You are my obsession

My fetish

My religion

My confusion

My confession

The one I want tonight

You are my obsession

The question

And conclution

You are... You are... You are

My fetish You are

.

.

.

Suatu hari dimana angin bertiup pelan, diam-diam dan malu-malu. Dua anak sedang asyik bermain pasir di taman bermain yang sepi pengunjung. Mereka terlihat seumuran, tapi anak yang berambut hitam pekat terlihat lebih menjaga anak yang berambut coklat terang.

"Haaaahh Kyu lelah..."

Si rambut hitam langsung menatap lekat si rambut coklat yang memanggil dirinya sendiri dengan Kyu. "Mau Bummie belikan air?"

Kyu menggeleng pada si bocah berambut hitam kelam alias Bummie. Kyu malah berdiri lalu menarik tangan Bummie, mengajaknya berlari. Bummie sama sekali tak menolak, ia membiarkan dirinya ditarik. Malah diam-diam ia mengembangkan senyum yang jarang sekali ia perlihatkan pada siapapun, menatap tautan tangan kecil mereka.

Sampai di sebuah taman dimana angin di sini bertiup lebih berani membuat udara segar menguar di manapun. Kyu tak melepaskan tangan Bummie. Kini ia menarik tangan itu untuk sama sama berbaring di atas rerumputan segar, menatap cahaya kelap kelip yang terlihat di atas mereka, cahaya matahari yang menelusup pada dedaunan rimbun.

"Indah kan Bummie..."

Bummie mengangguk meski sebenarnya yang dilihat Kyu berbeda dengan yang dilihatnya. Bummie sedang asyik memandangi wajah Kyu. 'Malaikat' bisik Bummie dalam hatinya. Kyu memang bagai malaikat baginya. Malaikat yang menyelamatkan hidupnya.

Kyu menoleh dan memberikan senyum polosnya pada Bummie. "Semoga kita bisa begini terus ya Bummie. Aku senang punya teman untukku berbagi semuanya."

Bummie mengangguk. "Tentu saja, aku akan selalu ada bersamamu, sampai kapanpun tak berbatas apapun."

"Hah?" Kyu mengerjapkan matanya tak mengerti. "Apa maksudnya itu?"

Kibum hanya menyeringai dan menggeleng.

"Yaa... bummie jahat! Beritahu Kyu!"

"Nanti kau akan mengerti Kyu!"

Kyu mengerucutkan bibirnya, tapi kemudian mengangguk pasrah. Bummie memang tak seperti anak kebanyakan, kata-katanya kadang tak pernah bisa dimengerti Kyu. Tapi yang Kyu tahu Bummie mau berteman dengannya tanpa memandang siapa dirinya, ia tulus, hanya itu yang Kyu tahu. Kyu beringsut menggeserkan kepalanya hingga bersentuhan dengan kepala Kibum, lalu mulai memejamkan matanya.

Bummie tersenyum, "Aku akan menjagamu dan bersamamu apapun taruhannya meski aku harus mati sekalipun." Desisnya dengan kilatan mata sedikit menakutkan.

.

.

.

.

My Obsession

By Ciezie

Kibum, Kyuhyun, Eunhyuk

1 dari 2

Lagu My Obsession milik Cinema Bizzare

Kibum, Kyuhyun, Eunhyuk milik Tuhan

Ff ini milik saya #smirk

.

Special for U Angela Han eonnie :D

Enjoy!

.

.

"Bangun~~"

Tapi gundukan besar itu tak bergeming sama sekali, tetap diam di tempatnya."

"Kyunie... jangan sampai aku..."

Belum selesai suara dalam itu berkata, gundukan itu terbuka, menampilkan pemuda tampan dengan rambut acak-acakan, dia melotot sambil menunjukkan tangannya pada orang yang membangunkannya tadi.

"YAAAKKKKK jangan berani lakukan itu lagi!"

Sosok tadi –Kibum- hanya menarik sudut bibirnya, memberi seringaian yang sebenarnya menakutkan, tapi karena Kyu sudah sangat amat terbiasa, ia malah mengerucutkan bibirnya.

"Ini hari pertama kita bersekolah normal. Kau tak mau terlambat kan?"

Mata Kyu membulat, lalu dengan kecepatan super menarik tangan Kibum menuju kamar mandi. Kibum kembali tersenyum diam-diam dan memandangi tautan tangan mereka. Hal yang selalu menjadi favoritnya semenjak kecil hingga kini, hingga statusnya bukan orang asing tapi pelayan pribadi sekaligus body guard dari Kyu.

Itu tak mudah. Kibum mengerahkan seluruh tenaganya. Dia hanya orang asing yang ditemukan tak sengaja oleh Kyu, ia yang akhirnya bisa dibawa karena Kyu yang merengek dan mengamuk agar Kibum di bawa untuk jadi temannya. Tak ada yang setuju pada awalnya, semua selalu menatapnya dengan mata curiga. Tapi suatu kejadian di mana, tak ada yang maju dan hanya dia yang maju dengan umur masih teramat muda, membuat semua mata terbuka dan menerimanya.

Mobil keluarga Kyu kecelakaan, dan masuk ke dalam jurang. Tuan dan Nyonya Cho sudah ditemukan tapi Kyuhyun entah terlempar kemana. Tak ada yang mau melanjutkan pecarian di malam itu. Hanya Kibum, dia dengan tekad baja dan gila, menyusuri sungai di bawah sampai akhirnya menemukan Kyuhyun, menggendongnya dengan gila-gilaan menuju tepi jalan.

Tak ada lagi yang meragukannya lagi sejak saat itu. Sebenarnya juga karena takut. Selalu tak pernah ada yang berani menatapkan matanya pada kedalaman pupil hitam Kibum yang tajam. Sinar matanya selalu membuat orang merasa terintimidasi, sinarnya menjadi ceria hanya untuk Kyuhyun. Kyu yang sekarang adalah Tuan Muda.

Tuan Muda yang masih merasa ritual mandi berdua tak ada salahnya di usia mereka yang tak lagi kanak-kanak. Kibum tersenyum melihat Kyu yang terlihat sama di matanya. Kyu yang membuatnya mempunyai harapan untuk hidup, di saat dia merasa sudah akan mati.

Malam gila itu, ia berlari tanpa melihat apapun, berusaha tak menoleh ke belakang. Ia berlari ketakutan. Sesuatu yang terjadi di sana menerornya sepanjang jalan. Selama berhari-hari ia berkeliaran di jalanan, tak tahu hari tak tahu waktu bahkan melupakan banyak hal. Sampai ketika ia membuka mata dan sepasang mata polos sedang mengerjap padanya, memberinya senyum dan harapan. Mata Kyu yang takkan pernah bisa Kibum lupakan.

.

.

.

.

.

"Bummie... apa aku sudah rapih?"

Kibum mengangguk. Kyu kelihatan serba salah, berkali-kali dia meremas tangannya. Maklum ini pertama kalinya ia harus berhadapan langsung dengan banyak orang seumurnya, setelah selama ini hanya tinggal dan belajar di rumah. Dengan perjuangan panjang akhirnya orang tuanya mengizinkan sekolah di sekolah umum.

"Sudah Kyu. Kau selalu semengagumkan biasanya."

Kyu hanya memutar matanya, bosan dengan pujian Kibum. Meski sejujurnya Kibum sama sekali tak berbohong dia selalu mengatakan apapun sesuai dengan isi kepala dan hatinya.

Akhirnya mereka pun diantar ke kelas mereka. Kibum langsung waspada, matanya menangkap sorot-sorot pandang yang berbahaya, terutama dari para wanita dan beberapa pria juga. Kyu akan jadi incaran empuk dengan latar belakangnya.

"Bummie... jangan kaku begitu." terdengar bisikan dari sampingnya. Kibum melihat Kyu yang sedang memberi full smile pada teman-teman sekelasnya. Kibum hanya bisa menggerakan ujung bibirnya saja sebagai bentuk senyum.

"Nah silakan duduk Tuan Cho dan Tuan Kim. Semoga anda betah sekolah di sini." Kepala sekolah memberi bungkukkan hormat. Tentu saja di balas dengan penuh tatakrama oleh Kibum dan Kyuhyun.

.

.

.

.

Entah Kibum harus bahagia atau bersedih. Dua-duanya tak masuk dalam daftar karakteristiknya sejujurnya. Tapi lihatlah begitu luwesnya Kyuhyun bergaul membuat dia didera perasaan takut yang entah kenapa menyakiti hatinya, dan mengingatkannya pada malam yang ingin ia lupakan. Ia takut Kyuhyun meninggalkannya sama seperti mereka.

Senyuman itu yang sejak lama hanya milik Kibum, kini terbagi. Kyuhyun senang menebarkan senyumnya. Baik, Kibum tahu itu tak bermakna apa-apa selain bentuk kesopanan dan memperlancar komunikasi. Tapi Kibum tak suka, ia ingin semua hal pada Kyu hanya untuknya, dan ia merasa jahat sendiri dengan pemikiran egois itu. Maka daripada terus bersedih, ia berusaha menata hatinya terus menerus dan berusaha sedikit tersenyum tanda baik-baik saja, tiap kali Kyuhyun menoleh padanya. Tapi gagal karena perasaan itu membuat hatinya sesak, seakan seseorang menutup jalan pernapasannya.

"Menyenangkaaaaaaaannnnn..."

Kibum hanya tersenyum kecil dan membukakan jas sekolah Kyuhyun kemudian menggantungnya. Mereka sudah pulang dan sedang istirahat di kamar.

"Kenapa tidak dari dulu saja aku sekolah di tempat umum ya Bummie. Menyenangkan dan banyak orang."

Kibum hanya diam karena ia tahu itu pertanyaan yang tak Kyuhyun butuhkan jawabannya.

"Bagaimana denganmu?"

Kibum tersenyum ketika dirasa pelukan Kyuhyun di perutnya. "Kalau kau senang, aku juga senang."

"Ishh itu tidak asyik. Kau harus merasa senang untuk dirimu sendiri."

Kibum hanya mengangkat bahunya dan kembali asyik menata buku-buku pelajaran mereka. Sampai di rasanya kepala Kyuhyun jatuh di punggungnya. Kembali sedikit tersenyum Kibum membalikkan badan dan buru-buru menyangga Kyuhyun yang sudah terkulai. Semua hal baru tadi pasti menguras tenaganya hingga tertidur tidak di jam biasanya. Dengan lembut dibaringkan Kyuhyun di tempat tidur, kemudian diselimutinya dengan rapi.

Setelah memandang Kyuhyun yang tertidur sampai puas, Kibum pergi ke kamarnya sendiri, tidak untuk tidur, ada sesuatu yang harus dilakukannya.

.

.

.

.

Seminggu berlalu, Kibum melihat senyum Kyuhyun tak selebar hari kemarin. Sepertinya Kyuhyun mulai menyadari hanya segelintir di antara orang-orang yang ramah padanya itu tulus. Menjalin persahabatan untuk keuntungan kekayaan. Ketika istirahat tiba Kyuhyun langsung menarik tangan Kibum menghindari berbagai tawaran yang pasti akan menghampirinya.

"Menyebalkan! Mereka itu penjilat tak tahu malu!"

Kibum mengusap pundak Kyu pelan, membuat Kyu menoleh. Kyu tersenyum, "Selalu kau yang terbaik Bummie. Selamanya."

Senyum langka itu pun terbingkai di wajah Kibum, membuat ketampanannya begitu menguar. Sayang sekali tak banyak yang bisa melihat wajah tampan itu. Semua hanya tahu Kibum adalah si es yang menakutkan.

Terdengar suara gemerisik dari belakang, lalu sesosok tubuh kecil menghampiri mereka dan memandang mereka dengan curiga.

"Sedang apa kalian di sini?"

Kibum dan Kyuhyun bertatapan.

"Ini tempat kesayanganku. Menyebalkan!" orang itu duduk bersila di samping Kyuhyun dan mengabaikan dua wajah yang melayangkan tanya itu. Gadis yang aneh begitu lah kira-kira pikir Kyuhyun.

"Emmmm aku Kyuhyun..."

Gadis itu menoleh dan kedua orang itu langsung tercengang dari dekat baru mereka sadari kalau gadis ini amat cantik. Matanya bening, hidungnya mancung, kulitnya bak salju dan bibirnya, bibir yang amat indah.

"Eunhyu... errr maksduku Eunju... namaku Eunju.." dia tersenyum dan makin membuat wajahnya terlihat amat cantik. "Emm kau murid baru ya?"

Kyuhyun mengangguk dengan mata yang tetap terpancang pada Eunju. Untuk kali pertama dalam hidupnya dia berdebar.

"Pantas saja aku belum pernah melihatmu. Kau siapa?" gadis ini mengangkat dagunya pada Kibum, benar-benar gadis ini tak seperti seorang gadis kebanyakan, dia menggunakan bahasa yang biasa dan sama sekali tak malu-malu.

"Kibum, dia sahabatku." Kyuhyun yang menjawab karena tahu Kibum pasti tak mau menjawab.

Entah kenapa Kibum merasa sinyal bahaya semakin jelas, melihat bagaimana Kyuhyun memandang gadis ini. Pandangan yang belum pernah Kyuhyun perlihatkan pada siapapun. Tapi Kibum tak mungkin bilang tak suka melihat Kyu bersama orang lain. Hanya rahang yang mengeras, menandakan bahwa ia tak baik-baik saja.

"Saya pelayan pribadinya.." Kibum menundukkan wajahnya memberi penghormatan. Ketika dia mengangkat wajah, Kyuhyun yang mengerucutkan bibirnya menyapa penglihatannya.

"Kau sahabatku.." nada merajuk yang sangat Kibum suka.

"Iya.. sahabatnya juga."

"Wah kalian akrab sekali sepertinya.." suara Eunju mengintrupsi semuanya. "Bolehkah aku juga jadi bagian kalian."

Kyu mengangguk semangat, sepertinya Eunju bukan tipe orang yang memilih teman demi keuntungan materi. Kibum mengangguk samar, dan berusaha menghilangkan pikiran-pikiran buruk itu. Tentu saja gagal, karena ada bisikan-bisikan lain yang tak kalah keras meneror pikirannya. Kibum menarik dan mengeluarkan napas diam-diam agar tak merasa sesak lagi.

.

.

.

.

Kibum bisa bernapas lega lagi, karena Eunju tak sekelas dengan mereka. Setidaknya ia bisa menimalisir rasa sakit hatinya kan? Perasaan sesak yang belakang mengganggunya mulai bisa menghilang perlahan. Tinggal ia cegah saja kan Kyuhyun bertemu dengan gadis yang bahkan Kibum sendiri akui menarik.

Maka ia sedikit bisa tenang ketika harus meninggalkan Kyuhyun sejenak, ada yang harus diurusnya. Istirahat hari itu Kyu bilang ingin di perpustakaan saja. Kibum tak tahu bahaya tetap ada, bahaya yang mengancam kekekalannya dengan Kyuhyun.

.

.

.

.

Kyuhyun menutup buku bosan. Lebih menyenangkan saat ada Kibum, meski Kibum tak bersuara sama sekali pun. Hanya saja dia sudah terlalu terbiasa dengan keberadaan Kibum di sekitarnya. Ia mendengus bosan sambil asal melihat jendela.

Lalu terdengar bunyi berisik orang yang masuk. Kyuhyun mengabaikan itu, karena ia duduk di paling belakang, mungkin orang-orang itu takkan ke tempatnya. Benar kan? Terdengar bangku digeser di bagian depan. Mereka –karena suaranya ramai- memilih duduk di bagian depan. Kyuhyun hampir terkantuk-kantuk ketika terdengar suara yang menyebutkan namanya.

Kyuhyun tersenyum dan tak merasa bosan lagi, apa dirinya seterkenal itu hingga digosipkan? Maka dipasangnya telinga baik-baik.

"Iya putra pengusaha itu. Dia tampan kyaaaa..."

"Tatapannya tajam dan killer tapi begitu tersenyum, rasanya aku meleleh."

Terdengar suara cekikikan dan Kyuhyun hanya semakin melebarkan senyumnya.

"Tapi kalian tahu ada gosip terbaru..."

"Apa?" terdengar tanya sama dari beberapa gadis, Kyuhyun sendiri ikut berteriak bertanya hanya dalam hatinya saja.

"Katanya ... dia itu ... penyuka sesama..."

Hening sesaat, bahkan Kyuhyun pun membeku di tempatnya.

"Mustahil..."

"Bohong..."

"Itu tidak mungkin.."

Untunglah ada yang menyuarakan pernyataan yang juga terlempar dari hati Kyuhyun.

"Bukan aku saja yang mengatakannya. Kau tahu gosip ini bahkan sudah beredar ke seluruh kelas. Apa kalian tak melihat kemanapun dia menempel dengan murid baru yang satunya lagi. Kibum. Ya dia memang tampan, tapi apa kalian tidak memperhatikan dia selalu memandang dengan pandangan membunuh orang-orang yang mencoba mendekati Kyuhyun."

Tak terdengar suara lagi, Kyuhyun membayangkan para gadis itu mungkin sedang mengangguk-angguk menyetujui. Kyuhyun berharap ada yang akan menyangkalnya. Kibum memang penting, sangat penting baginya, tapi tentunya ia masih menyukai seorang gadis.

"Kabarnya Kibum itu pelayannya tahu... dia begitu untuk menjaga tuannya saja kan?"

Kyuhyun merekahkan senyum lagi, berterimakasih pada siapapun yang berkata.

"Kau belum dengar gosip yang lainnya. Kabarnya mereka berdua itu tak terpisahkan bahkan di rumahnya. Dari mulai tidur, bangun, makan, bahkan... mandiii mereka berdua. Apa itu tidak mencurigakan? Kalau sesama perempuan masih wajar, ini mana mungkin kan?"

"Wah sayang sekali kalau itu benar."

"Iya keduanya sama tampan, dan Kyuhyun itu sayang sekali kekayaannya."

Kyuhyun tak sanggup lagi mendengar kelanjutannya, ia menerawang. Itu benar, dia memang tak terpisahkan dengan Kibum dan ia sama sekali tak tahu kalau itu menjadi penilaian bahwa dia tak normal. Pikirannya benar-benar penuh dengan berbagai hal.

Apa orang-orang akan memandangnya buruk sekarang? Jadi selama ini banyak yang membicarakannya di belakang. Jadi mereka berbisik-bisik menghujatnya? Rasa malu, takut, kesal, semuanya tercampur di otak Kyuhyun.

.

.

.

.

Tak ada senyuman, Kyuhyun hanya menarik ujung mulutnya tanpa senyum biasanya. Membuat Kibum mengerutkan keningnya. Apa ada yang salah? Apa mungkin karena Kyuhyun tak suka istirahat sendirian. Kibum berusaha bersikap dan berpikiran baik saja, diikutinya langkah Kyuhyun ke kelas. Tapi lagi-lagi Kyuhyun bersikap aneh pada kibum, dia menggeser kursinya hingga sedikit jauh dari Kibum.

Kibum benar-benar merasa sakit sekarang. Ia yakin pasti ada yang tidak beres. Dan ia harus segera mengetahui itu. Dipandangnya kelas, dan ia melihat beberapa sedang berbisik-bisik memandangi mereka. Berusaha menenangkan hatinya yang tiba-tiba dilanda tempaan besar, Kibum fokus pada pelajaran.

.

.

.

Sampai rumah pun, Kyuhyun tak membaik. Kelihatan sekali dia sedang menghindari Kibum.

"Apa ada masalah selama aku pergi tadi?" akhirnya Kibum mengeluarkan suaranya. Bahkan Kyu langsung membuka jasnya tanpa membiarkan Kibum membukakannya seperti biasa.

"Tak ada!"

Sesak. Kibum tak suak nada suara Kyuhyun yang begitu. Nada suara yang dipakai Kyuhyun hanya kalau dia sedang kesal.

"Katakan dan aku akan memperbaikinya."

Kibum melihat Kyuhyun mematung tapi tetap tak mau membalikkan badan.

"Hanya pergi saja sekarang!"

Kibum menatap punggung Kyuhyun sedih. Ia benar-benar menyesal meninggalkan Kyuhyun tadi kalau akhirnya begini.

"Kyu..."

"Kau tak dengar?"

Rasanya Kibum ingin meledak, tapi ia masih punya sedikit kesadaran, maka sebelum ia bertambah sesak, Kibum keluar dari kamar Kyuhyun, berjalan cepat menuju kamarnya. Menutup pintunya. Pikirannya benar-benar akan meledak. Ia paling tak suka diabaikan Kyuhyun. Tak suka. Ia benci. Ia benci Kyuhyun yang tak mau berbicara padanya. Karena itu selama ini, ia selalu berusaha tak melakukan kesalahan sekecil apapun.

Tak ada yang bisa mengalihkan pikirannya, maka diambilnya cutter.

Didekatnnya pada tangan, menggoresnya sedikit. Sakit, perih, tapi ada rasa lain.

Hal ini harusnya sudah ia tinggalkan dan memang sudah ia tinggal beberapa tahun belakangan, tapi hari ini, ini terlalu berat, bolehkan ia mengalihkan sedikit saja rasa sakitnya. Ia tak suka rasa sakit yang tak bisa lihat wujudnya, ia tak suka rasa sakit yang hanya menggedor-gedor di hatinya. Tangan berdarah ini lebih ia sukai.

.

.

.

.

Kyuhyun belum membaik dan Kibum masih tak tahu bagaimana cara membuat Kyuhyun kembali. Tiba di sekolah terasa sekali Kyuhyun makin menjaga jarak. Kyuhyun sendiri merasa tak enak dengan jarak yang aneh ini, tapi mengingat ucapan gadis-gadis kemarin, Kyuhyun berusaha menguatkan hatinya.

Kelas terlihat ramai, beberapa obrolan terdengar sampai ke telinga KyuBum.

"Iya dia kecelakaan semalam."

"SI biang gosip itu?"

"Iya padahal istirahat kemarin kami masih baik-baik saja waktu mengobrol di perpustakaan."

Kyuhyun mulai mengenali suara ini. Jadi mereka yang kemarin bergosip itu. Jadi apakah mungkin yang kecelakaan yang mengatakan Kyuhyun tak normal itu? Ketika Kyuhyun menoleh dan hendak bertanya pada salah satu gadi itu, pandangan gadis itu membuat Kyuhyun tertegun. Apa itu pandangan kasihan? Atau jijik?

Kyuhyun membatalkan maksudnya dan segera masuk ke dalam kelas. Sementara Kibum sedang memandangi gadis itu, hingga gadis itu benar-benar merasa merinding. Dan langsung bernapas lega, ketika Kibum akhirnya memutuskan kontak matanya dan bergegas mengikuti Kyuhyun ke dalam kelas. Perasaan gadis itu jadi tak enak.

.

.

.

.

"Maafkan aku."

Kyuhyun mematung. Kakinya pun rasanya tak bisa bergerak meski ia ingin pergi dari kelas agar bisa menghindari Kibum.

"Aku tak tahu apa salahku. Yang pasti aku salah. Aku minta maaf. Dan katakan bagaimana cara memperbaikinya?"

Kyuhyun juga tak tahu, tapi kemudian ia menolehkan kepalanya, "Bersikaplah normal padaku."

"Normal?" dalam pikiran Kibum, Kyuhyun yang tak senormal biasanya.

"Selayaknya seorang lelaki pada lelaki lainnya."

"Apa maksudmu?"

"Apa kau tak dengar apa kata orang tentang kita. Kita dituduh penyuka sesama."

Kibum memberi Kyuhyun senyum agar Kyuhyun tenang, "Kau tak perlu mendengarkan mereka." Tapi Kyuhyun malah menanggapi senyuman itu lain. Seakan Kibum memang sudah tahu dan tak masalah dengan itu. Atau jangan-jangan Kibum memang menyukainya?

"Atau memang benar? Apa kau memang begitu padaku?"

"Aku..." Kibum tak bisa menjelaskan di bawah tatapan Kyuhyun yang menusuk, itu selalu membuatnya ketakutan. Ia tak suka sekaligus takut kalau Kyuhyun begitu.

"Ini tidak boleh. Jauhi aku mulai sekarang! Berada denganku jangan terlalu dekat."

Kibum ternganga, ia kehilangan kata-kata.

.

.

.

.

Apapun yang dikatakan Kyu adalah titah baginya, maka meski rasanya sakit sampai Kibum bahkan tak sadar membuat tangannya terluka sangat dalam daripada biasanya. Kibum berusaha menjaga jarak dan tak berkata apapun bahkan hingga mereka sampai di rumah, Kibum sedikit berharap Kyuhyun akan berbalik dan tersenyum seperti biasa padanya. Tapi tidak. Kibum menggigit bibirnya keras hingga berdarah. Mungkin seandainya ia wanita ia akan menangis dan meraung. Tapi itu bukan Kibum.

Tanpa Kibum tahu Kyuhyun sama sedihnya. Ia ingin seperti biasa dengan Kibum. Kyuhyun membuka pintu kamarnya sedikit dan dilihatnya Kibum yang sedang bersimpuh di depan kamarnya. Kyuhyun sangat terenyuh, tapi perkataan teman-temannya terus berputaran di kepalanya. Belum lagi kejadian lain makin membuatnya harus menjauhi Kibum.

Ketika dia ingin ikut bermain basket, beberapa teman lelaki kelihatan enggan dan mereka saling bertatapan, entah kenapa Kyuhyun yakin mereka membicarakan hal yang sama dengan gadis gadis perpustakaan dulu. Dan itu membuat Kyuhyun merasa lebih ingin dan harus menjauhi Kibum, ia sendiri mulai takut kalau Kibum memang menyukainya, itu tak boleh dibiarkan kan?

Terpaksa Kyuhyun menutup pintu kamarnya sambil tak henti meminta maaf dalam hatinya.

.

.

.

Sebenarnya tak ada yang membuat keduanya semangat ke sekolah, tapi tetap saja mereka harus berangkat kan? Masih dengan jaga jarak dan wajah yang sama-sama mendung mereka masuk ke kelas. Kelas terdengar lebih ribut dari kemarin. Keduanya diam-diam memasang telinga.

"Belum juga sembuh Ri-ah sekarang yang kecelakaan Seuna..."

"Kapan?"

"Semalam katanya ada yang menyerempetnya ketika dia pulang dari supermarket."

Kyuhyun menolehkan wajahnya dan gadis kemarin, gadis yang tak jadi ia tanyai tak terlihat. Apa jangan-jangan dia yang kecelakaan? Kyuhyun termenung sendiri. Kenapa ini mulai terasa ada yang aneh dan membuat sesuatu serasa mengganjal hatinya?

.

.

.

"Akhirnya aku melihat kalian lagi!" terdengar suara ceria menyambut kedatangan Kyuhyun dan Kibum ke taman sekolah. Siapa lagi kalau bukan Eunju si gadis aneh itu.

Kyuhyun memberi senyum manis dan duduk di samping Eunju. Kibum mengambil jarak dan duduk di belakang mereka, membuat Eunju mengerutkan keningnya. "Kenapa kalian? Marahan?"

"Tidak." Jawab Kyuhyun acuh.

"Tidak tapi wajah kalian berdua begitu keruh. Ah daripada itu, bagaimana kalau kuajak ke suatu tempat? Kau mau? Pulang sekolah."

Kyuhyun langsung mengangguk semangat, sementara Kibum tentunya tak ada pilihan lain kan selain mengikuti apapun kata Tuan Mudanya. Diam-diam ia iri pada Eunju yang dengan mudah bisa mengobrol dan mendapat senyum Kyuhyun, sesuatu yang tak bisa ia lakukan sekarang. Otaknya langsung membisikkan berbagai rencana jahat, tapi Kibum berusaha meredamnya. Meski selalu gagal.

Ia harus melampiaskannya.

.

.

.

.

TBC

Bagaimana eonnie? ihihihh

Ini hanya fiksi. Mereka tak begini dan tak berharap begini di dunia nyata. Ibaratnya mereka sedang berakting dalam sebuah film. Jadi pemilihan peran jahat atau baik bukan karena rasa suka atau benci pribadi ya. Hanya berdasarkan karakter siapa saja yang pas untuk menjadi antagonis atau protagonis.

So yang tak bisa menerima ini fiksi, sebaiknya jangan baca lanjutannya ya ^^

Tapi bagi kalian yang ingin membaca lanjutannya, silakan review :D