NARUTO FANFICTION
ETERNAL FLAME
DISCLAIMER : Naruto belongs to Masashi Kishimoto
PAIRING : NaruHina
WARNING : Typo(s), OOC, AU. Don't Like? Don't Read!
.
.
.
Hari itu sangat terik di lingkungan Konoha University. Meskipun awal bulan Juni memang akan selalu panas. Hyuuga Hinata mengenakan atasan berleher rendah dengan jins biru belel, tas kuliah tersampir santai di sebelah bahu. Atasan itu membingkai dadanya yang mungil dan kencang, jinsnya menggantung indah pada setiap lekuk lembut mudanya. Angin semilir meniup rambut indigo panjangnya ke bibir yang manis seperti busur, berseberangan dengan dahi yang lebar dan tulang pipi yang tinggi. Hinata menyisihkan rambut itu, mata amesthyst hangatnya bersinar ceria mendengarkan obrolan siswa yang sedang bersamanya tentang teman sekelas yang lain. Senin pagi yang panjang dan membosankan.
Yamanaka Ino, gadis di kelas komputernya, tiba-tiba menatap ke belakang Hinata, ke arah tempat parkir. Gadis itu bersiul pelan. "Wooww! Aku tidak menyangka ada cowok seperti itu di universitas kita!"
Tenten, teman sekelas yang lain, juga melirik, "Waah! Siapa dia? Aku tidak pernah melihatnya selama aku berada di universitas ini."
Penasaran, Hinata berbalik dan melihat pria berambut pirang emas, bola mata sapphire dengan tubuh tegap terbalut kulit tan tengah berjalan ke arahnya. Hinata hanya terdiam, sorot matanya mengikuti setiap langkah pemuda pirang itu. Sungguh, bagi Hinata, dia adalah pria yang paling indah dan menarik yang pernah ia temui. Hinata berutang semua yang ia miliki, seluruh hidupnya, kepada pria itu. Kadang-kadang Hinata selalu berharap ia dilahirkan sebagai gadis yang cantik, dan mungkin dengan begitu pria itu akan mau memandangnya. Tersenyum diam-diam, Hinata bertanya-tanya bagaimana reaksi teman-temannya kalau saja mereka mengetahui kebenaran kalau pria yang kini ada di hadapannya adalah suaminya sendiri.
Suami?
Ya. Uzumaki Naruto, pria berumur dua puluh lima tahun ini adalah suaminya. Semua berawal saat gadis Hyuuga itu berumur lima belas tahun, saat ia mengalami mimpi buruk sepanjang hidupnya. Saat sosok pria mengerikan dengan sorot mata layaknya ular menerobos masuk ke dalam rumahnya. Saat ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki, berusaha mati-matian melawan pria itu. Saat pria itu tertawa puas kala pisau di tangannya menembus jantung ayah yang sangat ia cintai. Saat ia dibawa paksa oleh pria itu dengan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya dan teriakan yang tidak berhenti keluar dari bibirnya. Saat ia dikurung dalam kegelapan tanpa cahaya. Saat erangan kesakitan yang ia rasakan akibat cambukan yang diberikan di tubuhnya. Saat di mana ia ingin mengakhiri hidupnya dan menyusul ayah ibunya…
Tapi semua itu berakhir saat Naruto datang menyelamatkan hidupnya. Bersama dengan sekelompok polisi, sang pembunuh berhasil ditangkap. Ia masih ingat dengan jelas kejadian itu. Saat Naruto menghampiri tubuhnya yang meringkuk menahan tangis, Naruto memeluknya dan berbisik lembut di telinganya, "Tenanglah. Kau baik-baik saja. Ada aku di sini, bersamamu…"
Awalnya ia sama sekali tidak mengerti kenapa orang yang tidak ia kenal seperti Naruto mau datang menyelamatkannya. Namun akhirnya ia mengetahui semuanya saat ia bertemu dengan ayah Naruto, Namikaze Minato.
Minato adalah sahabat ayah Hinata, Hiashi Hyuuga sejak masa SMA. Hiashi jugalah yang membantu Minato saat perusahannya hampir mengalami kebangkrutan. Bisa dikatakan Minato mempunyai banyak hutang budi pada sahabatnya itu. Karena itulah saat ia mendengar kabar mengerikan tentang Hiashi yang terbunuh dan putrinya yang menghilang, ia segera memerintahkan Naruto untuk mencari Hinata, apapun yang terjadi.
Dan ketika Naruto membawa Hinata ke hadapan ayahnya, Minato sangat bahagia dan langsung memeluk Hinata. Ia sangat bersyukur bisa menyelamatkan anak dari sahabat baiknya. Sejak saat itu Naruto mengambil tanggung jawab atas Hinata. Dengan uang hasil pekerjaannya sebagai model, Naruto memenuhi kebutuhan hidup Hinata dan juga dirinya. Hingga sampai empat tahun yang lalu saat Hinata berumur enam belas tahun, tiba-tiba saja Naruto mengatakan kalau ia akan menikahi Hinata.
Hinata mengerti. Ia sangat mengerti alasan Naruto menikahinya saat itu. Perusahaan Hyuuga milik keluarganya secara turun temurun. Tentu saja Hinata sebagai pewaris satu-satunya akan menjadi pemilik perusahaan itu. Tapi tentu saja ia belum cukup dewasa dan belum mampu untuk memimpin perusahaan. Karena itulah untuk melindungi perusahaan milik sahabat ayahnya itu, Naruto harus menikahi Hinata dan menjadi pemilik perusahaan untuk sementara waktu. Setidaknya sampai Hinata berumur dua puluh satu tahun dan mampu memimpin perusahaan itu sendiri.
"Kenapa kau hanya diam, Hinata? Ayo cepat kita pulang!"
Hinata mengangkat wajahnya. Naruto telah berdiri tepat di hadapannya. Sepertinya ia benar-benar melamun sampai tidak menyadari kehadiran Naruto di depannya.
"Ma-Maaf…"
Naruto menggeleng, "Sudahlah. Ayo cepat jalan. Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Naruto menggiring –sedikit memaksa- Hinata ke arah parkiran mobil. Hinata menunduk dan menggigit bibir bawahnya. Ia tetap mengikuti langkah Naruto hingga tiba di depan mobil lamborghi hitam
"Masuklah." ujar Naruto sambil membuka pintu mobil bagian penumpang untuk Hinata. Hinata tetap diam dan duduk di samping Naruto. Naruto mulai menjalankan mobil dengan kecepatan rata-rata. Jalanan mulai padat di sore hari seperti ini.
"Aku mendapat penawaran bermain di film yang disutradai oleh Kakashi." kata Naruto. Matanya tetap memandang lurus jalan yang ada di depannya. "Walaupun hanya sebagai pemain figuran, tapi gajinya lumayan besar. Kau tentu setuju, kan kalau aku bermain di film itu?"
Lagi-lagi Hinata menggigit bibir bawahnya. Itu bukan suatu pertanyaan, tapi sebuah pernyataan. Naruto selalu seperti itu. Hal apapun yang ditanyakan olehnya, hanyalah suatu kewajiban belaka. Pada akhirnya, Hinata tidak mempunyai hak untuk membantah atau menolak, atau bahkan sekedar memberikan pendapat atas keputusan Naruto. Ia tidak akan pernah bisa melawan kata-kata Naruto.
Tidak selama hidup Hinata masih berada di bawah bayangan pemuda Uzumaki itu.
"Ter-Terserah Naruto-kun saja…" balas Hinata pelan. Naruto melirik ke arah Hinata melalui ekor matanya. Dalam hatinya ia tahu kalau istrinya itu sedikit terkejut mendengar keputusan sepihaknya. Namun menjadi aktor film adalah impiannya sejak dulu. Sejak ia menjadi pemimpin perusahaan keluarga Hyuuga, ia hampir melupakan impiannya itu. Tapi sekarang ketika kesempatan datang menghampirinya, ia tidak mungkin melepaskannya begitu saja kan?
"Baguslah. Kau tidak perlu khawatir soal perusahaan. Aku sudah menyerahkan sebagian pekerjaan pada Paman Iruka. Kau tahu kan Paman Iruka pasti bisa dipercaya?"
Hinata hanya mampu mengangguk. Setidaknya Naruto sudah memilih orang yang tepat sebagai kanan tangannya untuk mengurus perusahaan ayahnya.
"Na… Naruto-kun… Kurasa… Setelah ini… Kau tidak perlu sering datang menemuiku di kampus…"
Naruto menyipitkan mata. Dahinya berkerut, "Kenapa? Kau tidak suka aku menemuimu di kampus?"
Hinata menggelengkan kepala dan buru-buru menjawab, "Bu-Bukan begitu… Aku hanya takut… Teman-temanku mengetahui rahasia kita… Bukankah Naruto-kun… tidak mau kalau orang lain tahu kalau aku ini adalah-" jeda sejenak sebelum Hinata melanjutkan "-istrimu?"
Naruto menghela nafas panjang, "Kau tidak perlu khawatir. Sebentar lagi kau berumur dua puluh satu tahun dan lulus dari universitasmu. Aku sudah mengatakannya empat tahun yang lalu kan? Saat kau berumur dua puluh satu tahun dan menjadi sarjana, kita akan mengajukan pembatalan pernikahan… Dan kita… Sudah bukan suami-istri lagi…"
Untuk sesaat Hinata berhenti bernafas. Ya, inilah kenyataan kehidupan pernikahannya dengan Naruto. Kenyataan bahwa pernikahan mereka hanyalah pernikahan di atas kertas dengan satu perjanjian…
Saat Hinata berusia dua puluh satu tahun, Naruto akan menceraikannya.
.
.
.
TBC
A/N: Oke, ini memang masih prolog, jadi mungkin masih seperti biasa, kelanjutan fic ini tergantung pendapat kalian dulu, apakah cerita yang ini mau dilanjutkan atau tidak?
Untuk fic Lovely Doctor rencananya dalam minggu ini akan diupdate, doakan aja ya ^^
