Traveling to Jogjakarta
Fandom : Inuyasha
Tipe : Friendship
Character : Kagome, Sango and Miroku
Disclamer : Rumiko Takahashi
Hoho sekarang fic ke 10 ku muncul. Awalnya aku bingung mau nambahin cerita atau enggak. Tapi, akhirnya aku memutuskan untuk membuat fic ini. Sesuai dengan pengalamanku pergi Jogjakarta. Tapi, sebenernya itu hanya poin. Lainnya saya jabarkan dengan imajinasi sendiri. Okey! Enjoy!
Hai! Namaku Higurashi Kagome. Saat ini sedang mengalami masa sulit. Pertama bertengkar dengan pacarku kemudian mendapat perlakuan buruk dari para dosen di kampus. Hm, lengkap sudah penderitaanku!
Apa yang akan kulakukan untuk mengisi liburan yang rasanya tiada akhir ini? Oh ya, kemarin kudengar Sango akan pergi berlibur ke Jogjakarta di Indonesia. Kebetulan, dia hanya pergi sendiri jadi kurasa aku akan ikut dengannya. Oke sudah dipituskan! Aku akan pergi ke Jogjakarta. Sekalian untuk cuci mata.
Traveling to Jogjakarta - Chapter 1
Jogjakarta and Borobudur
Suasana di bandara Adi Sucipto ramai pagi itu. Kulirik jam tanganku. Sekarang baru pukul 7.45 Namun sepagi buta yang dingin bagaikan es ini sama sekali tidak menurunkan semangat orang-orang untuk berpergian kemanapun alam membawa mereka. Sama sepertiku yang terhuyung-huyung berjalan menuju gate 1. Baik coba sedikit kuceritakan kejadian malam tadi yang heboh.
Malam ini-di kamarku
Suara beker bagaikan gajah menjerit membuatku terpaksa untuk bangun dari mimpiku yang tidak ada bagusnya sama sekali. Belum lagi suara deringan ponselku yang memaksaku untuk membuka mataku yang berat bagaikan ditindih jerapah. Akhirnya, dengan paksa dan berat hati, kubuka mataku dan beranjak dari tempat tidur. Kuraih ponselku kemudian mengangkatnya.
"Halow?" Jawabku ogah-ogahan.
Terdengar suara perempuan yang sudah sangat kukenal berkicau dari seberang ["Kagome!] Teriaknya.
"Oh! Ohayou Sango-chan. Ada apa nih, pagi-pagi?" Tanyaku dengan suara parau.
Terdengar Sango-chan mendengus ["Sekarang masih malam. Jangan katakan padaku kalau kau belum bersiap?"] Tanya Sango-chan dari seberang dengan nada cemas.
Aku membalasnya "Bersiap-siap untuk apa Sango-chan?" Tanyaku layaknya itik kehilangan induk.
["Kita akan ke Jogjakarta hari ini bukan? Kagome sahabatku yang pikun?"]
"Oh ya," Balasku males-malesan. Aku terdiam sejenak "Oh ya! Aku lupa! Jam berapa sekarang ini?" Tanyaku mulai cemas. Aku berteriak cemas sendiri di kamar.
Sango kembali mendengus dari seberang ["Ya ampun, Kagome-chan? Ada apakah gerangan yang membuatmu melupakan semua rencana yang kau susun sendiri?"]
Ini benar-benar gawat ["Baiklah, sekarang aku akan membiarkanmu bersiap. Aku akan menunggumu di bandara"] Setelah itu aku meng-iyakan dan menutup telepon.
Dengan kasar dan tidak sabaran, aku melempar ponselku kemudian berlari terbirit ke kamar mandi. Dengan cepat, kubasuh tubuhku dengan air dingin sampai aku menggigil. Setelah selesai mandi, aku mengambil tas ranselku kemudian mengisi ransel dengan barang-barang setengah penting dan mengambil koperku yang berada di sebelah lemari.
Setelah itu, aku berlari ke ruang makan dan mengambil sehelai roti kemudian bersiap pergi ke bandara.
Narita Internasional Airport
"Sango-chan!" Panggilku. Orang yang kumaksud berbalik menunjukkan sepasang mata hitam legam yang menakutkan.
Sango-chan berjalan dengan berat hati dan penuh emosi. Keningnya berkerut dan matanya menyipit "Kau tau, jam berapa sekarang?" Tanyanya sambil menunjukkan jam tangannya di depan mataku.
Aku tertawa berat "Aku tau. Aku tau" Balasku minta ampun "Ya sudah, ayo sekarang lebih baik kita check in saja!" Saranku. Sango masih menatapku dengan tatapan membunuh. Oke, temanku satu ini memang menyeramkan jika sedang marah.
Kami mengantri untuk check in. Setelah selesai, kami pergi ke ruang tunggu. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya kami semua dipersilahkan untuk memasuki pesawat.
Kami duduk di kursi 3A dan 3B. Sesaat para penumpan memasuki pesawat dan lama-kelamaan mulai terisi. Saat hendak tack off, para pramugari dan pramugara menjelaskan bagaimana cara menggunakan seat belt, life vest dan alat bantu napas.
Pukul 11.30 AM pesawat akhirnya tack off. Mulanya, pesawat berjalan perlahan kemudian lama-kelamaan makin cepat dan akhirnya terbang meninggalkan bandara. Hatiku bersegup kencang saat pesawat meninggalkan daratan.
Pesawat makin lama makin terbang tinggi. Saat sudah tenang, aku melihat keluar jendela. Indah sekali. Pramugari berkata bahwa perjalanan dari Jepang ke Jogjakarta akan memakan waktu 7 setengah jam.
Untuk waktu yang cukup lama itu lebih baik kugunakan untuk tidur. Sekedar mengistirahatkan mata.
Beberapa saat kemudian, Sango menanyakan sesuatu padaku "Ngomong-ngomong, Kagome-chan, kamu mau ikut denganku ke Jogjakarta karena apa?" Tanya Sango padaku.
Aku menoleh padanya "Aku ingin cuci mata dan sekedar mencari kebebasan!" Setelah mengatakan hal itu, kututup mataku dan membiarkan mimpi membawaku.
Tubuhku serasa diguncangkan. Dengan terpaksa, kubuka mataku kemudian melihat Sango berkata sesuatu padaku "Kagome-chan! Cepat lihat ini!" Suruhnya.
Lantas aku menemplok pada jendela. Saat kulihat, kuasah dalam otakku, hanya Ada 2 kata untuk pemandangan ini. Indah sekali! Matahari terbit dari arah Timur. Cahayanya bagaikan tertelan oleh lautan kapas-kapas putih. Di sebelah Barat, terlihat sebuah gunung yang hanya terlihat puncaknya saja.
Sango memberitahuku bahwa gunung itu bernama gunung Salak. Memang jaraknya terlalu jauh dari jarak pesawat ini sekarang. Tapi, hal itu sama sekali tidak mengurangi keindahan gunung itu.
Kemudian semakin dekat dengan Jogjakarta, ada lagi sebuah gunung yang memanjang. Gunung itu bernama, errr oh ya namanya gunung Merapi. Sama seperti tadi, gunung Merapi itu bagaikan ditelan lautan kapas-kapas putih. Benar-benar indah! Ini pertama kalinya aku melihat pemandangan seindah ini "Sango-chan! Apa kau pernah ke gunung itu? Gunung Merapi itu?" Tanyaku penasaran.
Tanpa menatapku dan tetap memperhatikan pemandangan 'Luar biasa' itu, ia membalasnya "Tidak! Ini pertama kalinya aku berkunjung ke Jogjakarta! Indah sekali ya?" Lanjutnya lagi.
Aku mengangguk semangat "Aa... Jarang bisa melihat seperti ini di Jepang!" Tambahku sambil memperhatikan kembali gunung itu.
Pesawat kami terbang semakin rendah. Kabut-kabut mulai menipis. Mulai terlihat ratusan bahkan ribuan rumah-rumah penduduk di bawah sana. Mereka semua terlihat bagaikan semut dari atas sini. Seperti bermain rumah-rumahan.
Terdengar suara pramugari memberitahukan bahwa sebentar lagi pesawat akan landing. Hatiku berdegup kencang. Mungkin ini karena semangat melihat kota Jogjakarta yang diberitahukan Sango bahwa kota ini sangat indah. Itupun ia mendengarnya dari Miroku yang sudah berada di Jogjakarta sejak seminggu lalu.
"Sango-chan, kita sudah sampai kan? Apa yang akan kita lakukan setelah keluar dari sini?" Tanyaku semangat dan tidak sabaran. Sango hanya terasenyum kecil padaku.
"Bersabarlah! Kita harus bertemu dengan Miroku dulu. Aku tidak tau seluk-beluk Jogjakarta" Balasnya sambil mengambil tasnya dari kabin.
Setelah mengambil tas kami dari kabin, kami menunggu sampai pintu dibuka. Saat dibuka, semuanya berbondong-bondong keluar dari pesawat. Meski aku senang dan tak sabaran setengah mati, aku berusaha menahan diri supaya tidak bikin malu.
Saat keluar pintu keluar, aku melihat Sango melambai-lambaikan tangannya pada seseorang. Saat kuperhatikan, ternyata ada Miroku berdiri di antara tiang penyangga di dekat Sango berdiri "Miroku!" Panggil Sango semangat.
"Oh, Sango! Kau sudah sampai. Hallo Kagome!" Katanya sambil melambaikan tangannya pada kami.
"Hallo Miroku. Sama siapa kamu kesini?" Tanyaku sambil celingak-celinguk.
Miroku tertawa kecil "Ya, ada seorang temanku. Dia dari Jogjakarta. Aku bertemu dengannya saat pertama kali sampai!" Jelasnya sambil mencari temannya itu.
Dari kejauhan, kulihat seseorang bertubuh tinggi dengan rambut hitam berjalan mendekati kami "Yo!" Balasnya ramah. Yaaa meskipun tidak terlalu ramah untuk seseorang yang baru pertama kali kenal "Konichiwa!" Balasnya lagi.
Aku memiringkan kepala "Kau bisa bahasa Jepang?" Tanyaku sambil memperhatikannya. Ia mengenakan kaus oblong merah dan celana jins. Kemudian sepasang sandal jepit
Dengan tampang datar ia menatapku "Apakah kau bisa bahasa Indonesia?" Tanyanya balik dengan raut wajah datar tanpa ekspresi.
Aku mendengus kesal. Karena tidak ingin memperpanjang masalah, akhirnya aku menjawab "Tidak!" Jawabku percaya diri.
Ia mentapku sekilas kemudian berkata "Sama sepertiku yang tidak bisa berbicara bahasa Jepang!" Balasnya dengan bahasa yang tidak kumengerti. Aku memirinkan kepala dengan kening berkerut.
Miroku yang menyadari kebingunganku, menyampiriku "Katanya dia tidak bisa bahasa Jepang!" Jelas Miroku "Tapi sebenarnya dia bisa berbicara Jepang namun setengah-setengah!" Lanjut Miroku lagi.
Aku menganggukkan kepalaku berkali-kali tanda mengerti. Kemudian, Sango menghampiri kami "Bagaimana kalau sekarang kita pergi?" Tanyanya sambil merangkul kami berdua-aku dan Miroku-
Miroku meng-iyakan kemudian kami menuju mobil yang dibawakan oleh Miroku dan temannya itu.
"Kita pergi ke candi Borobudur dulu?" Tanya laki-laki misterus itu kepada kami setelah kami semua sudah stand by di dalam mobil. Kali ini tampaknya ia menggunakan bahasa Jepang yang agak tersendat namun bagus.
Candi Borobudur? Apakah itu adalah bangunan yang termasuk 7 keajaiban dunia yang kubaca di buku? Apapun itu pokoknya pasti keren!
"Ya! Sekarang lebih baik kesana!" Jawab Sango semangat. Ia sampai setengah berdiri dari bangkunya. Entah kenapa sifat dia ini selalu berubah.
Karena penasaran, akhirnya aku ikutan berkicau "Boleh tuh! Aku udah penasaran! Gimana kalau sekarang kita ke sana? Pasti menarik!" Kataku tak kalah semangat dan heboh.
Teman Miroku itu tersenyum melihat sikap kami "Baiklah! Ayo kita ke sana!" Katanya sambil menyalakan mesin mobil. Sesaat kemudian dia berbalik lagi "Oh ya, perkenalkan namaku Irwan Kusuma!" Setelah memperkenalkan dirinya yang terlambat, ia kembali mengemudi.
Wooaaaaaa
Sekali lagi aku dibuat kagum dan kaget. Candi Borobudur yang dikatakan Sango itu jauh lebih besar dari apa yang pernah dia katakan padaku "Sugoi!" Kataku sambil melihat bangunan yang super duper besar itu. Aku berlari setelah melewati gerbang masuk. Setelah melewati gerbang, aku melihat sebuah pohon yang sangat besar. Pohon terbesar yang pernah aku lihat.
"Namanya pohon Beringin!" Sahut seseorang di sampingku dengan menggunakan bahasa Jepang. Aku menoleh. Irwan Kusuma berdiri di sampingku "Pohonnya besar kan?" Tanyanya. Aku mengangguk dan tersenyum kemudian mengagumi pohon besar itu.
"Ayo! Kita jalan lagi! Kita harus berfoto saat sampai sana!" Kata Sango sambil menunjuk ke arah Candi Borobudur.
Kami banyak berfoto di sini. Mulai dari tingkat candi yang paling bawah sampai yang paling atas. Aku diberitahu bahwa ini tercipta pada zaman kuno. Diperhatikan berkali-kali pun aku masih terkesima. Bangunan ini benar-benar luar biasa besar dan indah.
"Kagome-chan! Ayo kita berfoto di sini!" Ajak Sango sambil memberikan kameranya pada Miroku.
Benda-benda yang mengisi bangunan ini disebut Stupa. Nama yang unik. Aku dan Sango berdiri di antara salah satu stupa di tingkat kedua.
Kami menaiki lebih tinggi sampai tingkat paling atas. Kami banyak foto-foto. Ada yang saat aku memeluk salah satu stupa, saat bersama Sango melompat di sekitar stupa dan banyak lagi. Pokoknya seru deh!
Sehabis puas berfoto-foto di candi, kami akan pergi ke Solo. Di jalan keluar dari candi, kami melewati pasar. Hm.. Sebenarnya gak bisa dibilang pasar sih, cuman banyak orang berjualan barang-barang unik. Lucu-lucu. Aku sempat membeli replika candi. Bagus banget gak tahan klo gak beli.
Masih banyak lai benda-benda lucu lainnya. Namun, aku tidak bisa membelinya sekarang, hanya akan membuang-buang uang, kata Miroku santai padaku saat kami sudah melewati segumbulan pedagang itu.
Sekarang kami sedang dalam perjalanan menuju Solo. Irwan menyetir, Miroku duduk di depan dan aku juga Sango duduk di belakang. Sudah lebih dari 2 jam kami menaiki mobil menuju Solo.
Badanku sakit semuaaa! Duduk di mobil selama berjam-jam bikin badanku sakit semua. Pungguku sakit, leherku sakit lututku pegel. Aduuh dan ngeselinnya lagi sampe Solo cuma untuk makan. Heeiisss! Kenapa gak makan di Jogjakarta aja sih?
Setelah makan, kami kembali ke mobil dan akhir kami pergi ke villa kami. Tapi, saat pulang badanku cukup nyaman dan tidak sakit-sakit. Saat sampai ke villa, aku langsung turun "Akhirnyaaaa! Bebas! Tapi badanku masih sakit semua!" Kesalku sambil me-relax kan tubuhku.
Sango tertawa terbahak "Hahah aduh Kagome-chan! Tubuhku juga sakit semua. Tapi sekarang kita sudah bebas" Lanjut Sango sambil merentangkan kedua tangannya.
"Dingin ya?" Tanyaku sambil memeluk tubuhku.
"Ya di sini sangat dingin! Bahkan airnya dingin banget" Kata Irwan sambil mengeluarkan kunci villa.
Kami mengikutinya masuk ke dalam rumah. Ruangannya cukup besar. Dindingnya berwarna krem. Di bagian sebelah kanan terdapat sofa dan meja. Di sampingnya terdapat dapur. Di bagian kiri ruangan terdapat 3 ruang tidur.
Aku menentukan ruang tidurku berada di paling kiri. Lantas aku membawa semua barang-barangku dan membawanya menuju kamar. Awalnya aku meletakkan tas-tasku di bagian kiri ruangan kemudian merebahkan tubuhku di kasur.
I'm so tired
Hari pertama telah usai. Badanku benar-benar kelelahan dan encok. Berjalan seharian penuh bikin badanku seperti di injek gajah bengkak. Tapi... Aku tidak menyesal bahkan puas. Setelah selesai dan puas-puas berada di Candi Borobudur, kami menuju Solo untuk makan siang. Perjalanan memakan waktu 2 sampai 3 jam. Selama perjalanan aku tidak berhenti mengeluh tubuhku sakit semua. Aku sampai mengomel kenapa jika ingin makan saja sampai jauh-jauh ke Solo.
Tapi, Sango malah menasihatiku 'Kalau kau tidak berhenti mengeluh kenapa tidak kembali saja ke Jepang?' Kata-kata itu lebih terdengar seperti pengusiran.
Setelah selesai makan, kami pergi menjunu villa kami, Alma di Kaliurang. Begitulah yang dikatakan Irwan padaku. Saat memasuki dan pembagian kamar, aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasur. Brrr dingin banget! Bahkan lebih dingin dari pada menggunakan AC. Sepertinya aku akan menggigil kedinginan. Aku beranjak dari kasur kemudian pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka.
Saat air di bak mengenai wajahku, aku kedinginan seperti merasakan air di kutub utara. Gilaa dingin banget. Udara dingin, air dingin? Bisa-bisa aku gak tahan meski cuma sehari! Tapi demi menghilangkan kejenuhanku, aku akan bertahan sampai saatnya aku kembali ke Jepang dan berurusan dengan mereka.
Seusai membasuh wajah, -meski sebenarnya tidak jadi- Aku mengambil jaket dari ranselku kemudian mengenakannya. Di kamarku hanya ada sebuah kasur tipe king bed, dua buah sofa, sebuah meja kecil, dan sebuah TV. Ada juga aksesoris kecil lainnya seperti cermin dan sebuah pengharum ruangan yang tampaknya sudah rusak. Selesai melihat-lihat kamar, aku keluar kamar dan menghampiri Sango yang tengah membaca majalah.
Aku menghampirinya dan duduk di sampingnya "Apa yang kau baca, Sango-chan?" Tanyaku sambil melihat cover majalah dari bawah.
Sango menurunkan majalahnya kemudian melihat covernya "Majalah Network. Tampaknya ini memberi tau jadwal televisi!" Jelas Sango sambil memberikan majalah itu padaku.
Kubuka majalah itu. Erk! Aku tidak mengerti. Ini ditulis dengan bahasa Indonesia… Kurasa. Jadi, karna tidak mengerti akhirnya aku hanya membolak-balik majalah itu tanpa membaca isinya.
Akhirnya, sisa hari itu, kami habisi dengan beristirahat di villa. Kami makan malam di villa. Hanya sekedar makan mie goreng. Enak! Itu komentarku saat memakan mie goreng itu. Rencananya, aku hendak tidur lebih cepat karena aku sudah sangat lelah. Tapi, kenyataannya, aku malah tidur jam 12 malam karena keasyikan main laptop, chattingan dengan temanku.
Karena masih memiliki kesadaran diri, akhirnya aku menutup laptopku kemudian tidur di kamarku karena saat itu aku berada di ruang depan.
Tubuhku serasa seperti diguncangkan. Makin lama, guncangan itu semakin , kubuka paksa mataku. Hal pertama yang kulihat ada sepasang mata hitam menatapku penuh semangat. Aku tahu pemilik mata itu. Kuraih ponsel di sebelahku dan melihat di bagian depan. Pukul 6 pagi. Untuk apa ia membangunkanku sepagi ini? "Ohayou, Sango-chan. Ada apa?" Tanyaku lemas.
Kulihat wajahnya berseri-seri. Ada apa sepagi ini sampai ia sesenang ini? "Kagome-chan! Ayo kita jalan pagi. Mengitari sekitar bukit ini!" Sahutnya senang. Ia sampai menarik-narik selimut yang menyelimuti tubuhku sampai aku kedinginan setengah mati. Padahal aku sudah mengenakan jaket. Tapi sama saja. Dinginnya gak ketulungan.
"Sepagi dan sedingin ini? Tidak! Tidak Sango-chan! Kau mau membunuhku?" Tolakku sambil kembali tidur. Tapi tidak bisa. Karena Sango sekarang malah menarik-narik jaketku. Tapi tampaknya ia tidak menyerah. Ia menarik bantal yang ada di kepalaku kemudian kembali menarik jaketku. Oke! Aku sudah muak.
Aku beranjak duduk dari posisi tidurku "Baiklah! Baiklah! Tolong jangan ganggu aku!" Kataku kesal. Sango hanya cengar-cengir menyebalkan. Sepertinya aku harus lebih banyak istitrahat. Dengan malas aku berjalan menuju kamar mandi dan membasuh wajahku dengan air yang super duper dingin itu.
Setelah itu, aku pergi ke luar kamar untuk mengambil gelas dan minum air mineral. Aku kembali menuju kamarku dan merebahkan tubuku kembali ke atas kasur. Sango yang kebetulan masih bertengger di kamarku kembali mengguncangkanku "Oke! Oke! Ayo kita pergi!" Kataku mulai frustasi. Benar-benmar deh. Berhadapan dengannya bener-bener bikin naik darah.
Aku berjalan keluar kamarku kemudian mengenakan sandal dan berjalan keluar villa.
Aku menyesali tindakanku yang tidak menetapkan dan memilih untuk ikut Sango berjalan di antara dinginnya udara.
Aku merapatkan jaketku pada tubuhku. Angin pagi yang dingin itu, berhembus sampai menusuk tulangku. Aku sampai melihat asap putih keluar dari mulutku. Helaian-helaian rambutku menari-nari di udara karena tertiup angin "Waah! Dingin sekali ya, udaranya?" Kata Sango sambil meniup-niup tangannya yang membeku.
Aku mendengus kesal "Kau baru menyadarinya sekarang? Betapa dinginnya di sini?" Balasku galak. Sepertinya Sango sama sekali tidak mendengar kata-kataku atau memang sengaja tidak mau dengar? Aah orang satu itu memang menyebalkan.
Kami terus berjalan sampai menemukan patung kera. Pada patung itu terdapat banyak sekali kera. Kami berfoto di samping patung kera itu. Bahkan aku diberi tau bahwa nama patung itu patung monyet.
Setelah puas bermain di sana, kami memutuskan untuk kembali ke villa. Saat kembali, aku diberitau oleh Irwan bahwa siang nanti, kami akan pergi ke Bukit Plawangan dan Tlogo Putri. Awalnya aku dengar Miroku berkata pasir. Aku bingung apa maksudnya.
Beberapa jam sebelum pergi, kami menghabiskan waktu di rumah dengan bermalas-malasan. Awalnya, sesampai di villa, kami sarapan terlebih dahulu. Setelah itu, aku mandi. Kembali berhadapan dengan air yang sedingin es di kutub itu. Aku sampai berkali-kali loncat di kamar mandi setiap aku mengguyurkan segayung air. Rasanya benar-benar seperti berada di kutub.
Sehabis mandi, aku tiduran di kasur dan menonton tv. Tapi percuma saja. Aku tidak mengerti setiap kalimat yang dikatakan. Maka aku memutuskan untuk membuka laptopku dan chattingan dengan teman. Tapi sialnya, sinyala abal. Jadi, aku tidak bisa membuka internet. Karena pasrah dengan keadaan, akhirnya, aku meminja NDS milik Sango yang isinya sama sekali gak ada bagusnya.
Tapi karena bosan dan tidak tau mau ngapain, akhirnya aku pasrah dengan memainkan games di NDS milik Sango.
Setelah setengah jam bermain, aku memutuskan untuk berhenti dan makan siang. Kebetulan ada mie goreng di dapur. Tapi, aku harus memasak sebelum makan. Beberapa saat kemudian, Sango keluar dari kamar dan bergabung makan siang denganku.
"Masak apa, Kagome-chan?" Tanya Sango sambil membuka plastik putih di samping tempat cuci piring.
"Mie.. Goreng!" Balasku sambil melihat bungkus mie yang tadi kurobek.
Sango mengeluarkan sebungkus juga. Tampaknya ia ingin memasak "Aku ikut ya? Aku sudah lapar!" Balasnya sambil merobek plastiknya dan mengeluarkan isinya.
"Tentu! Kau bisa gunakan setelah aku selesai!" Balasku sambil memasukkan mie yang keras itu ke dalam wajan berisi air mendidih.
Setelah beberapa saat, mie yang kumasak selesai dan kemudian aku memakannya. Begitu pula dengan Sango.
Beberapa saat kemudian, kami selesai makan siang dan saat itulah Miroku dan Irwan kembali "Dari mana saja kalian?" Tanyaku begitu mereka masuk ke dalam dan meletakkan barang bawaan mereka ke atas meja "Banyak sekali bawaannya!" Tambahku lagi sambil melihat ke dalam plastik yang mereka bawa.
Miroku duduk di samping Sango "Kami berbelanja beberapa bahan makanan. Tampaknya kalian sudah makan siang!" Kata Miroku sambil mengambil sebungkus biskuit dari dalam plastik kemudian memakannya.
"Kami juga membeli 2 bungkus makanan. Syukurlah kalian sudah membuat makanan. Jadi kami tidak perlu repot-repot membelikan kalian makan!" Tambah Irwan dengan wajah datar menyebalkan. Dia sama sekali tidak bosen-bosennya membuatku marah.
"Makan apa kamu?" Tanyaku padanya setelah melihat sesuatu seperti tofu terdapat pada mangkoknya.
Ia mengamati makanannya sekilas kemudian menyuap sesendok "Baso Tahu!" Balasnya setelah menghabiskan makanan di mulutnya.
"Baso tahu?" Aku melongo. Satu lagi terdapat nama yang unik. Irwan mengangguk.
"Iya! Baso tahu! Itu makanan umum di sini dan daerah lain!" Balasnya. Mulutnya penuh dengan makanan.
Aku mengangguk kemudian melanjutkan makanku. Kata Irwan dan Miroku, kami akan pergi ke 2 tempat setelah ini. Katanya sih ke Tlogo Putri dan Bukit Merapi. Waaah namanya unik. Pasti tempatnya menarik. Aku akan membuat banyak kenangan di sana!
TBC
Wohooo chapter 1 selesai. Nah, gimana? Bagus? Klo bagus syukur.
Gk usah byk bacot saya dan kita akan bertemu di chapter 2.
