Wanna Date With Me?

.

.

.

By : BlackIDyeol

.

Main Cast :

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

etc.

.

Enjoy!

.

.

.

Seorang pemuda mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku. Ia meregangkan jemari lurus nan panjang miliknya sebelum menyentuh tuts piano. Setelah ia mengambil nafasnya dalam, ia mulai memainkan sebuah lagu.

Permainannya terdengar sangat indah, ditambah dengan pemuda itu bernyanyi beriringan bersama dengan piano itu. Suaranya tidak buruk.

Semua orang terlihat sibuk dengan makanan dan perbincangan mereka. Namun tidak dengan pemuda yang duduk di pojok tempat itu. Hanya ada ia sendiri dengan segelas ice lemon tea dihadapannya.

Chanyeol namanya.

Park Chanyeol.

Matanya terpaku pada pemuda yang tengah tampil di sisi ujung lainnya tempat itu. Bahkan saat ponselnya berderingpun ia abaikan hanya untuk melihat pemuda tersebut.

Mata sipitnya sibuk melihat notasi balok di hadapannya. Jemari rampingnya sibuk menari di atas tuts piano. Bibir merahnya sibuk menyanyikan lagu-lagu yang romantis. Suaranya pun tidak mengecewakan, jadi pemuda itu terlihat sempurna.

Saat pemuda itu mengambil waktu istirahat, Chanyeol memeriksa ponselnya. Seperti yang diduga, 3 miscall dari Sehun. Jadi ia menelfon Sehun kembali. Dan yang pertama kali ia dengar adalah makian dari Sehun, sepupunya.

"Sial Chanyeol, aku menelfonmu 3 kali dan kau tidak menjawabnya?!"

"Maaf, aku sedang sibuk"

"Maksudmu mengikuti pemuda di café milik Jongdae hyung itu adalah sibuk? Biar ku katakan definisi dari sibuk yang sebenarnya, Paman meminta laporan penjualan bulan lalu untuk menjadi bahan rapat minggu depan"

"Lalu? Mengapa tidak meminta–"

"Sudah, ia bilang jika filenya ada kau. Dan kau tahu? Gara-gara kau kencanku terganggu"

"Kau masih dengan pemuda dari Anyang itu? Sudah berapa kali ku suruh kau untuk meninggalkannya, ia hanya menginginkan hartamu"

"Ia hanya mencintaiku"

"Dengarkan aku jika kau tak ingin terluka Sehun, sudahlah, kututup, ia akan tampil lagi. Dah!"

"Hey, Chanyeol! Kirimkan fi–"

Chanyeol segera memutus sambungan dan menaruh ponselnya di atas meja. Seorang pemuda kini tengah terduduk menghadap piano, namun bukan pemuda tersebut, melainkan seorang pemuda dengan mata rusa yang tidak terlihat seperti warga Korea.

"Eo? Ia tidak tampil lagi?" Chanyeol segera mengambil ponselnya dan meninggalkan café tersebut. Berencana esok akan datang kembali jika tidak ada pekerjaan menumpuk dari ayahnya.

.

.

.

"Sialan kau, Sehun. Gara-gara kau aku tidak bisa menontonnya lagi"

"Dimana letak salahku memangnya?"

Chanyeol menyesap tehnya lalu kembali terpaku pada laptopnya, "Seharusnya kau tidak menelfon malam itu, aku bisa memperhatikannya pergi"

Sehun berdecih di balik lembaran-lembaran kertas, "Kurasa kau tidak akan ke café milik Jongdae hyung malam ini". Mendengar tersebut Chanyeol segera melirik jam digital laptopnya, pukul 10 malam. "Dan ini juga salahmu!" teriaknya kemudian mengusap wajahnya kesal.

"Bagaimana jika setelah ini kita mampir ke café Jongdae hyung?"

"Ini sudah malam, mungkin ia sudah dalam perjalanan kembali kerumahnya"

"Haruskah aku tanyakan pada Jongdae hyung?"

"Tidak usah, ia pasti sedang sibuk sekarang"

"Benarkah? Kau yakin tidak akan menyesal, Chanyeol? Ya sudah, aku tidak jadi bertanya pada Jongdae hyung"

"Jika kau memanggil Jongdae dengan sebutan hyung, mengapa kau tidak memanggilku dengan sebutan hyung juga? Bukankah kau berkata jika Jongdae dan aku adalah seumuran?"

Sehun terhenti dengan kertas-kertasnya ketika Chanyeol terus menatapnya, "Erm, tidak. Aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan hyung, never"

Mereka mengakhiri tugas Sehun –ya, tugas Sehun, Chanyeol hanya membantunya– ketika jam menunjukkan pukul 10.28 malam. Ketika mereka memasuki café tersebut, tidak terlalu banyak orang yang berada di sana. Hanya beberapa pasang kekasih tersebar disudut ruang café tersebut.

"Hyung!" sapa Sehun begitu memasuki café tersebut.

"Woah, anak perusahaan ada apa kemari?"

Selanjutnya Chanyeol tak mendengar lagi percakapan antara Jongdae dan Sehun. Matanya tertuju pada pemuda yang terduduk di samping Jongdae yang tengah berdiri di balik kasir. Itu adalah pemuda itu.

Pemuda itu menatap Chanyeol setelah beberapa saat merasa ditatap terus oleh Chanyeol. Namun pemuda tinggi itu mengalihkan pandangannya pada menu.

"Kau ingin minum apa?" tawar Sehun

"Sama denganmu saja"

"Kau yakin?"

Chanyeol kembali mencuri pandangan pada pemuda itu, "eo"

"Temanmu?" tanya Jongdae pada Sehun. "Sepupuku, hyung. 92 juga"

"92? Mengapa kau berbicara padanya sesantai itu, dasar tidak sopan"

Jongdae memberikan pesanan tersebut pada barista yang tengah bekerja. Merasa menjadi bahan perbicaraan, Chanyeol kembali menatap Sehun. "Apa?" tanya Sehun ketus.

"Tidak"

"Hey, aku Jongdae, Kim Jongdae. Kakak kelas Sehun saat SMA, kami–"

"Berada di club yang sama, Sehun sering bercerita tentangmu dulu. Aku Chanyeol, Park Chanyeol. Sepupu bocah ini"

"Benarkah? Apa yang seorang Oh Sehun sering ceritakan padamu? Cerita baik bukan?"

Chanyeol tersenyum dan melirik Sehun, "Well, kurasa itu cerita yang cukup baik"

"Ku dengar kau lahir tahun 92"

"Benar, kau juga?"

"Eo!"

Tiba-tiba barista memberikan pesanan minuman itu pada Jongdae. "Woah, minuman kalian sudah datang"

"Kau sudah bayar?" tanya Chanyeol sebelum mengambil segelas minuman. Setelah Sehun mengangguk kecil, Chanyeol segera mengambil kedua minuman tersebut dan memberikannya pada Sehun.

"Kami pergi dulu ya hyung! Dah!"

Setelah menyesap minuman tersebut, Chanyeol menekuk wajahnya. "Kau pesan ice coffee?"

"Ya"

"Aku tidak minum kopi malam-malam!"

"Tadi kau berkata seperti milikku saja"

.

.

.

Hari ini Chanyeol tidak pergi menggunakan mobilnya, rusak katanya. Tapi ia sempatkan untuk mampir ke café milik Jongdae. Seperti biasa, menonton pemuda itu bernyanyi. Saat penampilan berakhir, ia segera meninggalkan café.

Namun langkahnya terhenti ketika berpapasan dengan pemuda itu di pintu, sama-sama ingin keluar dari café. "Oh!" mereka berdua terkejut. "M-maaf" kemudian Chanyeol menyingkir dari pintu.

"Tidak-tidak, anda terlebih dahulu saja"

"Tidak apa, kau dahulu saja"

Awkward.

Jujur saja waktu terasa berhenti ketika tatapan Chanyeol bertemu dengan mata pemuda itu yang juga memandanginya. "cantik" tanpa sadar ia mengucapnya dengan lirih.

"Maaf?"

"T-tidak"

Hening, dan mereka masih berdiri di depan pintu tanpa bergerak sama sekali. Tenggelam dalam pemikiran masing-masing mengenai pemuda di hadapan mereka.

Suara dehaman dari belakang menyadarkan mereka dan membuat mereka menyingkir dari pintu café. Pemuda itu tertawa kecil, membuat matanya yang sipit semakin mengecil. Yang tanpa sadar mempengaruhi detak jantung Chanyeol.

Mereka berdua tertawa kecil, terlihat bodoh sebenarnya.

"Kalau begitu, aku akan keluar" ucap pemuda itu setelah menghembuskan nafasnya, mencoba menahan tawa.

"B-baiklah"

Chanyeol menyempatkan untuk mampir membeli beberapa snack dan soda di toko sebelah. Untung ia sudah membawa pulang tas kerjanya, jika tidak, ia harus kerepotan dengan dua barang di tangannya.

Saat meninggalkan toko, ia melihat pemuda itu tengah terduduk di bangku dekat café Jongdae. Dan kakinya membawanya menuju pemuda itu tanpa sadar. Sial.

"Eo? Kau!" ucap Chanyeol sembari menunjuk pemuda tersebut.

Kau, jujur saja sampai saat ini Chanyeol masih belum mengetahui nama pemuda itu.

"Eo?" ia terlihat terkejut, matanya terlihat membesar. Pemuda itu melepas headset yang terpasang di telinganya.

"Kau tidak pulang? Sudah pukul 10 malam"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya, "Tidak apa, rumahku dekat sini. Mungkin berjalan 15 menit sudah sampai"

"Benarkah?" pemuda itu mengangguk.

"Erm… bolehkah aku duduk disini?" tanya Chanyeol dengan berani.

"Tentu saja!" kemudian pemuda itu bergeser untuk memberi Chanyeol ruang. "Ingin kopi?" tawar Chanyeol sembari mengeluarkan sebotol kopi dingin yang sebenarnya untuk Sehun. "Terimakasih, tapi tidak. Aku tidak bisa minum kopi malam-malam"

Chanyeol mengangguk paham, dan mengeluarkan sebotol energy drink. "Kau ingin ini?" Pemuda itu tersenyum dan mengambil energy drink dari tangan Chanyeol.

"Terimakasih"

Chanyeol rasa jantungnya berhenti berdetak untuk sedetik ketika senyum itu kembali muncul. "Erm, omong-omong aku sering melihatmu di café ini"

"Well, aku bekerja sampingan disini"

"Sampingan?"

"Baiklah, bernyanyi di café ini adalah pekerjaan utamaku untuk bertahan hidup. Upahnya tidak besar memang, tetapi cukup untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari"

"Kau?" tanya Baekhyun. "Apa kau seorang mahasiswa?"

"Tidak, aku sudah lulus tahun lalu"

"Benarkah? Ku kira kau masih berada di semester awal"

"Aku 92 omong-omong"

Pemuda itu terkejut, "Kau 92? Aku juga lahir tahun itu! Berarti kita teman seumuran?"

"Benarkah? Ku pikir kau masih umur 18an"

"Jangan bercanda, aku terlalu tua untuk umur 18 tahun"

"Kalau begitu, bisa kita turunkan formalitas?"

"Tentu!" Pemuda itu kembali tersenyum pada Chanyeol.

Hening untuk beberapa saat, hingga Chanyeol berdeham dan menghembuskan nafasnya.

"Erm, begini, apa besok kau sibuk?"

"Hm?" Pemuda itu menatap Chanyeol yang terus menatap ke atas, menghindari eye contact dengan pemuda tersebut.

"Apa kau ingin keluar bersamaku?"

"Y-ya?" pemuda itu terkejut, tentu saja. Namun ia tak hentinya menatap Chanyeol "Besok aku sudah ada janji dengan temanku"

Chanyeol menghela nafasnya dan menundukkan kepalanya, ia gagal, dan malu.

Ia sudah berusaha membuang ego dan mengambil kesempatan yang ada untuk membawa pemuda itu berkencan, namun gagal dan membuatnya malu. Itu yang Chanyeol pikirkan, hingga–

"Tapi lusa aku tidak sibuk, ingin bertemu dimana?"

Chanyeol tersenyum lebar dan menatap pemuda itu disampingnya. "Benarkah?" ucapnya penuh semangat membuat pemuda itu tersenyum.

"Aku tidak ada jadwal untuk besok senin, dan aku tidak memiliki janji, jadi… tentu"

"Bisa kita bertemu saat sore?"

Pemuda itu mengangguk, "tentu"

"Kalau begitu, temui aku besok lusa disini pukul 4 sore, bagaimana?"

Chanyeol yang bersemangat membuat pemuda itu tersenyum lebar. "Baiklah, kita bertemu disini pukul 4 sore"

"Kalau begitu, aku harus pergi sekarang, dah!"

"Sampai jumpa!"

Saat berada di kereta Chanyeol menepuk dahinya dan mengumpat dalam hati. Ia selalu merasa ada yang terus menganggunya. Dan saat berada di kereta, Chanyeol menyadari satu hal.

Ia lupa menanyakan nama pemuda tersebut.

Sial.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

Note;

Hallo, sudah lama tidak mempublish tulisan di sini. Dan akhirnya dapat kembali dengan cerita ini. Semoga suka yaa! Tolong reviewnyaaaa~~~

awkward, duh.