Fandom : Narutobideisasokisaitakuzuhida-ditabok-
Diclaimer : Kishimoto Masashi
Summary : sering marah-marah risiko hipertensi
Warning : ooc, gaje, Deidei POV, penuh ledakan, kata makian yang tidak pantas dibaca dan ditiru –halah-
For Infantrum Black and White Challenge
Set: White ~ friendship/fluff
--
LEMON AND ORANGE
~LABIRYNTH OF LOLLIPOP~
--
Permen lollipop rasa jeruk
Manis dan nikmat
Tapi lollipop yang satu ini
Sama sekali tidak manis dan tidak nikmat un!!
--
"SENPAIII!! Senpai! Senpai!! Senpaiii~!!!"
Brugh
Makhluk bertopeng lollipop ini selalu saja memanggilku dengan suara lantang membahana, lalu berlari menuju ke arahku, lalu memelukku, atau lebih tepatnya, menubrukku hingga jatuh. Kurang ajar. Badannya berat sekali. Apa sih maunya orang ini!?
"Senpai! Lihat! Lihat! Jubah Akatsuki! Tobi keren kan??"
Makhluk ini membuat kepalaku membentur lantai hanya untuk memamerkan jubah barunya. Dengan menemukan dan memakai cincin milik Danna kurasa takkan cukup untuk membuatnya bisa masuk ke dalam Akatsuki. Mengapa Leader-sama dengan entengnya memperbolehkan makhluk ini menjadi anggota?? Menyebalkan sekali! Posisi Danna digantikan sebegitu mudahnya, digantikan oleh makhluk idiot ini!?
Kedua tangannya yang mengunci badanku belum juga melonggar. Celotehan ribut darinya sama sekali tidak kudengarkan. Apakah makhluk ini baru mau melepaskan pelukan mautnya jika aku memberinya ucapan selamat atas diterimanya dia sebagai Akatsuki? Heh. Baiklah kalau itu yang dia inginkan.
Tertawalah terus selagi bisa. Akan kuberi ucapan selamat yang spesial. Aku berusaha sekuat tenaga menggerakkan satu lenganku yang baru saja dijahit gara-gara putus saat bertarung dengan Ichibi, kurogoh kantong tanah liat yang ada di pinggangku. Huh. Sebenarnya aku tidak mau membuat boneka yang bagus-bagus amat untuk makhluk ini, tapi jiwa seniku tidak bisa padam. Ya sudahlah. Makan nih ucapan selamat dariku.
"Selamat datang di Akatsuki un!"
Kutempelkan ke topengnya sebuah boneka tanah liat berbentuk kecoa.
"Katsu!"
DOAR
Topengnya sama sekali tidak retak sedikit pun. Dan pelukan semakin kencang diiringi tawa yang cempreng. Brengsek. Aku jadi ingin berjibaku saja rasanya.
.
.
.
"Apa maksud Leader-sama dengan memasukkan makhluk itu ke dalam Akatsuki un!?"
Kalau di sini ada meja, aku pasti sudah menggebraknya sampai hancur. Tapi di gua ini hanya ada bebatuan dan hologram Leader-sama yang wujudnya sangat tidak jelas.
"Deidara, namanya Tobi dan panggil dia Tobi. Aku mengetahui kekuatan dan kemampuannya melalui informasi yang diberikan Zetsu. Mereka sudah bersama untuk waktu yang lama. Itu alasan yang lebih dari cukup untuk membuatnya menjadi anggota Akatsuki"
"Tapi makhluk seperti itu mana pantas menggantikan Danna un!? Selalu ribut sendiri dan mengganggu orang lain un!"
"Deidara, jangan merendahkan orang lain kalau belum mengenalnya. Kau kuberi hukuman. Setelah kembali ke markas, tugas bersih-bersih toilet selama seminggu kuserahkan padamu"
Dalam hati kusumpahi leader sialan itu setelah hologramnya menghilang. Aku belum menemukan lenganku yang hilang saat bertarung dengan Hatake Kakashi, dan begitu sampai di markas aku harus membersihkan toilet!! Mengapa ia sangat membela makhluk bertopeng lollipop ituu?!! Aaargh un!!!
"Senpaaiiiiii~!!"
Suara makhluk itu menggema begitu memasuki gua ini. Tangannya melambai-lambai sambil memegang sesuatu. Sesuatu itu adalah tanganku!!
"Senpaaiii~! Tobi anak yang baik! Tobi menemukan tangan Senpai nih!! Nyangkut terselip di antara batu-batu sungai! Untung belom penyet kegencet!!"
Brugh
Walaupun ia berhasil menemukan tanganku, mengapa aku tetap ingin menggamparnya ya? Euh. Tidak bisa kugampar. Topengnya terlalu keras. Aku harus memikirkan cara yang lebih efektif untuk menyiksa makhluk kurang ajar ini. Tapi sebelum itu, masalah yang sekarang kuhadapi harus diselesaikan lebih dahulu.
"Hoi, badanmu itu berat!! Mau sampai kapan menindihku un?!"
"Hingga ujung waktu! Hee hee!"
"KATSU!!"
.
.
.
Spiral. Pola melingkar yang berputar-putar. Seperti pusaran air. Seperti obat nyamuk bakar. Seperti cangkang siput. Seperti es krim cone. Aku tidak peduli dan tidak mempermasalahkan hal-hal tersebut. Tapi ada satu pola melingkar berputar-putar yang sangat kubenci.
Lollipop. Terutama yang rasa jeruk.
Sebenarnya aku juga tidak peduli dengan permen itu. Tapi sejak kehadiran makhluk itu mengganggu kehidupanku, aku membenci lollipop setengah mati. Apalagi gara-gara makhluk bertopeng lollipop rasa jeruk itu sekarang aku harus mengepel lantai toilet markas selama seminggu!
"Senpai~! Tobi anak yang baik! Tobi mau membantu! Tobi bantuin yah??"
"Jangan lari-lari di toilet un! Lantainya masih licin taok un!!"
Brugh
Apakah makhluk ini paham bahasa manusia? Dia tidak pernah menggubris perintah dan peringatanku. Selalu seenak perut memelukku sampai jatuh tersungkur seperti ini. Rambutku jadi lepek karena lantai yang masih basah oleh deterjen pembersih. Aku ingin membotaki rambutnya yang hitam berantakan itu.
"Kamu ga boleh membantuku un! Leader-sama melarangku untuk minta bantuan selama menjalani hukuman un! Lagipula dibilang membantu pun yang kamu lalukan cuma nambah kerjaanku aja un!!"
"Kalo gitu Tobi dukung Senpai aja ya! Wheeee~!! Ganbatte Senpai!! Go Senpaii!!!"
Makhluk itu menari-nari di sampingku sambil berteriak-teriak ala cheerleader. Aku membutuhkan sumbatan untuk telingaku atau sumbatan untuk ember bocor yang ada di mulutnya. Huh. Aku tidak bisa melihat tampangnya yang tertutup topeng lollipop. Makhluk itu pasti sedang gembira mempermainkan aku.
"Waa Senpaii~! Sudut yang itu belum mengkilap! Wastafelnya masih berdebu! Kran airnya masih karatan! Cerminnya masih buram! Ganbatte Senpai!! Go Sen-"
"KATSU!!"
.
.
.
"Deidara, kau meledakkan fasilitas umum markas kita. Hukumanmu kutambah"
Siapapun, bunuh aku sekarang juga sebelum makhluk bertopeng lollipop itu makin menggerogoti hidupku. Hidupku tak pernah sekacau ini. Ini semua karena makhluk itu! Sekarang Leader-sama menambah hukumanku untuk membersihkan markas Akatsuki selama sebulan! Aaaargh unn!!
Seratus kali lipat lebih baik beradu argumen dengan Danna tentang seni sampai pelotot-pelototan daripada harus berhadapan dengan makhluk terkutuk satu ini.
.
.
.
"Senpaiiii~!! Senpai! Senpai! Senpai! Senpaiii!!
Makhluk itu berlari di sepanjang lorong markas yang baru saja kusapu dan kupel. Aku tidak yakin alas kaki yang dia pakai itu bersih. Sialan. Aku harus mengulangi membersihkan lorong tersebut. Tapi sebaiknya aku pasang kuda-kuda dulu sebelum makhluk itu menubrukku lagi.
Bletak
Brugh
Gagang besi mop yang kupakai untuk mengepel ini sampai bengkok saat kupukulkan ke kepalanya. Tidak ada kata 'aduh' terlontar dari balik topeng lollipopnya. Dan makhluk ini belum pernah gagal memelukku sampai penyet di lantai. Pernyataan Leader-sama tentang kekuatan makhluk ini mungkin memang benar, tapi tetap saja aku ingin mencincang dan menjadikannya makanan ternak.
"Senpaii~! Tebak tadi Tobi habis dari mana??"
"Singkirkan badanmu yang berat itu un! Jangan ganggu kerjaanku un!"
"Tobi baru aja dari kantor Leader-sama!! Tobi dapat misiii!! Yaaay~!!!"
"Jangan nginjek lantai yang baru kupel un!!"
"Tobi ditugaskan menangkap Sanbi! Tobi akan berjuang bersama Senpai!!"
"Jangan berada dalam wilayah pandanganku un!!!"
Aku akan menyebut semua nama penghuni kebun binatang kalau makhluk ini tidak segera menghilang dari hidupku. Mungkin aku bisa menyaingi Hidan sekarang. Tidak perlu menjadi seorang penganut Jashin untuk ahli menyumpah-nyumpahi sesuatu jika ada makhluk bertopeng lollipop ini.
.
.
.
Angin bertiup cukup kencang di daerah danau ini. Aku mengamati makhluk sialan itu dari atas burung tanah liat buatanku yang terbang agak rendah agar bisa memberinya bantuan dengan cepat jika diperlukan. Kalau bukan karena perintah Leader-sama, sudah kubiarkan dia dibantai Bijuu yang sedang dihadapinya sekarang.
"Halo Sanbi! Salam kenal! Namaku Tobi! Tobi anak yang baik!!"
Sanbi, telan saja makhluk idiot itu bulat-bulat supaya dia bisa merasakan nikmatnya asam lambung yang akan mencerna tubuhnya. Tanganku sibuk membuat bom untuk mempermudah makhluk itu melaksanakan tugasnya. Aku tidak ingin berlama-lama di tempat ini. Angin yang kencang ini tampaknya pertanda akan datang badai. Aku juga harus menjaga keseimbangan di atas burung tanah liatku yang terbangnya agak terganggu angin kencang.
Kulemparkan beberapa bom berbentuk ikan ke arah Sanbi yang sedang mengejar makhluk bertopeng lollipop itu beputar-putar mengelilingi danau. Memangnya kalian ingin membuat pusaran di danau ini!? Bahkan Sanbi jadi ketularan idiot gara-gara makhluk itu. Doh bodoh.
Entah jutsu apa yang makhluk itu pakai, tapi memang hebat bisa menumbangkan Sanbi dengan satu serangan saja. Ekh. Aku tidak memujinya! Menjadi anggota Akatsuki memang harus kuat! Yang dilakukan oleh makhluk itu adalah wajar dan biasa saja untuk ukuran Akatsuki! Lagipula berkat bom ikanku gerakan Sanbi jadi terhambat dan makhluk itu bisa menghajarnya!
"Akatsuki itu harus cool un! Tapi bukan berarti kamu harus sediam itu un! Paling tidak jawab omonganku un!"
Makhluk sialaann!! Bisa-bisanya tidur ngorok sementara aku sedang menceramahinya panjang lebarrr!!! Berkali-kali kulemparkan bom padanya dan tak ada satupun yang bisa melukainya walau hanya segores. Mengapa makhluk senista ini bisa bernafas dan hidupp!!? Cuih!
Gawat. Angin bertambah kencang. Burung tanah liat yang sedang kunaiki menjadi semakin susah dikendalikan sementara di kakinya kupasang tali tambang untuk menarik badan Sanbi yang sudah dikalahkan makhluk itu. Aku harus mengerahkan chakra lebih banyak lagi agar terbangnya tidak oleng., dan kuharap makhluk yang sedang ngorok di atas badan Sanbi itu tergelincir tenggelam ke dalam danau saja.
Ukh. Hembusan angin benar-benar kencang sekarang. Coba tadi makhluk idiot itu menyelesaikan misinya lebih cepat tanpa main-main, aku tidak perlu susah-susah menghadapi cuaca yang buruk seperti ini. Kukutuk wajah di balik topeng lollipopnya itu dipenuhi bisul. Sial. Aku harus berpegangan pada burung tanah liatku ini agar tidak terhempas angin.
HYUUUUSH
Sial! Sial! Sial! Sial! Apakah menyumpahi orang itu memang dilarang karena mengakibatkan karma?? Satu tiupan angin super kencang membuatku kehilangan keseimbangan. Pegangan tanganku terlepas. Aku terpisah dari burung tanah liatku. Usahaku untuk menggapainya kembali sudah tidak memungkinkan, aku sudah jatuh terlalu jauh dari burung tersebut. Aku ingin membuat burung tanah liat lagi, tapi angin sekencang ini akan menggoyahkannya dengan cepat. Hal teraman yang bisa kulakukan hanya mengusahakan chakra agar burung-burungku bisa tetap terbang menarik tubuh Sanbi. Biarlah aku jatuh menghempas danau dan menaiki badan Sanbi saja, setelah menendang keluar makhluk bertopeng lollipop itu tentunya.
"Senpaaiiii~! Tobi anak yang baik! Tobi akan menyelamatkan Senpaii!!"
Teriakan itu membuatku ingin mengutuki diriku sendiri. Lebih baik kepalaku pecah menghantam batu di dasar danau daripada harus ditangkap oleh makhluk itu. Kukerahkan tenaga yang tersisa untuk membuat beberapa bom kecil dan melemparkannya ke arah makhluk yang sedang berdiri di atas badan Sanbi sambil menengadahkan kedua tangannya bersiap untuk menyambut tubuhku yang jatuh.
"KATSU!!"
"Senpaiii~!! Tobi akan menangkap Senpaiii!!"
Semua ledakan yang kubuat sama sekali tidak memberi efek apapun padanya. Makhluk sialan itu melompat dari tempatnya berpijak. Lompatannya tinggi sekali. Dalam sekejap makhluk itu sudah mencapaiku dan melingkarkan kedua tangannya ke badanku dengan erat. Ia membawaku turun ke atas badan Sanbi tanpa melonggarkan pelukannya sedikit pun. Hari ini aku sudah capek meruntuk karena keberadaan makhluk yang sedang mendekapku sekarang.
"Lepaskan un!!"
"Tobi ga akan melepaskan Senpai! Nanti Senpai jatuh lagi!"
"Aku tadi sengaja jatuh un!!"
"Tobi ga mau Senpai sampai terluka!"
Hei! Memangnya siapa yang sudah membuatku mengalami gegar otak ringan setiap kali ada pelukan yang lebih tepat disebut tubrukan sampai kepalaku kejedot lantai melulu!?
Kencangnya angin sampai tak bisa kurasakan karena seluruh badanku terbenam di dalam pelukannya. Kedua tangannya erat melilit tubuhku, tidak memberikan celah sedikitpun untukku bergerak walau hanya sejengkal. Kepalaku menempel di dadanya saking kuatnya makhluk ini memelukku, aku bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya yang berdebar cepat seperti orang panik. Suaranya bergetar dengan nada gelisah. Apakah makhluk ini benar-benar mengkhawatirkan aku?
.
.
Spiral. Pola melingkar yang berputar-putar. Seperti pusaran air. Seperti obat nyamuk bakar. Seperti cangkang siput. Seperti es krim cone. Seperti permen lollipop. Seperti topeng yang dikenakan oleh makhluk yang sedang memelukku di atas badan seekor Bijuu pingsan.
Aku tidak membenci dan tidak mempedulikan hal-hal tersebut, kecuali hal yang kusebutkan paling akhir. Aku sangat membenci makhluk bertopeng itu. Ia membuatku terjebak di dalam labirin yang diciptakan olehnya. Labirin tanpa pangkal, tanpa ujung, entah dari mana aku masuk, entah di mana pintu keluarnya. Terus berputar-putar dipermainkan olehnya. Tersesat di dalam pusaran yang memusingkan.
"Tobi sayang Deidara-senpai. Tobi sedih sekali kalo Senpai sampai terluka"
Pelukannya makin rapat, membuatku tidak sanggup lagi untuk bernafas saking sesaknya.
tbc…
--
kondisi Deidei saat pembuatan chapter ini:
~ tekanan darah sistole 320, diastole 280, kemungkinan untuk menurun di chapter depan masih sangat kecil
~ berkumur pake deterjen setiap kali selesai memaki-maki
~ selalu membawa kipas angin portable supaya tidak mudah kepanasan saat ngamuk, tapi hal ini tidak berhasil ;p
~ … (kabur sebelum diledakin Deidei karena bacotan gaje ini)
kondisi Tobi saat pembuatan chapter ini:
~ penuh semangat dan energi yang meluap
~ badan sehat bugar lincah dan bertenaga
~ minimal 3 x sehari memeluk, eh menubruk, eh menggencet senpai tersayang
betewe, tau kan kenapa judulnya Lemon and Orange? Hehe… -ketawa autis, ditampol-
Dear lovely readers, your reviews are my worthy treasure!
So gimme your critics and comments to improve my writing skill!
Arigatobitobitobi XD
