A Romantic Story About Jaehwan
(Remake by chronossoul)
Casts:
VIXX Ken (GS)
VIXX Ravi
Yoo Jaesuk
BTOB Hyunsik
~ Chapter 01 ~
Kenapa dia harus repot-repot menyuruhku menemuinya sendiri hanya untuk mengambil payung? Dia kan bisa menyuruh office boy untuk mengembalikannya, atau jika dia tak sempat, dia kan bisa menyuruh sekertarisnya untuk mengurus payung itu. Apalagi Jaehwan tahu bosnya itu sangat sibuk.
Gosip yang terdengar mengatakan Mr. Ravi adalah workaholic sejati yang menghabiskan waktu 20 jam sehari untuk bekerja.
Atau, kenapa tidak dia buang saja payung itu? Toh aku juga tak akan berani menagihnya, pikir Jaehwan sambil mengerutkan kening di dalam lift yang mengarah ke lantai 14, lantai khusus CEO mereka. Ini kali kedua dia ke ruangan ini, sungguh tak disangka, dua tahun bekerja disini dia hampir tak pernah bertatapan langsung dengan sang pemimpin tertinggi yang diagung-agungkan itu, tetapi sekarang, dua hari berturut-turut dia dipanggil menghadap Mr. Ravi.
Lift terbuka dan dia dihadapkan pada ruang tunggu yang nyaman dan mewah. Sekertaris yang sama, wanita setengah baya yang terlihat kaku dan efisien itu menatap Jaehwan dengan skeptis, sepertinya dia juga bertanya-tanya kenapa pegawai rendahan macam ini sampai dua kali dipanggil menghadap langsung ke sang CEO, padahal setahunya Mr. Ravi hanya berkomunikasi dengan anggota direksi, manajer dan kepala bagian unit perusahaannya, itupun lewat meeting resmi perusahaan dan melalui seleksi janji temu yang rumit.
"Mr. Ravi sudah ada di dalam, beliau sudah menunggu anda, saya sudah menginformasikan kedatangan anda lewat intercom dan beliau mempersilahkan anda langsung masuk", gumam sekertaris itu dingin.
~ A Romantic Story About Jaehwan ~
Ravi baru saja menyelesaikan meeting penting dan dengan segera kembali ke ruangannya. Mengingat alasan yang membuat dia begitu terburu-buru kembali, membuatnya mengerutkan dahi, dia sudah menelpon atasan Jaehwan tadi pagi, menjelaskan alasan keterlambatan gadis itu. Dan atasan Jaehwan begitu kegirangan karena teleponnya, hingga seolah-olah tak peduli lagi kenapa Jaehwan sampai terlambat.
Yah mungkin setidaknya gadis itu akan berterimakasih padaku... atau malah jengkel? Ravi tersenyum sinis, menilik sifat gadis itu, sepertinya Jaehwan akan tambah jengkel dengannya.
Setelah dengan serius mempelajari berkas-berkas yang diantarkan bagian personalia padanya, Ravi termenung.
Gadis itu tidak bohong, kedua orang tuanya memang telah meninggal, dan alamat tempat tinggalnya memang terdaftar sebagai rumah kost, bahkan gadis itu tidak mengisi nama saudara atau kerabat dekat yang bisa dihubungi,
'Saya tinggal sendirian', begitu ucapnya tadi. Apakah gadis itu benar-benar sebatang kara seperti ceritanya. Kalau dia tanpa keluarga dan hanya tinggal di kamar kost, untuk apa dia meminjam uang sebesar 40 juta ke perusahaan yang harus dilunasi dengan memotong gajinya selama bertahun-tahun?
Apakah dia sakit? Memikirkan kemungkinan itu, dada Ravi langsung merasa nyeri.
Tidak! Putusnya setelah termenung sejenak, gadis itu sehat, kalau tidak dia pasti tidak akan lolos seleksi test kesehatan yang sangat ketat untuk masuk ke perusahaan ini.
Kalau begitu, dia pasti gadis yang suka menghambur-hamburkan uang, Ravi menyimpulkan. Yeah, segalanya akan menjadi lebih mudah. Ravi rela memberikan uang sebanyak yang Jaehwan mau asal Jaehwan mau melayaninya.
Ia sangat kaya, dan memiliki gadis seperti Jaehwan yang benar-benar memacu hasratnya memang layak diberi sedikit pengorbanan.
Lamunannya terhenti ketika intercom berbunyi memberitahukan kedatangan Jaehwan.
Ravi menunggu penuh antisipasi, seperti seekor singa yang menanti mangsanya, Dia punya penawaran bagus, dan jika gadis itu seperti yang diduganya, Jaehwan pasti tak akan mampu menolaknya.
~ A Romantic Story About Jaehwan ~
"Kata Pak Jaesuk anda memanggil saya untuk mengambil payung saya yang tadi tertinggal." gumam Jaehwan sopan ketika Ravi mempersilahkannya duduk.
Ravi tidak menjawab hingga Jaehwan menatap Ravi bingung, lelaki itu sedang menatapnya dalam seolah sedang berkonsentrasi pada sesuatu tetapi pikirannya seolah tak ada di situ.
"Mr. Ravi?"
Lelaki itu mengerjap.
"Oh! Payung" gumamnya seolah baru teringat akan hal itu, "ada di meja sekertarisku, kau bisa memintanya padanya."
Lalu kenapa sang CEO ini, yang katanya sangat sibuk menyuruhku menghadapnya? Jaehwan mengerutkan kening.
Ketika Mr. Ravi sepertinya tidak akan berkata apa-apa lagi, Jaehwan segera bangkit dari kursinya.
"Kalau begitu saya akan segera mengambilnya, terimakasih sudah merepotkan anda, permisi Mr. Ravi." gumamnya setengah berbalik.
"Tunggu Jaehwan."
Suara lelaki itu terdengar lembut, dan dengan enggan Jaehwan membalikkan tubuh,
Lelaki itu ternyata sudah bangkit dari kursinya, memutari meja dan berdiri berhadap-hadapan dengan Jaehwan,
"Aku meralat ucapanku tadi pagi," gumamnya misterius.
Jaehwan mengerutkan keningnya,
"Tentang?"
"Tentang kau bukan tipeku dan aku tidak mungkin tertarik padamu, sebenarnya selama ini aku memperhatikanmu karena tak tahu kenapa, kau membuatku sangat bergairah."
Mulut Jaehwan ternganga dan dia tak mampu berkata-kata, pernyataan itu begitu mengagetkan bagaikan petir di siang bolong.
"Aku ingin kau menjadi kekasihku... Hmm... Bukan kekasih... Apa ya istilah yang tepat? Wanita simpanan?"
Ravi tampak sangat bersemangat dengan tawarannya sehingga tidak memperhatikan ekspresi shock Jaehwan,
"Kau hanya perlu melayaniku di ranjang, memuaskan aku." Suaranya menjadi rendah dan merayu.
"Dan kau tak perlu kuatir akan rugi, kau tahu aku kekasih yang murah hati, aku akan membelikanmu apartemen mewah sehingga kau bisa pindah dari tempat kost kecilmu itu, dengan begitu aku bisa leluasa mengunjungimu setiap malam, dan aku akan menanggung biaya kehidupanmu, apapun yang kau inginkan akan kuberikan, mobil mewah, perhiasan mahal ,baju- baju rancangan disainer terkenal, perawatan di salon terkemuka, aku tahu kau menyukainya Jaehwan karena gaya hidupmu sepertinya sangat mahal sampai-sampai kau harus berhutang puluhan juta pada perusahaan. Bahkan mungkin kalau kau bisa menyenangkanku, hutangmu itu akan kulunasi. Bagaimana Jaehwan? Aku akan memenuhi semua permintaanmu dan kau hanya harus ada saat aku membutuhkanmu."
Ketika Mr. Ravi akhirnya mengakhiri pidatonya, Jaehwan sudah begitu pucat sampai tak bisa berkata-kata. Tawaran itu memang amat sangat menggoda, apabila ditawarkan pada pelacur atau wanita yang tidak punya harga diri! Tapi lelaki itu menawarkan kepadanya?! Kepadanya! Berani-Beraninya lelaki itu! Berani-beraninya dia merendahkannya sampai seperti ini!
"Kenapa kau diam saja? Kau tak perlu sok malu-malu atau sok suci, aku tahu wanita seperti apa kamu dibalik sikapmu yang sok menjunjung moralitas."
PLAAAKKK!
Tamparan itu begitu keras sampai kepala Ravi terlempar ke belakang, suara tamparan itu menggema di ruangan yang luas itu.
"Berani-beraninya anda!" napas Jaehwan terengah-engah, "Berani-beraninya anda menawarkan sesuatu yang begitu menjijikkan kepada saya! Anda pikir saya wanita macam apa? Anda benar-benar sesuai dengan apa yang saya pikirkan, lelaki tak bermoral, bejat, menjijikkan dan..." suara Jaehwan terhenti melihat ekspresi Ravi."
"Menjijikkan katamu?" jika tadi Ravi tak marah karena tamparan Serena, sekarang dia benar-benar marah, "Jika menurutmu aku menjijikkan..."
Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya sampai buku-buku jarinya memutih, "Jika menurutmu aku menjijikkan..."
Entah bagaimana Jaehwan mengetahui kapan kendali diri lelaki itu lepas, dengan panik dan takut Jaehwan setengah berlari menuju pintu.
Tapi terlambat, Ravi bergerak secepat kilat menerjangnya, Jaehwan berhasil membuka pintu sedikit ketika dengan kasar Ravi mendorongnya kembali tertutup.
Lelaki itu menghimpitnya dipintu, desah napas mereka bersahutan, yang satu ketakutan, yang lain bergairah.
"Le…. lepaskan saya! Atau saya akan berteriak dan menuntut anda atas pelecehan..."
Ravi tak peduli, lagipula ruangan itu kedap suara.
Dengan gerakan impulsif, dibaliknya tubuh Jaehwan, bibir Ravi mencari-cari bibir Jaehwan, tubuhnya makin menekan Jaehwan ke pintu.
Jaehwan menggelengkan kepala menghindar dengan membabi buta hingga bibir Ravi hanya menempel di rahangnya, dia mencoba meronta melepaskan diri tapi tubuh Ravi menghimpitnya ke pintu dan tangannya mencengkeram kedua tangan Jaehwan di kiri dan kanan kepalanya.
Mereka bergulat beberapa saat, tetapi Ravi tak mau menyerah dari perlawanan Jaehwan. Sampai kemudian ketika Jaehwan membuka mulut untuk berteriak, Ravi memagut bibir itu.
Ciuman itu dari awal sudah sangat sensual karena bibir mereka terbuka, Ravi melumat bibir Jaehwan seolah sudah tak ada lagi hari esok. Mulutnya sangat liar dan lapar mengecap, melumat dan menikmati bibir Jaehwan yang selembut madu.
Jaehwan terpana merasakan ciuman yang sangat intim ini, yang baru pertama kali dirasakannya. Dan hal itu memberi kesempatan Ravi untuk mencium semakin dalam, seluruh tubuhnya menempel ditubuh Jaehwan, makin mendorong Jaehwan ke pintu, setelah menjelajahi dan mencicipi seluruh rasa bibir Jaehwan, lidah Ravi mulai mencecap dan mencoba-coba mulai membelai masuk ke dalam bibir Jaehwan.
Jaehwan mengerang mencoba menolak, dia tidak pernah berciuman seperti itu! Tapi Ravi begitu lembut dan begitu lidahnya masuk ciumannya menjadi makin bergairah, lidahnya menjelajah masuk, menikmati seluruh rasa dan manisnya mulut Jaehwan, Ravi mengerang dalam ciumannya, oh ya Tuhan nikmat sekali! Erangnya dalam hati, dan gairahnya naik begitu cepat bagaikan roket, gadis itu terasa begitu nikmat, begitu manis dan menggairahkan, sekujur tubuh Ravi menginginkan gadis itu, sangat menginginkannya! Tangannya merayap naik dan menyelinap di antara jari Jaehwan sehingga jari-jari mereka saling bertautan, Ravi mencengkeramnya erat-erat seolah itu pegangannya untuk hidup.
Sejenak Jaehwan merasakan matanya gelap, semua ini begitu aneh dan mengejutkan, dan ciuman ini begitu asing dan tak terduga, rasa ciuman ini...
Ya Tuhan , Hyunsik tidak pernah menciumnya dengan cara sekurang ajar ini, Hyunsik...Ya Tuhan!
Jaehwan mengerahkan segenap kekuatan dan seluruh kendali dirinya untuk melepaskan bibirnya dari pagutan Ravi. Mulut Ravi yang lapar masih mencari-cari, masih memagutnya sekali lagi, Jaehwan mendorongnya kuat kuat hingga bibir mereka terlepas.
Suasana ruangan itu begitu hening, hanya desah napas memburu bersahutan, Jaehwan bahkan tak tahu itu napas siapa. Ravi masih mencengkeram kedua tangannya di sisi kepalanya, Bibirnya begitu dekat dengan bibir Jaehwan, hingga napasnya yang panas menyatu dengan napas Jaehwan. Mata Ravi tampak berkabut, tapi ketika menatap mata Jaehwan sinarnya begitu tajam.
"Kau menikmatinya kan? Aku merasakan dari bibirmu yang melembut ketika lidahku melumatmu, kau bisa berbohong dengan kata-kata, tapi tubuhmu tak bisa berbohong..."
Dengan tiba-tiba Jaehwan mendorong Ravi hingga mundur beberapa langkah, ditatapnya Ravi dengan mata marah menyala-nyala.
"Dasar bajingan! Kau bermimpi kalau aku menginginkanmu, kau tak akan pernah bisa menyentuh tubuhku lagi! Kau begitu menjijikkan!"
Suara Jaehwan semakin serak karena menahan tangis. Jangan... Jangan! Kau tak boleh menangis Jaehwan! Nanti dia akan semakin merendahkanmu! Desisnya dalam hati.
Ravi memandang Jaehwan dengan pandangan tajam merendahkan.
"Saat ini kau boleh menghina dan menolakku, tapi aku yakin, nanti kau akan datang padaku, merangkak dan memohon agar aku mau menerimamu."
"Lebih baik aku mati!"
Jaehwan setengah berteriak ketika buru-buru melangkah keluar dan membanting pintu di belakangnya.
Sang sekertaris memandangnya sambil mengerutkan kening, dan Jaehwan yakin saat itu penampilannya patut dipertanyakan, rambutnya kusut masai dan mukanya merah padam dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
Tapi Jaehwan tak peduli lagi, yang dia inginkan hanya menjauh secepatnya dari tempat terkutuk itu! Dengan langkah berderap, Jaehwan memasuki lift meninggalkan ruangan itu.
~ A Romantic Story About Jaehwan ~
Ravi mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa sedikit bodoh, karena bertindak begitu impulsif di kantor, di mana banyak orang bisa menyebarkan gosip.
Ravi menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Ravi tidak merasakan ciuman yang begitu membakar gairahnya sampai ke tulang sunsum.
Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Ravi mengernyit, tidak begitu menyukai kenyataan itu. Selama ini dia dikenal sebagai kekasih yang sangat ahli di ranjang, selalu mampu mengendalikan pasangannya dan tidak pernah lepas kendali.
Dan sekarang, dia lepas kendali, semudah itu. Titik.
Masih mengernyit Ravi menghempaskan tubuhnya ke kursi.
Tapi jika gadis itu seperti yang kupikirkan, kenapa dia semarah itu? Seharusnya gadis itu bahagia bukan kepalang atas tawaran yang dia berikan. Apakah dia salah? Dan apakah dia telah menyinggung gadis itu?
Tidak! Dengan cepat Ravi menyingkirkan keragu-raguannya. Semua gadis sama saja, Ravi tidak pernah salah. Beri gadis-gadis itu kemewahan dan dia akan takluk padamu.
Mungkin tawarannya masih kurang bagi Jaehwan, Ravi mungkin harus menambahkan akomodasi penuh jalan-jalan keliling eropa misalnya.
Atau mungkin, Jaehwan hanya mencoba jual mahal. Wajah Ravi menggelap mengingat kata hinaan Jaehwan barusan. Menjijikkan katanya?
"Lihat saja Jaehwan. Setelah kau menyadari betapa banyaknya yang bisa kuberi padamu, kau akan datang merangkak padaku dan aku yang akan mempermalukanmu." Sumpah Ravi dalam hati.
~To Be Continued~
Annyeong minna-san~~ ^^
Kali ini saya bawa ff buat RaKen shipper kkk~
Semoga pada suka nee~
Terimakasih sudah menyempatkan baca ff ini, silahkan ditunggu chapter selanjutnya ^^
Arigatou gozaimasu~ Thank you very Gamsa~ :*
