dalam satu ikatan yang dinamakan persahabatan? Fic ini terinspirasi dari dari imajinasi gua yang penuh dengan kebosanan dengan karakter Draco yang super-duper cuek, angkuh, sombong, jutek, judes, dingin (es kaliii) dan tidak berprikepenyihiran .. *plaaakkk.. ditampol fans Draco.
Hehehee, tapi gimanapun Draco, gua tetep mau koo jadi cewenya. Hahahahahahaa , *ngarep..
Dan mungkin disini sikap Draco bakal lebih mirip kaya James 'prongs' Potter. Dengan kata lain ini fic Dramione versi James-Lily.
Kalau ada kata-kata yang mirip, maaf yee. Nyontek dikit, hehe..
No magic. No voldy moldy. No Hogwarts. No quidditch. Harry Potter muggle version.
DON'T LIKE..DON'T READ
Love at first sight
"argghh ,, kenapa noda saus ini susah sekali dibersihkan siih ?" gerutu seorang pemuda berambut pirang saat keluar dari toilet.
"salah kau sendiri, kau begitu ceroboh Draco.." sahut seorang lagi yang sedari tadi berdiri didepan pintu masuk toilet, memberitahu. "kau lama sekali didalam tadi, sebenarnya sedang apa?" Tanya temannya lagi sambil memandang pemuda berambut pirang yang bernama Draco yang masih asyik atau mungkin 'kesusahan' membersihkan noda merah dikemejanya.
"kau kira aku sedang apa Theodore Nott ? makan didalam toilet ?" Tanya Draco ketus tanpa menatap temannya .
Theodore atau yang biasa dipanggil Theo oleh teman-temannya itu mengangkat bahunya, "yahh.. jika ditelusuri dan dilihat dari kemejamu yang kotor terkena saus, bisa jadi.." sahut Theo, nyengir.
"terserah kau sajalah.." jawab Draco cuek secuek-cueknya orang cuek.
Selama beberapa saat keduanya terdiam, tidak ada yang mengeluarkan suara ataupun ucapan.
Draco masih saja sibuk dengan aktivitasnya sendiri, membersihkan kemejanya. Dan Theo mengamati teman dihadapannya dengan serius.
"ayo kita pergi. Ron dan Harry pasti sudah menunggu…" ajak Theo akhirnya.
Theo berjalan lebih dulu dan Draco mengikutinya dibelakang .. Belum genap 4 langkah mereka berjalan. Theo tiba-tiba menghentikan langkahnya sehingga Draco yang berjalan dibelakangnya dan tidak memperhatikan jalan didepannya, secara otomatis menabrak Theo.
"Wooww.." ujar Theo lirih.
"kenapa berhenti?" Draco yang sedang menggerutu bertanya kesal seraya menolehkan kepalanya dan menghentikan aktivitas membersihkan kemejanya.
"Pemandangan bagus Drake.. Lihat!" Theo menghentakkan kepalanya kearah depan dan menyeringai penuh arti.
Draco yang sudah mengubah ekspresi kesalnya menjadi bingung segera mengikuti arah pandang yang ditunjukkan oleh Theo dan menemukan seorang gadis berambut coklat gelombang, tinggi, berkulit putih, bertubuh langsing, yang cantik sedang berjalan menuju kearah mereka berdua. Atau memang arah yang dituju si gadis itu sama dengan tempat mereka berdiri? Entahlah (-,-")
Draco terpana melihat gadis itu, dia begitu cantik.. Tubuh Draco mendadak kaku, mata abu-abunya memandang sang gadis tanpa berkedip.
"Permisi..aku…." kata gadis itu saat sudah berada dihadapan Theo dan Draco.
"ma…" ucap Draco pelan tapi masih bisa didengar oleh dua orang lainnya. Pandangan matanya masih terpaku pada gadis berambut coklat cantik itu.
Theo dan si gadis memandang Draco penuh tanda Tanya dan menunggu kata selanjutnya yang akan keluar dari mulut Draco.
"Maaa…" ulang si gadis sedikit tidak sabar saat menunggu Draco yang tidak juga mengatakan apa-apa dan malah memandangnya seperti seekor singa yang menemukan kelinci buruannya untuk santapan makan siangnya.
Theo segera menyenggol pinggang Draco untuk menyadarkan Draco dari alam bawah sadarnya dengan siku tangan kanannya.
"aww" Draco tersadar dari lamunannya dan meringgis. Ia lalu menatap Theo dengan tatapan membunuh, sepertinya sikutan Theo terlalu kasar sehingga Draco kesakitan.
"maa.. maa apa maksudmu?" Tanya gadis itu tiba-tiba membuat Draco mengalihkan pandangannya dari Theo dan menatap gadis itu.
"maa..maa.." Draco mulai terbata dan menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali, entah apa yang harus ia katakan.. Ia sendiri bahkan tidak sadar kalau daritadi dua orang lainnya memperhatikan dirinya.
Gadis itu memandang Draco dengan pandangan bertanya, mungkin penasaran. Membuat Draco jadi salah tingkah. Gadis itu menyipitkan matanya saat Draco bertambah gugup.
'mata yang indah' batin Draco
'Sial! Jangan memandangku seperti itu nona..' keluh Draco dalam hati.
Mungkinkah Draco jatuh cinta pada gadis itu dipandangan pertama ?
"maa.. mantelmu bagus. Yaa , mantelmu bagus..'' kata Draco akhirnya. Dia sedikit bernafas lega saat bisa mengeluarkan kata-kata itu. Tapi itu tidak bertahan lama,
"apa matamu masih normal?" Tanya Hermione
"err , yaa tentu saja." Jawab Draco setengah yakin setengah tidak yakin.
"aku tidak memakai mantel disaat musim panas seperti ini. Membawanya pun aku tidak.." kata Gadis itu memberitahu.
Mata Draco membelalak, dia baru menyadari kalau gadis dihadapannya itu memang tidak memakai mantel. Sementara itu, disebelah Draco, Theo sedang berusaha menahan tawanya yang bisa saja meledak kapanpun. Dan Theo sukses menahannya saat mendapatkan death glare secara Cuma-Cuma dari temannya itu.
"Well.. dia memang sedikit konslet, nona.." kata Theo lebih kepada si gadis. Draco melotot pada Theo, "ahh, dan mungkin maksudnya tadi itu, maaf.. yaa kan Drake?" Theo melanjutkan sekaligus bertanya dan melirik Draco.
Draco yang ditanya secara dadakan itu terkejut, tapi toh dia mengangguk. Setidaknya alasan Theo lebih masuk akal ketimbang alasan Draco.
Berterima kasihlah pada Theo, Drake..
Sepertinya gadis itu tidak percaya pada alasan kedua pemuda ini, tapi dia diam saja. Enggan untuk berkomentar dan bertanya lebih jauh, itu hanya membuang-buang waktu saja, pikir gadis itu.
"Dan sedang apa kalian disini?" Tanya gadis itu mengalihkan pembicaraan dan menatap curiga pada Draco dan Theo.
"aku hanya mengantar dia.." jawab Theo, tersenyum.
"Dan kau?"
"tentu saja ke toilet…" jawab Draco agak bingung.
"ke toilet?"
"yaa.." ujar Draco mantap.
"untuk apa?" introgasi Hermione.
"menurut kau?" Tanya Draco balik, ada sedikit nada tersinggung dalam suaranya karena si gadis terus-terusan bertanya dan menatapnya curiga.
"Entahlah, tapi menurutku kau sedang mencoba untuk mengintip para gadis."
Seru si gadis cuek.
"maksudmu kau menuduhku?" Tanya Draco semakin bingung.
"yahh, kau masuk dalam toilet wanita. Bagaimana aku tidak mau menuduhmu?" Gadis cantik itu menunjuk papan pengenal diatas pintu yang bertuliskan 'ladies' "toilet laki-laki disebelah sana.." tunjuk gadis itu kearah yang berbeda.
Draco membelalak untuk yang kedua kalinya, Theo yang teringat kesalahan Draco saat masuk toilet tadi mencoba untuk menahan tawanya lagi. Draco memang benar-benar bodoh, batin Theo.
Draco membalikkan tubuhnya dan melihat papan besar bertuliskan 'ladies' memang terpasang diatas pintu putih itu. Wajah Draco seketika berubah warna menjadi merah, kentara sekali kalau ia memang sangat malu. Draco hampir tidak bisa mengeluarkan suaranya selain kata 'hah'. Menit selanjutnya, Draco memberikan tatapan mematikan lagi untuk Theo yang masih berusaha menahan tawanya.
"kenapa kau tidak bilang, bodoh?" bisik Draco pada Theo.
"Maaf mate, tadi aku sudah coba. Tapi kau keburu masuk," jawab Theo tanpa sedikitpun rasa bersalah.
"Dan, maaf.. Tapi bisakah kalian tidak menghalangi jalanku?" Tanya gadis itu lagi, dan tanpa menunggu jawaban dari keduanya gadis itu langsung menerobos melewati Draco dan Theo.
"aku.." Draco ingin sekali bilang kalau ia tidak menyadari itu toilet perempuan, tapi ia sama sekali tidak menemukan kosakata yang tepat untuk menjelaskannya. Jadi, hanya kata 'aku' saja yang terucap dari bibirnya.
"jujur saja, aku meragukan kalau matamu masih normal. Sebaiknya kau periksakan pada dokter." Gadis itu masuk kedalam toilet tanpa memandang lagi pada keduanya, ia bahkan menghiraukan Draco yang masih shock. Tapi, beberapa detik kemudian gadis itu keluar lagi, dan sepertinya ia teringat sesuatu.
''ahh yaa, hanya sekedar info untukmu..'' kata gadis itu, menunjuk Draco yang masih mematung ditempatnya berdiri. "resleting celanamu, terbuka." Dia melanjutkan dan langsung masuk kedalam toilet.
Draco terbelalak lagi, wajahnya yang sudah pucat bertambah pucat seperti vampire. Ia segera menutup resleting celananya dengan segera.
Kali ini Theo sudah tidak bisa menahan tawanya lagi, ''…'' Theo tertawa terbahak-bahak sekarang. Ia memegang perutnya yang sakit akibat tawa yang berlebihan, tapi apa boleh buat, ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi.
"terus saja tertawa Nott.." Draco memanggil Theo dengan nama marganya, dan itu bukan pertanda yang baik. Biasanya Draco akan memanggil teman dengan nama marganya hanya jika ia sedang marah. Dan itu sama sekali bukan waktu yang tepat untuk bergurau dengannya.
Draco terlihat kesal dan malu. Dan entah, mana yang kadarnya lebih besar.
"…." Theo tertawa lebih kencang lagi, ekspresi Draco yang sedang malu memang membuatnya bisa tertawa keras. "maaf Draco, tapi jujur saja..tadi itu sangat konyol, hahahahahahaa.." katanya disela-sela tawanya.
Draco mendengus melihat Theo terus menertawakan tingkah bodohnya didepan seorang gadis cantik. Ia juga tidak bisa melakukan apa-apa, karena kalau ia ada diposisi Theo, ia juga akan melakukan hal yang sama seperti Theo saat ini.
"Draco, sebenarnya apa yang tadi akan kau katakan pada gadis itu?" Tanya Theo, penasaran. Ia sekarang sudah lebih bisa mengendalikan tawa dahsyatnya.
"errr, aku..aku.. tadii…" Draco terbata lagi, entah kenapa hari ini Draco sepertinya senang sekali terbata. "tadiakumaubilangkalaudiamanis." Ucap Draco cepat.
Theo mengernyitkan dahi, Draco berkata cepat sehingga dirinya tidak mendengar apa yang dikatakannya, "maaf, aku tidak dengar.." ucap Theo jujur.
Draco mendengus lagi, dan kemudian menghela nafas pendek mencoba untuk lebih relax, "aku tadi mau bilang kalau dia manis.." ujar Draco dengan nada lebih tenang.
Seketika itu juga tawa Theo kembali menggelegar, kali ini bahkan lebih keras lagi. "…"
"kenapa kau tertawa? Bukankah aku benar?" Tanya Draco polos, baru kali ini Draco bertanya dan wajahnya menunjukan ekspresi seperti anak lima tahun yang minta dibelikan permen oleh ayahnya.
"hahahahaha.." Theo masih saja tertawa, "kau memang benar, aku setuju itu.."
"lalu kenapa kau tertawa?"
"karena kau bodoh.."
"ap-hey!"
"kau bodoh.. karena kau mengatakan hal yang bodoh Draco.. hahahahaa" Theo berkata masih dengan tawanya. "kalau kau mau memujinya, kenapa kau harus mengeluarkan kata 'ajaib' itu?" lanjutnya dengan menekankan suaranya pada kata 'ajaib'
"aku..aku, aku hanya malu mengakuinya.." aku Draco.
"hahahahahahahahahaa.. apa kau tidak sadar Drake, wajahmu tidak pantas untuk malu, karena tingkahmu tadi sudah memalukan.. hahahahahahahaa" ejek Theo sambil terus tertawa dan memegangi perutnya. Sesekali dia menyeka airmatanya.
"kau tertawa terus…" ujar Draco, menatap tajam Theo.
"hahahahahahahaa.. sudahlah, ayo kita kembali. Harry dan Ron sudah menunggu sebuah cerita yang akan menarik." Ajak Theo pada Draco.
Draco melotot, "kau harus berjanji tidak akan menceritakan ini pada mereka berdua, Theo.."
Theo mengangkat kedua tangannya keudara dan tersenyum jail, "Whoaa.. maaf sobat, tapi aku tidak janji.."
"kau! Kalau kau berani, akan kupenggal kepalamu.." ancam Draco..
"hooo.. aku takuuuuuttt," ujar Theo dengan suara dan ekspresi ketakutan yang sengaja dibuat-buat, "tapi, kurasa kau akan rugi kalau memenggal kepalaku" lanjutnya dengan ekspresi sedatar mungkin.
"kenapa aku rugi..?" Tanya Draco.
"karena kau akan kehilangan sahabatmu yang tampan ini kalau kau memenggal kepalaku, Malfoy.." ucap Theo dengan penuh rasa percaya diri. Dan Draco memutar bola mata abu-abunya.
"Draco.. kalau kau terus memutar bola matamu, ku jamin dalam waktu 1*24 jam bola matamu akan melompat keluar.." seru Theo dengan nada seserius mungkin, berbalik terbanding dengan seringai jahil yang terpasang diwajahnya.
"hooo.. kau lucu Theo,," ujar Draco malas dan segera berlalu dari hadapan temannya itu.
oOo
Harry dan Ron melambaikan tangan mereka saat melihat dua temannya, Draco dan Theo memasuki kantin yang belum terlalu ramai dengan Theo yang tertawa.
"kalian lama sekali.." ujar Ron..
"maaf," hanya itu kata yang keluar dari bibir Draco.
"kami mengalami sedikit kejadian menarik.." Theo berkata sambil mengerling kearah Draco.
"apa itu yang membuat kau tertawa Theo?" Harry bertanya.
Theo menyeringai penuh arti, "yahh.." jawabnya singkat.
"sepertinya menarik.." ucap Harry
"sangat.."
"apa itu?" Tanya Ron bersemangat sekaligus penasaran.
"tadi Draco melakukan hal bodoh didepan seorang gadis cantik.." Theo mengerling sekali lagi pada Draco.
Sedangkan Draco hanya pasrah menyerahkan nasibnya pada sang dewa keberuntungan berharap Theo tidak menceritakan kejadian konyol itu pada Harry dan Ron yang pasti akan tertawa.
Tapi sayang, keberuntungan belum berpihak padanya. Theo menceritakan kejadian memalukan itu pada dua temannya secara detail, sedetail-detailnya. Lengkap. Dari A-Z. Dari Sabang sampai Merauke. Dari awal sampai akhir.
Dan alhasil, mungkin semua sudah bisa menebak. Yapp, Harry dan Ron tertawa terbahak-bahak sampai berguling dilantai. Ok, itu terlalu berlebihan! Tidak hanya sampai disitu, Theo kembali menceritakan pengalaman konyolnya pada satu-satunya sahabat perempuan mereka, Pansy Parkinson. Saat gadis itu bergabung dengan mereka berempat. Draco menggeram dan menekuk mukanya yang sedari tadi sudah kusut. (?)
Great! Ini hari yang sangat INDAH dan BERSEJARAH bagi Draco Malfoy.
"hahahaa.. aku tidak menyangka kau bisa sekonyol itu Drake.." seru Ron ketika Theo sudah selesai menceritakan semua aibnya.
"kau bodoh.." komentar Harry.
"yahh.. kau melakukan kesalahan dalam waktu singkat sebanyak 3 kali… Woow, rekor untukmu Mr. Prefect.." ujar Pansy, pura-pura kagum.
"bisa-bisanya kau mengatakan mantelnya bagus, padahal saat ini musim panas. Dan parahnya lagi dia tidak memakai mantel. Hahahaa" ledek Harry dan tawanya semakin keras.
"Dan dari mana kau mendapatkan rekomendasi kata mantel untuk menggantikan manis? Perbandingannya sangat jauh Draco.. hahahaa," Ron berkata lagi.
"kurasa aku akan memberikan tropi untuk orang yang sudah merekomendasikan itu.." usul Theo.
Harry, Ron, dan Pansy tertawa semakin jadi, (jadi siluman?) Draco hanya menggerutu tidak jelas dan menyeruput minumannya sendiri.
"Dan kupikir usul gadis itu sangat brilian. Menyuruhmu untuk pergi kedokter mata. Hahahahaha, apa kau tidak membaca tulisan dipapan toilet itu Draco?" Tanya Harry usil.
"Dan kenapa kau bisa melupakan hal terpenting dalam hidup laki-laki. Menutup resleting celana adalah hal yang sangat wajib untuk pria. Hahahaaa," ejek Ron.
"aku tidak tahu, apa yang akan penggemarmu katakan kalau mereka tahu pangeran mereka lupa menutup resleting celananya… hahahahaaa," ledek Theo, kalau urusan ledek-meledek serahkan pada Theo. Dia ahlinya, dan Theo adalah salah satu manusia mungkin dimuka bumi ini yang paling jago dalam urusan meledek.
"kurasa mereka akan berkata begini," Pansy berdeham "Dracoooo…kami rela bunuh diri untuk berada diposisi gadis itu. Cepatlah bunuh kami…" seru Pansy menirukan suara seorang gadis dengan suara cempreng dan manja yang sangat dibuat-buat, dan sukses mengundang tawa Theo, Harry dan Ron.
"ha ha ha, ya itu lucu." Sahut Draco sebal. "Tertawalah sepuas kalian,"
"…" Theo, Harry, Ron, dan Pansy menuruti perintah Draco.
Setelah puas menertawakan Draco, mereka berempat meminum minuman mereka dengan sekali teguk. Rasanya tenggorokan mereka sudah kering kerontang karena tawa mereka sendiri.
Draco menyangga dagunya, bosan. Bosan mendengar teman-temannya meledek. Bosan dengan nasib dan kesialan yang ia dapatkan hari ini.
"Hey Draco, bukankah itu gadis tadi?" Theo memberitahu Draco dan jari telunjuknya mengarah pada pintu masuk kantin. Draco mengikuti arah yang ditunjuk oleh Theo. Sebuah senyum yang mungkin akan membuat para fans girlnya tidak berkutik, merekah dibibirnya.
"Hermione?" Harry dan Ron bertanya serempak saat melihat siapa gadis yang ditunjuk Theo sekaligus gadis yang sudah membuat temannya menjadi manusia paling bodoh dan konyol hari ini.
"kalian mengenalnya?" Tanya Draco balik dan membalikkan tubuhnya 180° agar bisa berhadapan langsung dengan laki-laki berambut hitam acak dan laki-laki berambut merah.
"Dia teman sekelas kami," ujar Harry memberitahu.
"kenapa kalian tidak pernah memberitahuku kalau dikelas kalian ada gadis secantik dia?" Tanya Draco lagi.
"Salahmu sendiri tidak bertanya.." ucap Ron cuek dan kembali meminum minumannya.
"Siapa namanya tadi? Her..Her..Hermoni?" tanya Draco sembari mencoba mengingat nama sang gadis.
"Hermione, Drake.." kata Theo, Harry, Ron dan Pansy mengoreksi.
"yayayaa… siapapun.." kata Draco tidak peduli dan meneruskan memandang Hermione. "Bukankah dia gadis yang cantik?" tanya Draco entah pada siapa.
"kau tahu, menurutku seleranya terlalu tinggi.." bisik Ron pada tiga orang lainnya.
"memang kenapa?" tanya Pansy penasaran.
"Dia gadis yang sulit didapatkan.." kali ini Harry yang menjawab.
Theo dan Pansy tidak ada yang bertanya, mereka membiarkan Harry atau Ron saja yang berbicara. Karna memang mereka tidak tahu apa-apa soal gadis yang bernama Hermione itu. Sementara Draco? Dia masih saja memandangi Hermione lekat-lekat.
"Menurut Seamus, teman dekatnya sewaktu diSMA. Hermione adalah gadis popular yang sangat amat sulit untuk didapatkan bahkan untuk didekati saja, sangat sulit." Ron memberitahu.
"kenapa bisa begitu?" tanya Theo.
Pansy mengangguk, "iiya. Sedangkan Seamus saja bisa menjadi teman dekatnya?"
"Seamus teman kecil sekaligus tetangganya. Jadi mereka dekat,'' Harry menjawab.
Pansy dan Theo menganggukkan kepala mereka tanda mengerti dan mulutnya hanya membentuk huruf 'O' besar.
"Jadi menurutku, kemungkinan Draco bisa mendekatinya hanya…." Harry menutul-nutulkan jarinya kebibir. "0,01%" ucap Harry setelah berpikir keras.
Kali ini Ron mengangguk, menyetujui ucapan Harry. "Draco sebaiknya menyerah.."
"Heyy.. aku mendengar kalian," seru Draco, mengalihkan pandangannya dari Hermione dan menatap Harry, Theo, Ron dan Pansy bergantian.
Ke-Empat temannya nyengir kuda pada Draco dan langsung menyeruput minuman mereka lagi.
"Dan aku tidak akan menyerah. Ingat! Aku. Tidak. Akan. Menyerah!" kata Draco lagi dan memberikan penekanan pada 4 kata terakhir.
Pansy mendongkak menatap Draco, "kau yakin? Hermione cewek yang sulit didapatkan Drake." Tanya sekaligus kata Pansy, 'sedikit' –well, ok- tidak yakin pada Draco.
Draco mengangguk mantap dan bersemangat, "yapp"
Pansy mengangkat bahunya tidak peduli, "terserahlah.." dan kembali menyeruput minumannya.
Draco tersenyum dan bangkit dari tempat duduknya. Theo yang lebih dulu melihat Draco beranjak langsung bertanya, "mau kemana?"
"berkenalan dengan Hermione.." jawabnya singkat.
Theo membelalakan mata, Pansy, Ron dan Harry langsung mendongkak menatap Draco dengan pandangan, yang-benar-saja.
Ron menggelengkan kepalanya, "Draco, jangan berbuat hal bodoh lagi.."
"kau akan membuat dirimu malu lagi.." ujar Theo.
"Sebaiknya duduk kembali.." perintah Pansy.
"Dan lebih baik cari cewek yang lain. Tapi jangan Hermione, dia terlalu sulit. Aku yakin kau bisa mendapatkan cewek manapun yang kau inginkan.." bujuk Harry.
Draco menyeringai, "tepat sekali Harry.." Draco melanjutkan "aku tahu aku bisa mendapatkan gadis manapun yang aku inginkan. Dan yang aku inginkan adalah Hermione.." ujarnya dan menunjuk seorang gadis yang tengah asyik tertawa dengan 4 teman lainnya disalah satu meja kantin.
"Tap…" Pansy masih berusaha membujuk Draco agar tidak menjalankan misinya. Tapi sepertinya sia-sia saja.
"Tidak akan ada yang bisa menolak pesona seorang Malfoy.." ucapnya dengan nada final dan percaya diri.
Theo, Harry, Ron, dan Pansy melongo dan menatap punggung temannya yang mulai menjauh dari meja tempat mereka.
"Sebaiknya kita ikuti Draco…" ujar Theo setelah tersadar dari kecengoannya, "Well..aku memang yakin tidak yakin pada Draco. Tapi kurasa akan ada hal menarik yang harus kita dengar.." katanya lagi sambil menyeringai menatap ketiga temannya yang lain bergantian.
oOo
Draco berjalan dengan gagah menuju salah satu meja disudut kantin sekolahnya, dimana 5 orang remaja sedang berkumpul dan tertawa. Dua orang pemuda, dan 3 orang gadis.
Theo, Harry, Ron dan Pansy mengikutinya dari belakang tanpa disadari oleh Draco.
"Hallo.." sapa Draco ramah saat ia sudah mencapai meja yang dituju. "Boleh aku bergabung dengan kalian?" pintanya sopan sambil tersenyum.
2 orang teman Hermione, Lavender dan Parvati terpesona melihat Draco yang sangat tampan itu. Ditambah lagi senyum mautnya yang mampu membuat para gadis terbengong-bengong saat menatapnya. Beda halnya dengan dua teman Hermione yang laki-laki, Seamus dan Dean yang memandang sebal pada Draco. Apalagi rambut pirang platinanya yang terlihat sangat halus, membuat mereka berdua bertambah iri saja. Seamus dan Dean sudah sangat ingin menendang Draco agar bisa menjauh dari mereka. Sedangkan Hermione? Dia tidak memperdulikan Draco dan menganggap Draco tidak ada. Ia terus saja memakan camilan miliknya.
"Boleh aku bergabung dengan kalian?" Tanyanya lagi dengan lebih ramah. Lavender dan Parvati mengangguk bersemangat, beda dengan Seamus dan Dean yang sudah mulai mencibir.
"Terima kasih.." kata Draco lagi. Ia kemudian mengambil posisi duduk tepat disebelah Hermione. Lavender dan Parvati masih terpana menatap Draco. Tapi Seamus, mukanya sudah memerah menahan kesal.
"hii.." sapa Draco pada Hermione. "kenalkan, aku Draco Malfoy.." ucapnya mengenalkan diri dan mengulurkan tangannya pada Hermione sambil tersenyum.
Hermione menoleh kesamping, kearah Draco dengan malas. "ohh.. bukankah kau yang tadi bilang kalau mantelku bagus, padahal aku tidak memakai mantel diudara sepanas ini.. kau juga yang masuk kedalam toilet perempuan.." kata Hermione tidak peduli, dan tidak memperhatikan Draco yang wajahnya sudah mulai memerah serta teman-temannya yang terkekeh.
"Tadi aku tidak menyadari itu toilet perempuan.." ujarnya lirih.
Draco berharap aibnya yang terakhir tidak akan dibuka oleh perempuan yang ia suka itu.
Theo, Harry, Ron dan Pansy kembali tertawa. Mereka benar-benar tidak mengira kalau temannya yang seorang Malfoy bisa dipermalukan oleh seorang gadis yang baru saja ditemuinya. Padahal biasanya Draco-lah yang membuat para gadis melakukan hal-hal memalukan untuk agar bisa mengenalnya. Dunia sungguh sudah terbalik. Ckckckckckckk ..
"umm.. dan kalau tidak salah, kau tadi lupa menutup resleting celanamu kan ?" tanya Hermione cuek, "sudah ditutup?" tanyanya lagi dan meneruskan makannya yang tadi sempat berhenti sebentar.
Wajah Draco sekarang sudah benar-benar memerah, semerah kepiting rebus mungkin. Harapan terakhirnya pada Hermione pupus sudah. Bahkan sekarang ia tidak peduli kalau teman-temannya tertawa.
"err…'' hanya itu yang berhasil Draco ucapkan saat itu.
"mau apa kau kesini..?" tanya Hermione lagi.
Draco tersenyum, senang saat Hermione mengubah topic. "berkenalan denganmu.." jawabnya.
"kau pikir aku mau?" sahut Hermione sekenanya.
Draco membelalak. Baru kali ini ada gadis yang berkata begitu pada Draco. Tapi, itu tidak membuat semangat Draco untuk mengenal Hermione kendur. Malah ia semakin ingin mengenal Hermione lebih jauh lagi.
Harry, Theo, Ron, Pansy, Lavender, Parvati, Seamus dan Dean lagi-lagi tertawa.
"err .. aku tidak tahu, makanya aku mencoba.." kata Draco malu. Hermione tidak menjawab ataupun memandang Draco. "Jadi, siapa namamu nona?" tanya Draco. Sekarang, rasa percaya dirinya sudah tumbuh lagi.
"kau bisa lihat ditanda pengenalku.." sahut Hermione.
Sebenarnya Draco sudah tahu nama Hermione, tapi dalam perkenalan diperlukan banyak basa-basi. Draco melihat kesaku kemeja Hermione, dan melihat tanda pengenalnya disana.
''Hermione.. nama yang cantik, seperti orangnya.."ujar Draco mulai merayu. Tapi sayang dia tidak menyadari pada siapa ia bicara.
Hermione menyeringai, "rayuanmu itu, terlalu monoton. Harusnya kau tahu itu, tuan.."
Draco tercengang, Hermione benar-benar gadis yang berbeda. Dia tidak mudah didekati dengan hanya sekedar rayuan atau wajah yang tampan.
Keeempat sahabat Draco dan Lavender serta Parvati juga ikut tercengang, bagaimana tidak? Draco adalah pemuda yang tampan dan ia bahkan rela membual untuk mendekatinya, tapi Hermione bersikap begitu cuek padanya. Sedangkan Seamus dan Dean, keduanya tersenyum puas dan bangga pada Hermione.
"Well.. program apa yang akan kau ambil?'' tanya Draco lagi, ternyata ia sama sekali belum menyerah.
"entahlah."
''kalau begitu, ambil musik saja. Aku juga akan mengambil musik, musik kann…" ucapan Draco terpotong….
"Aku tidak meminta pendapatmu dan tidak bertanya. Ok?" seru Hermione tidak sabar dan beranjak pergi dari sana.
"Hermione…" panggil Lavender dan Parvati serempak dan segera mengejarnya.
"Rasakan.." ujar Dean puas.
"Memangnya enak.. hah," ledek Seamus dan dengan itu mereka berlalu meninggalkan Draco yang masih terbengongb karena shock.
Harry, Ron, Theo dan Pansy menghampiri Draco. Mereka masih menertawakan sahabatnya Draco dengan keras.
"kubilang apa? Kau akan dipermalukan lagi Drake.." celutuk Theo.
"Sudahlah Mate.. kau bisa dapatkan yang lebih cantik darinya.." Ron tersenyum menyemangati Draco dan merangkul Draco.
''Biarkan dia pergi.." kali ini Pansy yang menyemangati Draco dan merangkul Draco lagi dari arah yang berbeda dengan Ron.
"Yahh.. daripada kau akan malu karena ditolak olehnya.." Harry nyengir.
Draco kembali menyeringai, "ini baru awal guys.."
Theo melotot, "kau gila. Jelas-jelas dia tidak menyukaimu Drake.." celoteh Theo agak sedikit kesal.
"Dengar! Suatu saat dia, Hermione. Cepat atau lambat akan jadi pacarku, lalu istriku, lalu ibu dari anak-anakku lucuku, dan nenek dari cucu-cucuku.." kata Draco keras kepala.
"Dracoooo…" Theo, Harry, Ron dan Pansy mendesah putus asa.
"Catat kata-kataku barusan! Catat.."
Theo memijat dahinya, Pansy mendengus dan menenggelaman wajahnya kedalam telapa tangan dan Harry serta Ron menggelengkan kepala masing-masing, frustasi. Draco memang orang yang sangat keras kepala. Dan sekali ia punya keinginan, maka keinginannya itu harus ia dapatkan apapun caranya.
TBC
.
.
.
.
huh, ahirnya selesaiiiiiii..
sebenernya gak pede ngepublish nih cerita. Tapi, daripada gak dipublish, sayang kan?
pleaseee, reviewnya. Saya yakin, para readers orang yang baik hati. Jadi, tolong review yaa..
