Uchiha Sasuke x Hyuuga Hinata (again)
Rate: T semi M tapi masih aman tenang saja tak akan ada lemonnya._.
Naruto asli milik Masashi Kishimoto sensei, fict ini dan Hyuuga Neji milik saya xD xP
Gaje, abal, OOC akut (baik Hinata maupun Sasuke akan keluar dari sifat aslinya di anime Naruto), lebay, ide pasaran, aneh, TYPO nya banyak pasti=_= dan segala kekurangan lain yang menyertai fict ini._.
Tadinya fict ini mau saya dedikasikan untuk event #IndigoRose, tapi tidak jadi karena saya takut rate nya tidak sesuai. memang tidak ada lemonnya, masih dalam batas wajar, hanya saja menurut saya materinya terlalu berat. Ini ide gaje saya yang menurut saya sedikit asdfghjkl._. So, untuk event itu kemungkinan saya akan membuat cerita lain kalau sempat xD
Selamat membaca kalau ada yang baca._.
.
.
.
.
.
.
.
Summary: Kau hadir dengan sejuta pesona. Membuatku jatuh cinta untuk yang pertama kali. Aku merasa hatiku sudah mati sejak saat itu, tapi kehadiranmu memberikan warna baru dalam hidupku. SasuHina lagi dan lagi xD bad story, bad title, bad summary. Mind to review?
.
.
.
.
.
"Teme, kau dapat ini dari si tante lagi?" Naruto mengacungkan sebuah ipod model terbaru milik Sasuke diudara dan menatap benda mungil nan mengkilat itu dengan pandangan berseri. Sasuke hanya bergumam pelan, sambil memakan irisan tomat yang dibawanya dan memainkan ponsel yang juga keluaran terbaru, tak terlalu serius menanggapi ucapan Naruto barusan.
"Sugoi... Aku melihat daftar harganya kemarin diinternet, harganya masih setinggi langit. Dan kau mendapatkannya dengan mudah, Sasuke." Kiba tak mau kalah, ia merebut benda mungil berbentuk persegi itu dari tangan Naruto dan mulai menyusupkan headphone ketelinganya.
"Jadi... Si tante itu pacarmu yang keberapa, Teme?" Tanya Naruto to the point. Sasuke menghentikan kegiatannya sejenak, lalu melirik Naruto melalui ekor matanya. Nampak menimang-nimang sebelum mengacungkan tangannya membentuk angka dua dan nol.
"Dua puluh? So crazy, kau benar-benar mengidap penyakit mother complex, Temeeeee." Naruto dan Kiba nampak membelalakan mata tak percaya menatap sahabat mereka yang super tampan itu.
"Kau berlebihan, Baka! Bukan aku yang kelainan, mereka saja yang pedophil," Ucap Sasuke santai. Ia bangkit dari duduknya, membereskan seragamnya yang nampak sedikit berantakan, kemudian merebut ipod miliknya dari tangan Kiba.
"Kau tak asik, Sasuke. Lagunya kan sedang bagus. Dasar pelit, aku kan hanya pinjam sebentar." Cibir Kiba dengan nada kesal. Sasuke mengangkat bahunya tak perduli.
"Nah nah, sekarang kau mau kemana lagi, Teme?" Tanya Naruto saat melihat Sasuke menyampirkan ransel dipundaknya. Dengan kasar, Sasuke melahap habis irisan tomat yang ia bawa dan melirik sekilas pada Naruto sebelum ia keluar kelas.
"Tentu saja pulang, Dobe. Aku bosan," Sahut Sasuke sambil melangkah dengan pasti menuju parkiran. Meninggalkan kedua sahabatnya yang masih berdiam diri diruang kelas.
Naruto menatap kepergian Sasuke dengan heran. Sasuke adalah salah satu siswa tampan Konoha Gakuen. Hampir 99% perempuan disekolahnya memuja dan mengagumi Sasuke. Rambut dengan potongan aneh yang mencuat kebelakang dan melawan gravitasi bumi milik Sasuke nampak sangat pas dengan wajah tampannya. Hidung mancung yang terpasang angkuh membuat Sasuke digilai oleh kebanyakan wanita. Iris onyx yang nampak tegas selalu membuat para wanita seakan meleleh jika menatapnya. Bibir tipis merah merekah alaminya dan rahang tegasnya menjadi nilai plus bagi Sasuke. Tubuh tegap dan atletis miliknya tentu saja menambah kesan perfect yang sudah ia punya. Penampilannya yang apa adanya tapi selalu terlihat keren itu membuat hampir semua orang menjadikannya sebagai objek pencerah mata. Kalau dilihat dari kebanyakan perkataan para siswi disekolahnya, yang membuat Sasuke terlihat sempurna adalah tindikan kecil ditelinga kiri dan dibawah bibirnya. Naruto baru sadar, Sasuke memang sangat tampan, pantas saja banyak tante-tante yang mau mengeluarkan banyak uangnya untuk memelihara Sasuke.
Plak
Satu toyoran mendarat mulus dikepala Naruto. Siswa yang tak kalah tampan dari Sasuke itu pun melirik tajam kearah Kiba yang sedang menampilkan cengiran khasnya. "Kau mengamati Sasuke seperti mengamati paha mulus gadis-gadis," Seru Kiba ringan sambil mengacungkan jari tengah dan jari telunjuknya diudara. Naruto melotot tajam kearah Kiba sambil membalas toyoran sahabatnya yang pecinta anjing itu.
"Aku normal, Bodoh!" Hardik Naruto langsung. Langsung saja ia keluar kelas menyusul Sasuke dan meninggalkan Kiba sendirian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku tidak mau!" Hinata menatap Hikari –sang Ibu- dengan bibir mengerucut lucu. Wajah mungilnya nampak sangat menggemaskan ketika ia cemberut seperti itu.
"Hinata-chan, dengar Kaa-san. Sekolah barumu ini bertaraf Internasional, kok. Murid-muridnya juga tampan dan cantik semua. Kau pasti menyukai sekolah barumu ini, nak." Bujuk Hikari sambil menatap Hinata dengan puppy eyes no jutsu andalannya. Hinata melirik sebal kearah Ibunya yang masih nampak cantik itu walau usianya sudah tak lagi muda. Dandanan Hikari yang memang super wah itu membuatnya semakin awet muda.
"Kaa-san, aku tidak mau! Aku sudah betah diParis. Lalu kenapa Kaa-san memaksaku pulang ke Jepang dan bersekolah disini?" Gadis cantik itu terlihat marah. Kedua tangan mungilnya terlipat didada, membuatnya semakin lucu saja. Hal itu sontak saja membuat tawa Hikari meledak, anak gadisnya itu benar-benar menggemaskan.
"Honey, Kaa-san memindahkanmu ke Jepang karena Kaa-san merindukanmu, nak. Kaa-san sudah tidak bisa lagi berjauh-jauhan denganmu. Kalau diParis sana kau lecet bagaimana?" Kata Hikari berlebihan. Hinata memutar bola matanya malas. Hinata menghela napas berat sambil melirik sang Ibu.
"Ya, ya. Terserah kau saja, Kaa-san." Hinata menghentakkan kakinya kasar, ia bangkit dari duduknya kemudian berlalu meninggalkan Ibunya ke kamar. Hikari menatap punggung Hinata sambil bersorak menang. Ia mengambil ponselnya disaku, kemudian menekan angka 5, speed dial seseorang yang spesial disebrang sana.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sasuke menghela napas kasar sambil menghempaskan dirinya kekasur dengan keras. Ia melempar asal ponselnya yang tadi berdering.
Apa lagi maunya si tante itu? Memangnya dia pikir aku mau berpacaran dengannya untuk menjadi security begitu? Menjaga putrinya? Apa maksudnya, benar-benar tante-tante menyebalkan
Sasuke mengerang kesal saat ponselnya lagi-lagi bergetar. Tante-tante itu benar-benar membuatnya emosi. Tidak kah ia tahu bahwa Sasuke sangat lelah hari ini? Dengan malas, Sasuke bangkit dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi. Kemudian mandi secepat kilat. Mengganti seragam sekolahnya dengan kaos polos berwarna Hitam dengan dilapisi jaket kulit berwarna senada dan celana jeans selutut serta sepatu sneakers yang terpasang sempurna dikedua kakinya.
Sasuke bercermin sebentar. Rambut ravennya yang sudah mulai panjang disisi telinga ia biarkan menjuntai menutupi telinganya. Ia menyisir asal bagian belakang rambutnya. Kemudian menyeringai angkuh. Perfecto.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Honey, nanti akan ada yang mengantarmu untuk membeli perlengkapan sekolah. Dia akan satu sekolah dengamu dan dia juga yang akan menjagamu disekolah nanti." Hikari berkata dengan riangnya. Ia menatap tampilan putrinya dengan mata berbinar. Beberapa tahun tinggal diParis ternyata benar-benar membuat putrinya berubah. Hinata bukan lagi gadis kecil polos nan pemalu, Hinata dihadapannya kini adalah gadis belia dengan wajah rupawan, memiliki bola mata yang indah dan perawakan yang tinggi semampai dan sedikit berisi dibeberapa bagian.
"Who? Your boyfriend again?" Tanya Hinata malas. Wanita 35 tahun itu mengangguk penuh minat. Hinata menggeleng malas, lau mengusap wajahnya frustasi. Shit, Hikari adalah pecinta berondong kelas berat. Dan sialnya, kekasih Hikari selalu saja remaja belia seusia Hinata. Bukankah ini gila?
"Nah itu dia orangnya!" Seru Hikari riang, ia menghampiri pemuda seusia Hinata yang berdiri tegap didepan pintu. Hinata menolehkan kepalanya kearah pintu, kemudian menatap sosok pacar Ibunya itu dengan malas. Namun sedetik berikutnya, Hinata nampak membelalakan matanya tak percaya.
Sosok berondong yang merangkap jadi kekasih Ibunya itu ternyata... Errr sangat tampan. Hinata masih terbengong-bengong tak percaya menatap pemuda itu. Bagaimana pemuda setampan itu bisa menyukai Ibunya? Dunia benar-benar akan kiamat!
"Honeeeey," Seruan cempreng sang Ibu membuat Hinata kembali kealam sadarnya. Ia menghirup udara perlahan sebelum menghampiri Ibunya yang sudah berdiri didepan pintu. Hinata langsung memasang tampang sok coolnya dihadapan sepasang manusia yang menurutnya memuakkan itu.
"Jadi, aku harus pergi dengan PA-CAR Kaa-san ini?" Tanya Hinata sambil menunjuk pemuda disamping Ibunya itu. Hikari mengangguk semangat. "Baby, kenalkan ini Hyuuga Hinata, putriku. Kau cukup memanggilnya dengan Hinata saja," Hikari memperkenalkan Hinata dengan lebaynya, kedua lengan Ibunya yang memeluk erat lengan pemuda disampingnya itu membuat Hinata ingin muntah. Pemuda tampan yang berdiri dihadapan Hinata itu nampak menyeringai tipis melihat wajah lucu Hinata. Seringaian itu terkesan seksi bagi siapapun yang melihatnya, termasuk Hinata. Glek. Hinata menelan salivanya dengan susah payah.
Sedangkan dalam hati, pemuda itu menggerutu kesal pada tante-tante genit yang sedang memeluk erat lengannya itu. Andai saja wanita itu tak ada disana, Sasuke ingin sekali menerjang gadis manis dihadapannya. Kemudian menciumi bibirnya dengan rakus sampai gadis itu kehabisan napas. Pemuda itu tidak pernah tahu kalau ternyata ada perempuan secantik dan selucu itu didunia ini. Matanya yang berwarna ungu pucat menambah kesan imut bagi sang gadis. Postur tubuh mungil namun berisinya membuat pemuda itu mengerang dalam hati.
"Dan ini... Uchiha Sasuke," Suara cempreng sang tante membuat lamunan Sasuke buyar. Ia tersenyum tipis sekenanya kepada Hinata yang dibalas dengan gidikan bahu tak perduli dari sang gadis.
"Ya, ya, whatever. Mau Sasuke, Sasupyon, Sasunyan, Sasukrim sekalipun aku tak perduli," Hinata menyahut malas. Dalam hati ia ingin menangis, bagaimana ia bisa mendapat kekasih tampan kalau begini caranya? Lelaki tampan yang ia idam-idamkan saja selalu jatuh kedalam pelukan sang Ibu. Hikari mendelikan matanya sebentar kepada Hinata, kemudian beralih menatap Sasuke dengan senyum lembutnya.
"Hati-hati, baby. Hinata itu anaknya sangat manja. Kau harus ekstra sabar dalam menuruti keinginannya nanti. Aku titip Hinata padamu ya, Baby." Ucap Hikari sambil menepuk-nepuk pelan dada bidang Sasuke dengan manja. Hinata memutar bola matanya malas melihat sikap sang Ibu yang sangat berlebihan itu.
"Oke, Hyuuga Hikari-sama. Kapan aku perginya kalau sedari tadi kau terus saja mengoceh tidak jelas?" Kesabaran Hinata mulai habis. Ia melirik malas kepada sepasang kekasih yang nampak mesra nan menjijikan itu. Hikari memamerkan cengirannya kemudian mengangguk malu.
"Sorry honey, baiklah kalian boleh pergi sekarang." Ucap sang Ibu. Hinata mendengus sebal kemudian tanpa menghiraukan sepasang manusia berbeda gender itu, ia melangkahkan kakinya kearah Pajero Sport yang terparkir rapi dipekarangan rumahnya. Itu jelas mobil Sasuke, karena Hinata tahu betul Ibunya tak punya mobil sejenis itu. Dengan kasar ia memasuki mobil Sasuke dan membanting pintunya keras. Membuat Hikari yang saat itu akan mencium Sasuke mengurungkan niatnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sasuke sesekali melirik Hinata yang duduk manis disampingnya melalui ekor mata. Jemari lentik gadis itu dengan kuku dipolesi wana baby blue nampak menari-nari dengan lincah menyentuh ponsel pintarnya. Tanpa sadar, senyum Sasuke mengembang dengan sendirinya.
"Kau... tidak mendadak gila karena berkencan dengan Ibuku, 'kan?" Tanya Hinata heran. Gadis cantik itu rupanya menyadari perubahan ekspresi Sasuke. Sasuke sempat tersentak kaget, namun detik berikutnya ia mampu mengendalikan ekspresi wajahnya dengan mudah. Ia menggelengkan kepalanya pelan sambil memasang wajah stoicnya kembali.
Shit! Ternyata bukan hanya wajah dan tubuhnya yang menggoda. Suaranya pun terdengar, errrr...
"A-aah!" Hinata meringis saat tiba-tiba Sasuke menghentikan laju mobilnya, membuat kepala Hinata membentur dasbor. Pasalnya tadi Hinata belum sempat memasang sabuk pengamannya. "Oi, kau gila, ya?" Hinata melirik Sasuke garang sambil mengusap-usap dahinya yang terasa berdenyut. Bukannya menyahut, Sasuke malah mendekatkan wajahnya pada wajah Hinata, kemudian melumat bibir mungil Hinata dengan menuntut. Sebelah tangannya ia letakan ditengkuk Hinata untuk menahan kepala gadis itu dan memperdalam ciumannya. Sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk mengusap-usap paha Hinata yang hanya menggunakan rok polkadot diatas lutut.
Hinata membelalakan matanya tak percaya, ia berusaha mendorong dada bidang Sasuke sekuat tenaga namun tak berhasil. Rontaan Hinata terhenti tatkala bibir mungilnya digigit pelan oleh Sasuke. Hinata memekik tertahan sembari membuka mulutnya, hal itu membuat Sasuke semakin melancarkan aksinya.
Dreeeeeet
Ponsel ditas tangan Hinata bergetar membuat Hinata kembali kealam sadarnya. Ia kembali mendorong Sasuke dengan lebih kuat, saat itu tangan Sasuke sudah masuk kedalam rok polkadotnya. Hinata menatap Sasuke nyalang, dengan kesadaran penuh ia membereskan barang bawaannya. "Kau benar-benar gila!" Teriaknya, dengan kasar ia keluar dari mobil Sasuke dan kemudian untuk kedua kalinya ia kembali membanting pintu mobil tak berdosa itu. Sesaat setelahnya, Hinata menyetop taksi yang kebetulan lewat dihadapannya dan langsung menaiki taksi tersebut tanpa pikir panjang.
Bukannya mengejar Hinata dan meminta maaf, Sasuke justru tersenyum sendiri didalam mobilnya sambil menatap taksi yang membawa pergi Agni dengan perasaan mendadak melayang. "Bahkan lipglossnya juga beraroma lime," Gumam Sasuke dengan senyum tipisnya sembari mengelap permukaan bibirnya yang masih terasa bekas bibir Hinata.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC ya :p ini two shoot kemungkinan kelanjutannya kalau saya ada waktu '-'a
Chapter ini belum apa-apa, konfliknya saya simpan dichap 2 hehe entah bakalan hurt atau engga tapi semoga kalian berkenan untuk membaca dan menanti :3
Oh ya minna, apa saya boleh ya ikutan event #IndigoRose? ._. saya kan newbie dan masih asdfghjkl bgt didunia FFn hehe._.
Mohon bantuan reviewnya ya. Terimakasih yang sudah mau mereview, memfave, memfollow fict saya yang sebelumnya. Jangan bosan untuk mampir, Minna. *-*
Arigatou Gozaimashita, salam hangat
Hyuuga Jishin *-*
