Holla Hallo! Balik lagi nih aku si Misu Hatake dengan fic yang dari dulu sampai sekarang nggak pernah ada kemajuan sedikitpun. Biasalah, memang aku ini baka. Kali ini, ceritanya aku dapat waktu aku lagi jalan-jalan sama keluargaku di pantai. Nggak tau kena setan apa, tiba-tiba cerita ini muncul di pikiranku, mungkin gara-gara kemarin (30 April 2011) aku habis lihat konsernya Afgan. Hehe, okelah "engingeng" Happy Reading ^.^

Cinta 2 Hati, Chapter 1, Rated : T

Disclaimer : Paman Masashi Kisimoto ©

Pairing : KakaSaku (selalu~)

Summary : "Aku melihat bintang itu saat aku pertama kali melihatmu. Sakura, aku mencintaimu. Maukah kau menjadi pacarku?" "Sakura, bagaimana? Inilah caraku menunjukkan bahwa aku cinta padamu. Yah, aku tau, ini mungkin kurang romantis menurutmu. Aku, memang tidak bisa seromantis laki-laki lainnya mungkin, tapi aku anggap ini cukup untuk memberitahumu bahwa aku mencintaimu"

Warning : Garing krenyess kriuk, OOC, AU, abal, jelek, nggak bermutu, cerita pasaran (mungkin?), kali ini aku pakai normal POV, banyak typo, apapun akibat yang diderita oleh readers, author nggak mau tanggung jawab :p *diinjak rame-rame*

Anda tidak suka? Silahkan dibanting saja computer atau HPnya and don't FLAME please ^.^v

Gomenasai Kashi-kun

"Kakashi…" terdengar suara yang lembut dari seorang gadis yang memiliki rambut berwarna merah jambu itu. Ia terlihat sedang menangis sambil terus memanggil nama mantan kekasihnya. Kakashi. Lelaki berambut perak, berpostur tubuh tinggi, berkulit putih dan berselisih 3 tahun dengan gadis yang kini sedang memanggil namanya dengan nada yang terdengar parau.

Kakashi membalikkan tubuhnya dan memandang gadis yang tengah memanggilnya dalam tangis itu. Ia berjalan mendekati gadis itu dan meraih kedua tangannya. Ia menggenggam erat tangan gadis bermata emerald itu dan seraya berkata,

"Tenanglah Sakura, aku pasti akan kembali" Kakashi memanggil gadis itu dengan sebutan Sakura. Ya, itulah namanya. Sakura Haruno. Gadis yang kini tengah duduk di bangku kelas 3 di salah satu SMA favorit di kotanya.

"Tidak! Jangan pergi Kakashi! Maafkan aku, aku tau ini semua salahku, maafkan aku Kakashi" tangisan gadis itu semakin menjadi-jadi saat Kakashi mulai melepaskan genggamannya. Sakura segera meraih tangan Kakashi dan menggenggamnya erat-erat. Jemarinya mengunci jemari Kakashi. Sepertinya ia benar-benar tidak ingin Kakashi pergi dari sisinya.

"Tenanglah Sakura, aku hanya ingin pergi ke Tokyo untuk sekolah. Untuk menyelesaikan S2-ku, setelah itu aku janji akan segera kembali ke Fukuoka secepatnya" Kakashi mencoba menenangkan gadis itu sambil membalas genggaman Sakura. Latar mereka saat ini adalah pantai Shingu yang terletak di kota Fukuoka(1) Jepang. Angin yang berhembus siang itu begitu kencang dan dapat menerbangkan rambut mereka berdua. Rambut sebahu berwarna merah jambu milik Sakura dan rambut keperakan milik Kakashi. Rambut mereka terbawa oleh tiupan angin. (Bisa mbayangin kan?)

Kakashi melepaskan genggaman jemari Sakura. Ia harus benar-benar pergi sebelum ketinggalan kereta. Sakura masih belum mau melepaskan genggamannya. Ia terus memandangi Kakashi sambil terus meneteskan air mata dari mata emeraldnya.

"Kakashi, maafkan aku. Kini aku sadar, kaulah yang paling berarti. Aku menyesal telah meninggalkanmu dulu"

"Kau tidak perlu meminta maaf padaku, kau tidak memiliki kesalah sedikitpun padaku. Jika menurutmu kau memiliki kesalahan terhadapku, maka ketahuilah, sebelum kau meminta maaf, aku sudah memaafkanmu Sakura"

"Kakashi, aku cinta padamu. Aku ingin kembali ke pelukanmu, bukan yang lain. Hanya dirimu Kakashi"

Kakashi hanya tersenyum tipis mendengar pengakuan mantan pacarnya. Gadis yang mengisi hari-harinya selama kurang lebih 8 bulan itu. Tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Ia hanya terus tersenyum dan menatap lebih dalam mata emerald Sakura.

"Aku akan mengatakan sesuatu padamu nanti. Aku senang mendengar pengakuanmu hari ini Sakura, tapi maafkan aku, aku tidak bisa membatalkan sekolahku. Aku harus mengutamakan sekolah. Tapi, ini bukan maksudku untuk tidak menghargaimu"

"Apa? Apa yang akan kau katakana padaku Kakashi?"

"Tunggulah aku Sakura, aku akan pulang nanti. Saat aku sudah resmi menjadi Magister(?) nanti, dan aku telah kembali ke Fukuoka, aku akan mengatakannya padamu. Tunggulah aku"

"Tapi, apa yang akan kau katakan? Sebelum aku mengetahui apa yang akan kau katakan, bagaimana bisa aku menunggumu?"

"Kau baru saja mengatakan, kau cinta padaku bukan? Jika kau benar-benar mencintaiku, maka tunggulah aku untuk mengatakannya padamu" Kakashi bejalan pelan meninggalkan Sakura sendiri disana, tetapi sebelum itu, ia sempat mengecup kening Sakura lembut tanda perpisahan.

"Kakashi…" Sakura memenggilnya lagi. Kali ini tidak ada respon dari sang pemilik nama. Sakura melambaikan tangannya pada Kakashi, tetapi sayang Kakashi tidak membalasnya. 'Kakashi, cepatlah kembali, aku akan setia menunggumu. Baik-baik di Tokyo' batin Sakura

Flashback

"Aku tidak bisa terus seperti ini Kakashi. Aku tidak kuat!" Sakura berteriak di hadapan pacarnya, Kakashi.

"Maafkan aku Sakura, tapi ini memang kenyataannya. Sebenarnya aku tidak ingin seperti ini"

"Tapi, kenapa kau mengikuti perintah ayahmu untuk bersekolah di Kagosima?"

"Bagaimanapun juga ia ayahku, aku tak bisa membantahnya hanya karena aku memiliki seorang pacar disini. Aku tidak bisa egois, tanpa ayahku, aku tidak mungkin ada disini dan bisa bersamamu"

"Hagh! Aku muak Kakashi! Aku tidak suka kalau kita seperti ini terus! Aku ingin kita putus! Kau kurang perhatian padaku Kakashi!"

"Maafkan aku Sakura. Keadaan yang membuatku seperti ini"

"Lupakan! Aku muak padamu! Mulai sekarang kita putus! Aku tidak mau memiliki pacar sepertimu! Lebih baik aku bersama Neji yang lebih memperhatikanku daripada denganmu!"

Ya, malam itu, malam yang menyedihkan bagi Kakashi. Saat itu ia tengah menemui Sakura di rumahnya. Seperti minggu-minggu sebelumnya, setiap Sabtu malam, ia selalu menemui Sakura walaupun hanya untuk sekedar mengobrol. Hubungan mereka saat itu adalah hubungan jarak jauh. Setiap hari, di Kagosima ia selalu bekerja keras untuk mendapatkan uang. Uang itu ia gunakan untuk kembali ke Fukuoka, untuk menemui pacarnya, Sakura. Selalu seperti itu selama kurang lebih 5 bulan.

Sayang sekali, Sakura tidak pernah mengetahui betapa susahnya Kakashi untuk mendapatkan uang agar ia bisa kembali ke Fukuoka setiap minggunya dan hanya untuk menemuinya. Bodohnya Sakura saat itu yang menganggap Kakashi tidak pernah memperdulikannya. Ia malah lebih memilih bersama Neji saat itu. Sakura memang gadis yang egois *dicekek Sakura*

End of Flashback

Sakura berjalan sendiri. Tujuannya kali ini adalah rumahnya yang tidak jauh dari pantai Shingu. Di perjalanan, ia tidak bisa berpikir jernih. Pikirannya terus melayang pada ucapan Kakashi tadi. Sebenarnya apa yang akan diucapkannya? Kira-kira berapa lama ia harus menunggu Kakashi untuk menyatakannya?

'S2? Seberapa lama kiranya aku harus menunggu Kakashi sampai ia menyandang gelar magister-nya(?)? Aku tidak suka menunggu terlalu lama, tapi apa yang akan dikatakannya? Aku harus menunggunya jika aku benar-benar mencintainya. Ya aku yakin! Aku pasti bisa menunggunya karena aku mencintainya!' Sakura menggumam pada dirinya sendiri di sepanjang perjalanannya.

Sakura menginjak lantai rumahnya yang terbuat dari porselin berwarna putih. Ia memasuki rumahnya dengan sedikit menghapus air matanya yang masih tersisa di pipinya. Ia tidak ingin ayah atau ibunya mengetahui hal ini. Bukan karena ia backstreet, tetapi karena ia tidak ingin ayah atau ibunya mendengarkan cerita cintanya yang satu ini. Cerita cinta yang penuh dengan penyesalan di dalamnya.

"Sakura, darimana kau?" sapa ibu Sakura yang sedang duduk di ruang tengah sambil membaca majalah fashion langganannya

"Uhm, dari pantai bu" jawab Sakura pelan sambil berlalu dari hadapan ibunya

Sudah tidak heran lagi ibu Sakura terhadap tingkah laku anak semata wayangnya itu. Setiap kali, jika ia merasa bosan, Sakura selalu pergi ke pantai yang tidak jauh dari rumahnya itu. Sekedar untuk melepas penat atau hanya untuk bermain air disana.

Sakura menuju kamarnya dan segera meraih handphonenya yang sedari tadi tergeletak di atas kasurnya. Sony Ericsson ber-chasing merah jambu miliknya. Ia mengirim sms pada sahabat baiknya. Gadis sebaya yang berciri-ciri berambut pirang, tinggi, putih dan langsing. Ya, Ino Yamanaka namanya.

To : Ino

Ino, aku ingin bertemu denganmu, apa kau bisa ke rumahku sekarang?

From : Ino

Hn, bagaimana ya? Sebenarnya aku ingin sekali ke rumahmu, tapi rumahku sedang tidak ada siapa-siapa

To : Ino

Baiklah, aku saja yang ke rumahmu

Sakura segera keluar dari kamarnya dan melangkahkan kakinya menuju pintu depan rumahnya. Ia mengenakan sepatu sneaker berwarna dasar putih yang didominasikan garis-garis berwarna pink. Ia hanya berjalan kaki saja. Toh rumah Ino juga tidak terlalu jauh dari rumannya, hanya berbeda gang saja. Di jalan ia hanya berdiam saja, sampai sesuatu terjadi padanya,

"Bruuukkk! Awww!"

"Hei, maafkan aku. Aku tidak sengaja, kau tidak apa-apa kan?" terdengar suara dari seseorang yang telah menabrak Sakura, suaranya terdengar begitu berat di telinga Sakura

Sakura mendongakkan kepalanya, dan yang ia dapati adalah laki-laki tinggi, putih, dan memiliki rambut emo yang lebih terlihat seperti pantat ayam berwarna hitam kebiruan. Sakura hanya ternganga melihat laki-laki sepertinya. Baru kali ini ia menemukan laki-laki yang terlihat begitu tampan dan keren, sampai-sampai ia sedikit melupakan masalahnya. Walaupun rambutnya seperti pantat ayam, tetapi itu tidak menghilangkan citra ketampanannya.

"Hei, kau tidak apa-apa kan?" tanya laki-laki itu lagi

"Eh? Uhm, maaf, aku tidak mendengarmu tadi. A-aku tidak apa-apa kok" jawab Sakura, matanya masih terlihat kagum setelah ia mendapati orang yang menabraknya adalah laki-laki keren, tetapi belum pernah ia melihatnya. Sekalipun belum.

"Hn, maaf ya? Aku benar-benar tidak sengaja, tadi aku hanya terburu-buru karena dikejar anjing. Hehe" katanya sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal

"Oh, hehe. Ngomong-ngomong, kau ini siapa ya? Aku kok belum pernah melihatmu?" tanya Sakura

"Oh-ya, perkenalkan namaku Sasuke Uchiha. Terang saja kau belum pernah melihatku, aku baru saja pindah dari Kyoto kemarin, dan baru keluar rumah hari ini"

"Oh, pantas saja"

"Kalau kau? Siapa namamu?"

"Aku Sakura Haruno, senang berjumpa denganmu"

"Apa? Senang berjumpa denganku? Mengapa kau senang? Bukannya aku membuatmu terluka?" Sasuke mulai menyisipkan sedikit lelucon

"Haha, bukan seperti itu maksudku"

"Ya, ya. Aku tau, nama yang bagus untuk gadis secantik dirimu" Sasuke tersenyum tipis

'Kami-sama, senyum yang manis' Sakura membatin

"Baiklah, terimakasih atas pujiannya. Dah"

"Uhm, tunggu sebentar Sakura"

"Hm? Ada apa?" Sakura memutar balikkan tubuhnya yang tadi sudah sempat membelakangi Sasuke

"Rumahmu yang sebelah mana ya?"

"Itu, terlihat dari sini. Rumah ber-cat putih dengan pagar berwarna merah" Sakura menjawab pertanyaan Sasuke sambil menunjuk dimana letak rumahnya

"Oh, kapan-kapan aku mampir ya?" senyum itu semakin lebar, sangat tergambar jelas di wajah Sasuke

"Baiklah, kalau kau?"

"Ini, kita sedang berdiri di depan rumahku. Hehe" Sasuke belum menghapus senyumnya dari wajahnya. Senyumnya malah bertambah lebar.

"Oh, hehe. Baik, aku duluan ya? Dah" Sakura membalikkan tubuhnya lagi dan melambaikan tangannya tanda perpisahan

"Oke. Dah. Hati-hati ya" Sasuke membalas lambaiannya.

Sesampainya di rumah Ino. Sakura melepas sneaker yang sedari tadi menempel di kakinya dan memasuki rumah Ino yang, yah lumayan mewah sih. Setelah ia masuk, yang ia dapati adalah rumah yang begitu sepi. Seperti tidak ada siapa-siapa di sana.

"Ino, aku sudah datang" Sakura mencoba memberi tanda pada Ino bahwa dirinya sudah sampai di rumah Ino dan mencoba memanggil sosok Ino itu.

"Oh-ya Sakura. Duduklah dulu, aku hampir selesai" jawab Ino. Sepertinya suara itu terdengar dari dapur yang letaknya tidak jauh dari ruang tamunya.

Setelah kurang lebih 5 menit Sakura menunggu Ino yang sedang sibuk sendiri di dapur, akhirnya Ino muncul dan menemuinya. Ino terlihat membawa sesuatu di tangannya. Sepiring, uhm, entahlah, Sakura tidak tau apa yang diletakkan di piring itu oleh Ino.

"Hei, lama juga kau. Ini, aku buatkan kau camilan" katanya sambil meletakkan sepiring camilan, entah apa itu. Terlihat seperti biscuit, tetapi sudah didandani menjadi sedikit berbeda oleh Ino.

"Uhm, iya. Tadi ada yang menabrakku di jalan. Apa ini?" tanya Sakura sambil mengambil satu dari sekisn banyaknya biscuit yang diletakkan di piring berwarna putih itu,

"Ini aku namakan biscuit coklat strawberry. Dimakan ya?" Ino tersenyum

"Enak tidak?" Sakura mengernyitkan alisnya, ia tidak yakin dengan eksperiman Ino yang satu ini,

"Pasti enak! Coba dulu, baru berkomentar!"

Sakura memakan biscuit yang sudah ia pegang sedari tadi. Menggigitnya perlahan. Biscuit itu begitu lembut saat dikunyah, dan rasanya begitu manis. Sungguh enak sekali rasanya. Belum pernah Sakura memakan biscuit se-enak ini.

"Wow! Enak sekali? Kau buat dari apa biscuit ini?"

"Sederhana saja. Hanya terbuat dari biscuit rasa original, lalu aku celupkan di coklat dan coklat strawberry. Hei! Lututmu kenapa?" Ino memandang aneh pada lutut Sakura yang sedikit sobek karena tergores tanah tadi.

"Ini? Bukannya aku tadi sudah mengatakannya padamu? Ini tadi aku jatuh" jawab Sakura sambil terus melahap biscuit buatan Ino.

"Ya ampun Sakura! Aku ambilkan obat merah dulu ya? Kenapa bisa jatuh?"

"Ah, tidak usah Ino. Di sini saja. Aku tadi ditabrak oleh seseorang, tapi tidak apa-apa kok"

"Siapa?" "Katanya, namanya Sasuke Uchiha. Dia baru saja pindah dari Kyoto kemarin"

"Dia seperti apa Sakura?" mata Ino terlihat sangat antusias mendengar cerita Sakura tentang Sasuke. Yah, memang Ino seperti itu. Setiap ada laki-laki yang baru saja dikenal Sakura atau siapalah, dia pasti ingin bertemu dengan laki-laki itu. Setelah bertemu, ia selalu menilai mereka, tapi penilaiannya tidak selalu positif, terkadang juga negative. Ino selalu menilai laki-laki itu dari luarnya, padahal ia belum tau bagaimana dalamnya.

"Dia, tinggi, putih, keren, rambutnya model emo berwarna hitam sedikit kebiruan dan matanya berwarna onyx" jawab Sakura sambil mencoba membayangkan kembali bagaimana cirri-ciri Sasuke

"Waaah, aku ingin bertemu dengannya. Dia tinggal di sekitar sini?" Ino terlihat girang setelah selesai mendengar penilaian Sakura tentang Sasuke. Yah, penialaian mereka berdua tentang laki-laki itu tak beda jauh. Hanya 11/12 saja.

"Uhm, tidak. Ia tinggal di sekitar gang rumahku" Sakura melahap kembali biscuit yang ada di depannya itu

"Yah, tapi tak apalah. Oh-ya, bagaimana? Apa yang ingin kau ceritakan padaku?"

"Ini soal Kakashi" jawab Sakura setelah menelan biscuit yang sedari tadi ia kunyah.

"Kakashi? Ada apa dengannya? Ia sudah berangkat ke Tokyo?"

"Uhm, iya" wajah Sakura kini terlihat murung,

"Lalu kau tidak dipamiti?"

"Bukan! Bukan seperti itu. Seperti rencanamu, aku sudah mengatakannya pada Kakashi…"

"Lalu, lalu?"

"Ah Ino-pig! Jangan memotong pembicaraanku!"

"Hehe, iya, iya, gomen. Lalu?"

"Ia bilang kalau ia akan mengatakan sesutau padaku, tapi aku tidak tau apa yang akan ia katakan"

"Kok bisa sih? Gimana maksudnya?"

"Entahlah. Katanya, jika aku benar-benar mencintainya, aku harus menunggunya sampai ia pulang dari Tokyo"

"Itu lama sekali Sakura, mungkin saja 2 tahun lagi ia baru pulang"

"Apa? Tega sekali kau Kakashi!"

"Tapi, jika kau benar-benar mencintainya, apa salahnya untuk menunggu? Toh ini Cuma 2 tahun Sakura"

"2 tahun itu waktu yang lama, tapi, baiklah! Aku akan menunggunya sampai ia mendapatkan gelar magister-nya(?)"

"Haha, itu bagus. Itung-itung, ini sebagai tanda permintaan maafmu kan Sakura? Kau terlalu egois padanya, tetapi ia tidak pernah membencimu. Sedikitpun tidak"

"Iya juga sih. Maka dari itu, aku ingin kembali padanya. Aku benar-benar menyesal tentang apa yang telah aku ucapkan dulu"

"Penyesalan selalu datang terlambat. Tapi, aku yakin, ia masih memberimu kesempatan. Mungkin kau satu-satunya wanita yang ia cintai"

"Hn, semoga saja. Sebelum ia menemukan yang lebih baik nanti di Tokyo"

"Tidak Sakura, percayalah padaku. Kakashi tidak seperti itu"

Sakura terlihat bimbang. Tapi, apa yang dikatakan Ino itu ada benarnya juga. Kakashi memang bukan laki-laki yang seperti itu. Sakura yakin, tujuan Kakashi ke Tokyo adalah hanya untuk sekolah saja. Menuruti apa yang dikatakan atau lebih tepatnya disarankan oleh orang tuanya. Kakashi memang laki-laki yang penurut dan tidak egois.

Sakura berpamitan pulang pada Ino. Setelah ia puas bercerita, mencurahkan semua apa yang mengganjal di hatinya. Sekarang, jam tangan merah muda milik Sakura yang menempel di tangan kirinya menunjukkan pukul 5 sore. Sakura berjalan sendiri dari rumah Ino. Rumah Kakashi. Itulah pandangan Sakura saat ini. Saat ia melewati rumah Kakashi.

Flashback

"Hai Sakura. Ada seseorang yang ingin berkenalan denganmu" Ino menyapa Sakura saat ia telah sampai di depan rumah Ino

"Ha? Siapa?" tanya Sakura bingung

"Itu" jawab Ino sambil menunjuk laki-laki berambut perak dan berpostur tinggi yang kini sedang berdiri di belakang Sakura.

Sakura membalikkan badannya dan melihat siapa gerangan yang ingin berkenalan dengannya.

"Hai, Sakura" sapa lelaki itu

"Hai" jawab Sakura

"Perkenalkan, namaku Kakashi Hatake" kata laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya

"Ya, aku Sakura Haruno. Senang bisa berkenalan denganmu" jawab Sakura sambil membalas uluran tangan laki-laki yang mengaku namanya adalah Kakashi itu

"Ehem, aku bingung harus berbicara apa lagi denganmu. Apa kau bisa menemukan topik untuk pembicaraan kita selagi si Ino sedang tidak ada disini" tanya Kakashi sambil tersenyum

"Uhm, hanya obrolan ringan. Dimana rumahmu? Kau tinggal di sekitar sini?"

"Ya. Benar sekali. Itu rumahku" jawab Kakashi sambil menunjuk dimana letak rumahnya. Rumah Kakashi tidak terlalu jauh dari rumah Ino. Hanya selang beberapa rumah saja.

"Oh, pantas saja sepertinya Ino sudah sangat mengenalmu"

"Ya, kalau kau, dimana rumahmu?"

"Rumahku tidak ada disekitar sini. Rumahku ada di gang sebelah. Tanya saja pada Ino. Kalau kau ingin mampir, kapan saja aku persilahkan" kataku sambil mencoba tersenyum

"Hn, baiklah"

"Kau kelas berapa Kakashi?"

"Aku? Aku kelas 3 SMA. Hehe" jawab Kakashi sambil menggaruk belakang ke[alanya. Kelihatannya dia salting saat Sakura menanyainya tentang umur. Yah, walaupun ini secara tidak langsung.

"Wah, aku kira. Maaf aku telah tidak sopan padamu, seharusnya aku memberi embel-embel kak. Maaf ya?" kata Sakura sambil sedikit malu. Karena ia pikir umurnya tidak terlalu jauh dengan Kakashi.

End of Flashback

Sakura terus menatap rumah mantan kekasihnya. Kekasih terbaik menurut Sakura. Kekasih yang paling pengertian sekalipun ia berhubungan jarak jauh. Sayang sekali Sakura, ia telah menyia-nyiakannya. Penyesalan selalu datang terlambat. Sakura hanya bisa menunduk dan kembali berjalan untuk pulang ke rumahnya.

Sakura menuju kamarnya dan melihat jam yang menempel di dindingnya. Jam itu menunjukkan pukul 6. Sakura segera meraih handuknya dan pergi ke kamar mandi.

Selesai mandi. Sakura kembali ke kamarnya. Ia berdiri di depan cermin yang menempel di dinding kamarnya. Cermin itu bisa mencakup seluruh badan Sakura. Sakura mengambil sisir yang tergeletak di meja kecil sebelah meja belajarnya dan menyisir rambutnya yang berwarna merah muda itu perlahan.

'Kenapa rasanya sepi sekali ya?' Sakura membatin pada dirinya sendiri setelah ia membaringkan tubuhnya di kasurnya yang sangat empuk itu. Sakura berpikir, atau lebih tepatnya berangan-angan apa kira-kira yang sedang Kakashi lakukan sekarang di Tokyo.

Tes

Cairan yang terasa hangat mengalir di pipi Sakura. Ia kembali mengingat Kakashi. Kali ini ia mengingat bagaimana saat Kakashi menyatakan cintanya dulu,

Flashback

Sakura merasa bosan berada di rumah. Ibu dan ayahnya pergi entah kemana malam ini. Ia juga anak semata wayang. Jadi ia hanya sendirian di rumah, yah, walaupun ada pembantu yang menetap disana. Tetapi, pembantu mau diapakan? Dia pasti sibuk sendiri dengan pekerjaan rumah, pikir Sakura.

Sakura meraih sneaker kesayangannya. Masih sneaker yang sama seperti biasanya. Sneaker berwarna dasar putih yang didominasi gari-garis berwarna pink. Kali ini ia hanya mengenakan kaos lengan pendek berwarna putih dan hot pants berwarna pink. Ia berjalan keluar dari rumahnya. Seperti biasa, tujuannya kali ini masih sama. Ya, pantai Shingu.

Sakura berjalan, terus berjalan. Pandangannya bukan tertuju pada jalanan yang dilaluinya, melainkan tertuju pada sneaker kesayangannya yang bergerak maju dan mundur secara bergantian mengikuti gerak langkah kakinya.

"Sakura…" suara yang terdengar sedikit familiar. Sakura sepertinya sudah mengenal pemilik suara itu. Ia mengalihkan pandangannya menuju darimana suara itu berasal. Dia mengangkat kepalanya, dan yang ia dapati adalah Sasuke. Ya, mungkin itu namanya, Sakura sedikit lupa.

"Kau, Sakura kan?" tanya lelaki itu. Mata onyxnya menatap mata emerald milik Sakura.

"Hn, Sasuke?" jawab sakura diikuti anggukan kepalanya setelah itu ia ganti bertanya

"Ya. Kau sudah lupa ya?" mata itu masih menatap mata Sakura. Matanya, benar-benar seperti mata Kakashi. Mata onyxnya. Mirip sekali.

"Ah, tidak. Bukan seperti itu maksudku, aku hanya memastikan saja" Sakura mengalihkan pandangannya dari mata Sasuke. Entah mengapa, saat Sakura menatap mata Sasuke, ia merasa gugup dan malu. Mungkin karena warna matanya yang sama.

"Kau mau kemana malam-malam begini?" tanya Sasuke, ia memasukkan tangan kanannya ke saku celana kanannya. Gayanya sangat cool di mata Sakura.

"Hanya ingin ke pantai saja kok. Kau? Kau darimana?"

"Aku hanya baru mencari angin saja. Di dalam rumahku sangat panas. Pantai? Bisa aku ikut denganu? Aku tau katanya disini ada pantai, tapi aku tidak tau jalan menuju ke sana"

"Oke. Aku punya jalan pintasnya. Ayo! Ikuti aku"

Sakura dan Sasuke berjalan beriringan. Gaya Sasuke masih seperti biasanya, kedua tangannya yang ia masukkan ke saku celananya. Sedangkan Sakura hanya memasukkan tangannya pada jaket putih polos yang ia kenakan saat itu. Mereka berjalan sambil terus mengobrol. Hanya sekedar obrolan ringan.

Sesampainya di pantai. Sakura mencari bangku yang masih kosong disekitar tepi pantai. Setelah Sakura menemukannya, ia segera menyambar tempat duduk itu dan menyuruh Sasuke untuk duduk di sampingnya. Sasuke dan Sakura mengobrol. Kali ini topik yang ia bicarakan adalah tentang pantai dimana ia berada.

"Kau, sudah lama tinggal disekitar pantai ini ya?" Sasuke memulai pembicaraan

"Iya. Sejak kecil, err, tepatnya sejak lahir aku memang tinggal di Fukuoka. Beruntung sekali rumahku dekat dengan pantai Shingu ini" jawab Sakura sambil merasakan angin pantai malam yang berhembus pelan kala itu

"Jadi, apa yang kau lakukan saat di pantai seperti ini?"

"Tidak ada. Mungkin hanya merasakan anginnya yang dingin tetapi sejuk ini. Apalagi inikan musim panas. Atau terkadang aku hanya bermain air di sekitar situ" jawab Sakura sambil menunjuk tempat dimana ia sering bermain air. Sebenarnya bukan hanya itu saja, tetapi ia juga selalu mengingat sebuah kejadian yang tak akan terlupakan olehnya di pantai itu,

Flashback

From : Kakashi

Malam Sakura. Apa kau ada acara malam ini?

'Tumben sekali Kakashi menanyaiku seperti ini? Jangan-jangan, aku akan diajaknya kencan? Hihihi' batin Sakura

To : Kakashi

Malam juga. Kebetulan tidak, ada apa Kashi?

Tidak ada lima menit Sakura menunggu balasan sms dari Kakashi. Tetapi, kali ini yang muncul adalah Kakashi itu sendiri. Sakura yang saat itu tengah duduk di depan teras rumahnya kaget setengah mati saat tiba-tiba Kakashi datang ke rumahnya. Kakashi memang laki-laki yang sangat sederhana, ia hanya mengenakan sepeda.

"Hai Sakura" sapa Kakashi saat ia telah berhasil memberhentikan sepedanya dengan sempurna di depan pagar rumah Sakura yang berwarna merah.

"Hai Kashi" Sakura segera beranjak dari kursinya dan membukakan pintu pagar untuk Kakashi.

Tiba-tiba saat Sakura telah sempurna membuka pagar rumahnya, tangan Kakashi menariknya,

"Naiklah. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat" kata Kakashi sambil menatap dalam mata emerald Sakura

"Ha? Tapi aku masih memakai pakaian seperti ini Kashi" kata Sakura sambil menatap pakaiannya yang hanya memakai kaos lengan pendek berwarna pink dan celana ¾ berwarna hitam.

"Sudah cepat. Naik saja" jawab Kakashi singkat

Sakura segera menaiki sepeda berwarna hitam milik Kakashi itu. Ia dibonceng oleh Kakashi di belakang. Sakura sebenarnya bingung akan dibawa kemana oleh Kakashi, tapi sepertinya ia tau akan dibawa kemana oleh Kakashi. Jalan ini sepertinya menuju ke pantai Shingu. Tempat favorit Sakura yang ada di Fukuoka.

Benar sekali dugaan Sakura. Ia dibawa ke pantai Shingu oleh Kakashi. Kakashi segera memarkirkan sepedanya dan menggeret Sakura untuk mendekati tepi pantai itu. Kakashi mendudukkan dirinya di pasir yang berwarna putih, Sakura mengikuti gerakannya. Sakura duduk di samping Kakashi. Angin yang berhembus pelan, menerbangkan rambut pink milik Sakura dan rambut perak milik Kakashi perlahan. Mengikuti kemana arah angin itu pergi.

Hening...

Kakashi memandang Sakura dari samping. Sakura yang merasa dirinya diamati oleh Kakashi, segera menolehkan kepalanya kearah Kakashi. Kakashi hanya tersenyum saat Sakura menatapnya. Sakura membalasnya lalu menunduk tersipu. Bersembunyi dilututnya yang ia tekuk dan ia tahan dengan kedua tangannya (tau gimana posisi Sakura sekarang kan?)

"Hei Sakura, coba kau lihat bintang yang ada disana itu" kata Kakashi mencoba memecah keheningan diantara mereka sambil menunjuk ke atas, dimana ia melihat bintang yang ia maksudkan

Sakura melihat tangan kanan Kakashi yang menunjuk dimana letak bintang yang ia maksudkan, mata emeraldnya mengikuti arah tangan Kakashi yang menunjuk suatu tempat yang berada jauh di atas sana,

"Hn, aku sudah melihatnya" kata Sakura setelah mengangkat kepalanya dan melihat bintang yang ditunjukkan oleh Kakashi

"Menurutku, bintang itu bintang yang paling terang diantara bintang-bintang yang lainnya. Apa kau juga memiliki pemikiran yang sama denganku?" tanya Kakashi. Matanya masih memandang bintang yang mereka bicarakan

"Uhm, iya. Kau benar. Bintang itu memiliki sinar yang lebih terang dari bintang-bintang yang lainnya" jawab Sakura. Ia juga masih melihat bintang itu.

Kakashi menurunkan kepalanya yang tadi sempat ia dongakkan ke atas saat melihat bintang itu. Sakura mengikuti gerakan Kakashi. Kakashi memandang Sakura, dan Sakura juga memandangnya,

"Sakura. Aku juga melihat bintang itu di matamu" kata Kakashi sambil tersenyum. Senyum yang mampu membius semua wanita saat melihatnya –termasuk author- *didepak*

Sakura hanya tersipu dan ia mengalihkan pandangannya dari wajah Kakashi. Ia melihat jauh ke depan. Melihat ombak yang memberi suara gemuruh disekitar pantai itu.

"Sakura…" panggil Kakashi. Sakura menolehkan kepalanya. Mata emeraldnya bertemu dengan mata onyx milik Kakashi. "Ya Kashi"

"Aku melihat bintang itu saat aku pertama kali melihatmu. Sakura, aku mencintaimu. Maukah kau menjadi pacarku?"

'Kami-sama! Mimpi apa aku semalam? Kakashi menyatakan cintanya padaku!' batin Sakura

Hening…

"Sakura, bagaimana? Inilah caraku menunjukkan bahwa aku cinta padamu. Yah, aku tau, ini mungkin kurang romantis menurutmu. Aku, memang tidak bisa seromantis laki-laki lainnya mungkin, tapi aku anggap ini cukup untuk memberitahumu bahwa aku mencintaimu" kata Kakashi panjang lebar, tetapi itu mampu membuat Sakura berblushing di tempat. Kakashi masih terus memandangi Sakura dari samping.

Sakura menengokkan kepalanya dan menatap dalam mata onyx Kakashi yang juga tak kalah dalam menatap Sakura, "Aku, mau menjadi pacarmu Kakashi. Aku tidak pernah berpikir bahwa kau akan menyatakan cintamu seromantis ini. Menurutku ini sudah jauh lebih romantis. Karena aku juga mencintaimu" jawab Sakura sambil terus menatap mata onyx Kakashi. Kakashi tersenyum bahagia, Sakura mengikutinya.

"Oke, mulai saat ini aku akan menjadi milikmu dan kau akan menjadi milikku" lanjut Kakashi sambil memeluk Sakura

End of Flashback

Sakura masih terus menatap tempat dimana saat Kakashi menyatakan cintanya dulu. Dulu sekali. Sekitar 1 ½ tahun yang lalu. Tempat dimana ia biasa bermain air, melihat bintang atau hanya duduk santai disana sambil membayangkan kejadian 1 ½ tahun yang lalu itu.

"Hei Sakura! Kau kenapa hanya diam saja?" suara berat Sasuke memecahkan lamunan Sakura

"Ha? Tidak apa-apa kok Sas" jawab Sakura sambil mencoba tersenyum.

Mereka berdua mengobrol terus mengobrol. Tapi tentu saja selalu Sasuke yang memulai obrolan. Sakura bisa tertawa lepas malam itu karena Sasuke. Sasuke memang orang yang nyambung bagi Sakura. Sasuke bisa serius, tetapi ia juga bisa bercanda. Sakura menatap Sasuke dari samping, lalu Sasuke juga menatap Sakura. Mereka hanya bertukar pandangan dan senyum.

'Aku merasa nyaman ada di sampingmu Sasuke' batin Sakura

'Sakura, ternyata kau cantik juga' batin Sasuke

Tee Bee Cee

Hore! Hore! Hore! *nebarin sampah. Habis mulung soalnya, hehe* Akhirnya misipun selesai. Akhirnya aku bisa menyelesaikan chapter 1-nya! Sueneng~ *lompat-lompat, ujung-ujungnya lompat dari monas* Oh-ya ada satu penjelasan, (1) Pantai Shingu. Pantai yang letaknya ada di kota Fukuoka Jepang. Tepatnya di pulau Kiusyu. Kenapa author memilih tempat ini? Yak! Karena author nggak tau apa saja nama pantai yang ada di Jepang, hehe *ditendang* pas itu aku lagi nyari-nyari di mbah google, terus ketemu ini. Sebenernya ini tempat favorit idolanya author dari Jepang, yaitu YUI! Nah, itu alasan kenapa aku pilih pantai ini. Oke, makasih yang udah mau baca fic ini, ditunggu RnRnya yah? :D