Rae Yoo hanya mendengar derap langkah yang lalu lalang di depannya. Saat ini, ia terduduk di depan kelasnya sembari memeluk kedua lututnya, menenggelamkan kepalanya di celah lututnya yang ia tekuk. Sayup-sayup ia mendengar orang-orang pergi meninggalkannya sendiri, atau mungkin belum benar-benar sendiri.

"Nona Jung?" Gadis itu mengangkat kepalanya dan menemukan wali kelasnya tengah berjongkok di hadapannya. Walinya itu tersenyum melihatnya, entah mengapa hal sederhana itu mampu menghangatkan hatinya. Sedikit.

Wali kelasnya adalah laki-laki yang baik. Rae Yoo menyukai apa pun yang ada pada laki-laki itu, ia menyukai bagaimana surai hitam jatuh membingkai paras gurunya yang teduh atau pun mata bulatnya yang menyiratkan kasih sayang. Ia menyukai wali kelasnya.

"Ayahmu belum datang?" Rae Yoo tak menjawab. Untuk apa ia menjawab jika gurunya mungkin sudah mendapatkan jawabannya sendiri.

"Sepertinya memang belum." Lihat, ia sudah tahu.

"Lalu, untuk apa anda bertanya?" Mata bulat itu menerjab beberapa kali kemudian laki-laki itu tergelak menyadari dengan siapa ia berbicara.

"Karena itu hanya basa-basi, Nona Jung." Rae Yoo tak menyahut. Ia membiarkan keheningan mengisi kekosongan mereka.

"Ia tidak akan pernah datang." Setelah mengatakannya, Rae Yoo bangkit kemudian pergi meninggalkan gurunya itu. Percuma menunggu ayahnya, ia tak akan pernah datang.

They Belong to GOD

My Baby Daddy by Pelangi Senja

Warning

AU/OOC/OC/Typo(s)/Misstypo(s)/Multichap/YunJae

Don't like? Don't read!

Enjoy it guys :3

Terlihat orang-orang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing di dalam sebuah studio itu. Lampu-lampu menyala menyoroti satu titik, di mana seorang pria tengah menjadi objek lensa kamera sang photographer.

"Pertahankan... Yak! Bagus."

Kemudian pria itu mengganti posenya, menampakan seringai yang berhasil membuat beberapa perempuan yang melihatnya atau tak sengaja melihatnya memekik menahan jeritan mereka.

Mendapat reaksi seperti itu justru membuat seringainya semakin lebar, dan ia sempat mengedipkan salah satu mata musangnya dari balik kacamata yang ia kenakan dan loloslah jeritan para perempuan di studio itu. Sang photografer itu hanya menghela napas melihat tingkah modelnya dan para penggemar baru itu.

"Pemotretan selesai! Kalian sudah bekerja keras dan sedikit bersemangat di akhir. Terima kasih semuanya!" Setelah meneriakannya, photografer itu melirik modelnya yang tengah terkekeh. Hal itu membuat ia tak bisa tidak memutar kedua bola matanya bosan.

"Kau benar-benar menikmatinya, ya?" Pria itu menghampiri lalu merangkul photografernya.

"Oh ayolah, Kang Ta-hyung, sedikit bersenang-senang tak ada salahnya, bukan? Kau ini kaku sekali. Lagipula kau harus berterima kasih padaku karena ada pembeli baru." Kang Ta menepis tangan yang seenaknya mengalung pada pundaknya.

"Ya, ya, terima kasih, Yun Ho-ah."

"Sama-sama, hyung." Yun Ho tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi putihnya. Selalu saja menjadi hal yang menyenangkan saat menggoda hyung-nya yang satu ini.

"Kau ada acara malam ini, Hyung?" Kang Ta hanya menggumamkan kata tidak sebagai jawabannya. Namun, tetap bisa membuat kadar senyum di paras mungil itu bertambah, bahkan sanggup menenggelamkan kedua mata musangnya dan membentuknya menjadi lengkungan lucu.

"Bagus. Temani aku minum ya, Hyung?" Kang Ta menaikan salah satu alisnya tak percaya. Ia tak salah dengar, bukan? Yun Ho-nya? Ia pikir ia harus memeriksakan telinganya.

"Aku tak salah dengar, kan? Kau mengajakku minum?"

"Ah… sekali saja. Ayo temani aku, aku yang bayar." Pria berusia di atas tigapuluh tahun itu aegyo attack-nya yang tentu saja tak berguna bagi Kang Ta.

"Hentikan itu, kau tahu itu menggelikan." Setelah mengatakannya, Kang Ta langsung merangkul Yun Ho dan membawanya ke basement tempat di mana mobil modelnya itu terparkir. Mereka hanya mengisi kekosongan dengan pembahasan membosankan tentang pekerjaan. Ya, ya, apalagi memang?

Yun Ho menyalakan mesin mobilnya begitu ia berada di balik kemudi dan ia mulai menjalankan benda itu, berbaur di tengah keramaian malam kota Seoul, di susul Kang Ta di belakangnya.

My Baby Daddy

"Bersulang!" Kim Jae Joong tertawa melihat rekan-rekan kerjanya yang sudah kehilangan kesadarannya akibat souju yang mereka minum. Di antara mereka yang berada di kedai souju itu sepertinya tinggal Jae Joong yang masih mempertahankan kesadarannya. Jae Joong menegak sisa souju yang masih berada di gelasnya, di antara teman-teman kerjanya memang Jae Joong terkenal paling kuat minum meskipun usianya termuda di antara mereka.

"Hey, hey, siapa yang akan membayar semua ini?" Menghela napas frustasi saat tak ada dari kelima temannya itu menyahut. Jae Joong mengacak-acak surai hitamnya, sebenarnya siapa yang mengajak siapa di sini?

Saat tengah merutuki nasibnya atau lebih tepat nasib dompetnya, tiba-tiba ponselnya bordering. Jae Joong berdecak sebelum keluar dari kedai itu untuk mengangkat telponnya. "Yeoboseyo?"

Saat tengah terlibat percakapan dengan seseorang di seberang sambungan telponnya, Jae Joong merasakan pundaknya di cengkram dari belakang. Ia berbalik dan terkejut mendapati pria, yang ia rasa tengah mabuk, menatapnya intens.

"Istriku!" Belum selesai dengan keterkejutannya tiba-tiba pria asing itu mengeluarkan semua isi perutnya pada Jae Joong yang malang.

"Yak! Apa yang kau lakukan?" Pria asing itu terhuyung kea rah Jae Joong hingga mereka berdua terjatuh dengan posisi Jae Joong di bawah dan pria itu menindihinya. Benar-benar hari yang menyebalkan bagi Kim Jae Joong.

"Aaaaargh! Kemejaku! Badanku!"

To Be Continued

Keep or delete?

Give me your feedback and don't be silent reader

With love

P.S