Haaiiii, Minna-sannn ~ *SKSD dilempar galon sama yg baca =))

Iseng2 Aku masukin cerita2ku yang baru aja kepikiran pas lagi nulis After That The Red Bond

Maap yah, kyknya aku terkena penyakit stuck sama After That... *Digolok =))

Aku bikin cerita ini sama sekali ga ada hubungan sama ceritanya Bleach.

Paling cmn numpang minjem Pairing tercinta, IchiRuki, sama minjem nama2 char yang lain... *Sujud2 ma Akang Kubo

Oh iya, all, mau tanya dong disini ada ga sih perkumpulan IchiRuki? Kalo ada mau dong Join... *puppy eyes. Soalnya aku ga pernah ketemu orang2 yang senasib sepenanggungan sepertiku. Paling tidak aku bisa ngeshare semua FFku dengan damai, senang sentausa *Hiperbola.

Oh iya, sebenarnya aku kurang bisa bikin cerita Humor gitu. kebanyakan suasana pasti serius (Kalo ada yg udah baca FFku sebelumnya)

So guys *Mulai sok kenal, Aku butuh banget kritik dan saran dari kalian. Itu sangat membantu sekali untuk meningkat kreatifitas ku untuk menulis (Betul, kemampuan menulisku memang sangat sangat sangat payah sekali. Cepat mudah terkena penyakit Stuck) T_T

Nah, Sekali Lagi Perlu Diingatkan. Yang buat Bleach itu Akang Kubo Tite, bukan Searaki Icchy. ^^a

Enjoy My Story... Need Review.

Sankyuuu ~ ^_^


Chapter 1 = Prelude ~ Black Sun & White Moon ~

"Mau jadi pacarku, Ichigo?" Tiba-tiba saja, seorang gadis mungil dengan rambut hitam pendeknya dipadu dengan mata berwarna violet itu. Berbicara dengan lantang di depan cowok berambut orange tersebut. Gadis itu… Kuchiki Rukia. Ucapannya dengan sukses membuat Ichigo mati kutu tidak bergerak.

"Hey! Jangan bercanda denganku, Rukia!" Decak Ichigo sebal. Merasa dirinya dikerjai oleh Rukia. Gadis itu malah tersenyum nakal. Mengedipkan sebelah matanya lalu menutup mulut Ichigo dengan jari kecilnya.

"Kau pikir aku sedang bercanda? Dasar bodoh…" Bisiknya tepat ditelinga Ichigo.

"Yakin?" Tanya Ichigo meyakinkan.

Rukia hanya mengangguk pelan. "Tentu saja."

"Tumben sekali…" Ichigo mengacak rambut orangenya pelan. Tiba-tiba saja, di atap sekolah saat jam istirahat kelas, Rukia memanggilnya. Seperti biasa, mereka memang menghabiskan waktu istirahat berdua di atap sekolah. Biasanya berbincang-bincang dari hal yang penting sampai hal yang tidak penting sekalipun. Dan kali ini Rukia sedang menawarkan Ichigo untuk menjadi pacarnya. Pacar? Mungkin kata-kata itu hanya akan diucapkan sekali oleh Rukia.

"So? Mau jadi pacarku?" Rukia mengulangi perkataannya.

"Jujur saja, aku lebih senang dengan hubungan kita yang sekarang." Ucap Ichigo.

"Yayaya…" Rukia mengangguk seolah-olah mengerti. Hubungan mereka memang seperti ini. Hubungan rumit yang tidak bisa dijelaskan bahkan oleh diri mereka sendiri. Teman? Sepertinya bukan. Sahabat? Dibilang sahabat juga, rasanya terlalu mesra. Pacar? Tidak juga… mereka sama-sama tidak menyukai status tersebut. Jadi? Hubungan antara Ichigo dan Rukia itu disebut dengan apa?

"Jujur saja, kadang aku merasa lelah dengan hubungan tanpa status seperti ini." Rukia melanjutkan ucapannya. "Tapi yah, kalau kau tidak mau ya tidak apa-apa. Aku juga tidak keberatan dengan keadaan yang sekarang." Sambungnya.

Di renggangkan tubuh mungilnya, sambil menikmati hembusan sepoi angin, membelai rambut hitam Rukia pelan. Memperlihatkan bagian lehernya yang mungil. Bagi Ichigo, Entah kenapa setiap kali dia menatap punggung Rukia, jantungnya berdetak begitu kencang. Hey! Memangnya ada apa dengan punggung Rukia?

Kalau dilihat lebih teliti, Rukia ini tidak sefeminin Inoue Orihime, teman sekelas mereka berdua. Dan juga tidak sesexy Matsumoto Rangiku, sang senior di SMA Ichigo dan Rukia.

Tubuhnya begitu mungil, segitu mungilnya sampai-sampai bisa Ichigo angkat dengan satu tangan. Sebegitu kecil dan ringannya, Ichigo menyebut Rukia sebagai 'Kuso Chibi' atau dalam bahasa Indonesia, Si kecil sialan =))

Dengan tubuh mungilnya, dan juga sifatnya yang lebih mirip laki-laki itu, juga tutur bahasanya yang Rukia pakai. Malah membuatnya pantas mempunyai bentuk tubuh seperti itu.

Ya… tetap saja… setomboy-tomboy seorang wanita, tetap saja akan memperlihatkan sosok kewanitaannya. Sisi lembut yang terdapat dalam setiap wanita, Rukia juga mempunyainya. Walaupun tidak sering terlihat. Karena itulah, Ichigo tetap saja memandangnya sebagai seorang wanita. Yang keras kepala tentunya…

Ichigo menghampiri sang Chibi dan langsung mencium bibirnya. Tanpa pemberitahuan, tanpa aba-aba, tanpa persiapan. Rukia tidak melawan, malah menerima dan membalas kecupan Ichigo dengan lembut.

Rukia melepaskan ciuman Ichigo, lalu berbisik pelan di telinga si kepala jeruk, "Jangan menciumku seperti itu. Kalau keterusan gawat, lho." Rukia terkikik pelan. Ichigo hanya mendengus pelan, sedikit tersenyum. "Memangnya kenapa?"

"Lanjutannya dikamarmu saja." Rukia menjulurkan lidahnya. Wow! Seperti menantang Ichigo untuk masuk dalam ronde 2. Lalu berlalu dari atap sekolah memasuki ruangan kelas diikuti oleh Ichigo.

Jam istirahat pun sudah selesai…

xXxXx


Flashback = Ichigo POV =

Hari itu, aku bertemu dengannya, seorang gadis mungil itu tiba-tiba saja muncul dihadapanku. Entah apa yang dia lihat, dalam keadaan basah kunyub oleh hujan yang mengalir deras. Hujan yang kubenci… Ya! Aku sangat membenci hujan! Membuatku teringat akan kematian Ibu. Namun, hujanlah yang mempertemukanku dengannya… Rukia…

Aku terdiam, tidak bisa berkata-kata. Kalau dibilang terpesona, aku memang sedikit terpesona oleh matanya. Warna violet yang menyala terang dimalam hari itu begitu indah. Membuat diriku terlupa seharusnya aku bertanya tentang keberadaannya disini.

"Ngg… Sedang apa kau diam disitu?"Akhirnya aku bertanya juga. Gadis itu masih terdiam, tidak memjawab kata-kataku, namun tatapan matanya seolah-olah menjawab, "Bukan urusanmu.""Apa ada masalah?" Tidak ada satu pun ekspresi yang tersirat oleh gadis itu. Derasnya hujan sedikit membuyarkan wajahnya. Yang paling kuingat adalah warna matanya. Ya! Matanya dengan sukses membuatku terpana.

"Sama sekali tidak." Aku menjawab singkat. Saat itu lumayan malas berdebat. Kulangkahkan kakiku maju ke depan. Aku mulai melangkah melintasinya. Saatnya untuk pulang kerumah, apalagi waktu mulai menunjukkan jam 7 kurang 5 menit. Telat semenit saja bisa-bisa si Kuso Oyaji itu akan menghajarku.

Rukia… yang saat itu tidak kuketahui namanya, terus mengawasi langkahku. Dan tanpa kusadari pula, kehadirannya menghilang dibelakangku…

xXxXx

"KAU TELAT, ICHIGO!" Seperti biasa, Kurosaki Isshin, Ayahku.

"Hey! Aku tidak telat! Jam 7 pas!" Aku membela diri. Kutunjukkan jam tangan yang melingkar ditangan kiriku. Aku datang tepat waktu!

"Jangan banyak alasan! Jam dirumah sudah lewat 5 menit!" Kuso Oyaji ini tidak mau mengalah.

"Aku hanya mengikuti jam tanganku! Masa bodoh dengan jam dirumah!"

"Tidak usah banyak alasan! Hari ini kau tidak dapat jatah makan malam!"

Seperti biasa, setiap aku pulang sekolah pasti keadaannya selalu seperti ini, aku pasti akan beradu badan dengan Ayah. Yuzu dan Karin, adik perempuan kembarku, pasti akan menonton dengan kami sambil tetap menyantap makan malam dengan tenang. Layaknya tontonan film laga setiap harinya.

"Sudahlah! Aku mau mandi saja!" Dengan cepat kakiku mencapai kamar mandi. Lebih baik berendam air panas di saat cuaca hujan begini.

Selesai mandi…

Kurebahkan badanku dikasur. Rasanya hari ini lelah sekali, seharian hujan membuat moodku terkadang tidak menentu. Handuk kecil yang kupakai untuk mengeringkan rambut orangeku kubiarkan menutupi setengah mukaku. Lampu kamar sengaja tidak kunyalakan karena kupikir sehabis mandi aku akan langsung tidur saja.

Greekk… Terdengar suara seperti jendela yang dibuka pelan. Aku masih tidak menyadarinya, sampai... Aku merasa disebelahku ada seseorang yang duduk terdiam disampingku.

"HUWAAAAAA!" Sontak aku langsung turun dari kasur. Mukaku mengeluarkan raut kaget luar biasa. Di atas kasurku, muncul seorang gadis mungil dengan mata violetnya yang menyala dengan indahnya dalam kegelapan. Dia kan…?

"Kau kan? Yang Barusan…" Aku ingat! Dia adalah gadis yang kutemui di bawah guyuran hujan. Selurus badannya basah kunyub dan sekarang dia sedang duduk dikasurku.

"Hey! Cepat berdiri dari sana!" Ucapku geram. Gadis itu membasahi kasurku. Secara refleks ku keringkan rambutnya terlebih dahulu dengan handuk yang baru saja kupakai.

"Siapa kau? Kenapa tiba-tiba ada disini?" Aku mulai bertanya. Gadis itu masih saja tidak menjawab.

"Katakan sesuatu, Chibi!" Ku acak-acak rambutnya yang basah. Akhirnya muncul sedikit reaksi.

Gadis itu mulai membuka mulutnya, "Rukia…"

"He?"

"Chibi dewa nai, Rukia da…" Gadis yang bermana Rukia itu menatapku. Dia menatapku dari bawah sampai atas, seperti sedang menilaiku. Memangnya ada apa dengan badanku?

"Kenapa kau memandangku seperti itu?" Aku mulai risih dilihat terus-menerus seperti itu. Gadis ini? Kok dia sama sekali tidak berekspresi, yah? Ini membuatku penasaran tentang dirinya.

"Terserah aku, kan?" Ucap Rukia ketus, "Mikan atama…" Hah? Mikan atama? Maksudnya rambutku?

"Mikan atama janee, Kurosaki Ichigo da!"

"Strawberry jeruk." Sesaat aku melihat senyum manis yang tersirat tipis diwajah Rukia. Begitu singkatnya, tidak bisa dihitung dalam hitungan detik. Namun, aku melihatnya, senyuman pelan itu mampu membuat jantungku berdetak kencang.

"Ichigo! Jangan panggil aku strawberry!" Bisa juga aku salah tingkah. Aku sedikit malu kepada diriku sendiri…

"Ahahahaha!" Rukia tertawa. Tertawanya begitu lepas. Muncul juga senyuman sinisnya. Dia sedang meledekku. Sialan…!

Ichigo – P.O.V – End

xXxXx

~Continued ~


Ahahahahahaha... *ketawa geje.

Entah kenapa, aku naksir banget sama perumpamaannya IchiRuki, Black Sun & White Moon. OMG! *guling2 histeris... xD~

Gimana minna-san? *kasih muka paling innocent =))

Aku sangat butuh sekali kritik dan saran dari kalian. Apa aja, mau baik, mau jelek, Icchy terima dengan senang hati.

Review Onegaishimasu ~ *Bungkuk ~ :)