AKAN AKU TUNGGU

Disclaimer Masashi Kishimoto

Rated T

Pairing SasuSaku

AU

OOC

Sasuke POV

Fic ini dibuat tanpa menggunakan peraturan membuat cerpen

Finally, Happy reading...

.

.

.

"Hiks..hiks...dia jahat! Dia bilang katanya aku cerewet...hiks.."

Heehh...Mulai lagi nih anak, curhat.

"Ya udah tinggal putus." Jawabku yang terkesan ketus.

"Tapi aku masih sayang sama Sasori-kun, Sasuke!"

"Kamu masih betah didiemin lagi kayak gitu?" dan dia hanya menggeleng.

"Coba turuti kemauan dia dulu. Mungkin kalo kayak gitu dia bakal baik lagi."

"Baiklah, aku akan coba. Sasuke, bantuin ngerjain nomor ini dong, please."

"Baiklah baiklah."

Dia adalah Haruno Sakura, tetanggaku dan juga temanku sejak kecil hingga sekarang kami SMA. Kebetulan kami selalu berada di satu sekolah yang sama. Hari ini dia ke rumahku, niatnya ngerjain pr bareng tapi jadinya malah curhat. Sudah terlalu sering gadis pinky ini curhat kepadaku bukan hanya hari ini saja.

Tentang Sasori, dia adalah pacarnya. Sasori juga satu sekolah dengan kami, dia anak basket sama sepertiku. Hubungan Sakura dengan Sasori terjalin sudah cukup lama. Sasori, cowok yang nggak akan buat ceweknya nangis, ternyata itu cuma anggapan belaka. Sudah sangat sering gadis yang sekarang berada di kamarku ini menangis karenanya.

"Makasih Sasu, aku balik dulu."

"Hn. Hati-hati."

"Hm? Apaan sih? Rumahku berada di sebelah rumahmu. Kau terlalu khawatir Sasu."

BLAM

Dia menutup pintu kamarku. Aku lalu mendekati jendela kamarku, melihat keluar. Mengawasi dari jauh dia yang sedang menuju ke rumahnya. Hingga dia menoleh ke arahku. Sial aku tertangkap basah. Dia lalu melambaikan tangan ke arahku sambil tersenyum ala dia yang hanya kubalas senyum khasku.

Dia begitu labil. Baru beberapa menit yang lalu ia menangis, hingga membuat pundakku basah, sekarang ia sudah ceria lagi. Ya, lebih baik seperti ini. Aku lalu menghampiri Ibuku yang sedang menyiapkan makan malam untuk kami.

Ke esokkan harinya, ketika aku sedang berada di kamarku menjadwal untuk hari ini aku melihat ke luar jendela kamarku yang terbuka. Sakura juga sedang menjadwal, aku lalu mengirim pesan untuknya, mengajak berangkat sekolah bersama.

Kukirim pesan itu, dan kulihat dirinya dari luar jendela. Dai sedang membuka pesanku. Dia lalu melihat keluar jendela kamarnya, melihatku. Dia lalu menghampiri jendela kamarnya, dan membukanya.

"Aku tidak bisa! Sasori-kun akan menjemputku! Maaf ya Sasu!" teriaknya. Oh jadi mereka sudah balikan lagi.

"Oh ya sudah." Jawabku, yang entah terdengar olehnya atau tidak.

Aku lalu keluar rumah, berangkat dengan jalan kaki, karena sekolah jaraknya dekat.

"Sasuke!" aku lalu menoleh.

"Tunggu aku!" ternyata Naruto. Orang yang menjengkelkan di kehidupanku, namun dia memiliki apa yang orang tidak miliki, semangatnya aku sangat mengaguminya.

"Tumben berangkat pagi."

"Kau mengejekku ya? Hari ini ada tambahan pagi, jadi aku harus cepat-cepat." Ya memang benar hari ini ada tambahan pagi, walaupun kami masih kelas dua.

"Dimana Sakura-chan?"

"Dia bersama Sasori."

"Oh, jadi hubungan mereka masih lancar."

"Ya begitulah."

"Sasuke, bagaimana dengan lagumu?"

"Lagu apa?"

"Lagu untuk musik. Dua hari lagi, kita ada penilaian bernyanyi. Apa kau lupa?"

"Oh tentang itu. Aku belum mempersiapkannya."

"Huh, syukurlah kalau begitu. Kau memang temanku Sasuke."

Kami akhirnya tiba di kelas kami. Ku lihat Sakura sudah sampai.

"Ohayou!" sapa Naruto ketika kami memasuki ruang kelas. Sedangkan aku, hanya membuntutinya.

Sepulang sekolah. Ketika aku sedang mengerjakan tugas makalahku, Sakura datang berkunjung.

"Mau apa kau?" tanyaku.

"Ini aku bawa kue." Katanya dengan senyumnya.

"Bukanya kau tahu, aku tidak suka yang manis-manis?" kulihat lagi raut wajahnya yang mulai berubah itu.

"Iya iya." Aku mempersilakan dia masuk, lalu menerima kuenya.

"Sa.."

"Tunggu sebentar. Aku akan menemui Ibuku." Aku lalu menghampiri Ibuku yang berada di dapur.

"Ada apa?" tanya Ibuku.

"Ini, kue dari Sakura." Kataku

"Benarkah? Itu kue buatan Sakura-chan?" tanyanya.

"Entahlah. Sepertinya bukan."

"Ooh, letakkan saja di meja nanti Ibu yang urus. Jangan lupa bilang terimakasih."

"Iya aku tahu." Setelahnya aku kembali ke kamarku, mempersiapkan telingaku dan bajuku. Setibanya di kamarku, aku melihat Sakura sedang sibuk dengan ponselnya.

"Sasuke..."

"Biarkan aku duduk dulu." Dia lalu mengikuti perintahku.

"Sudah, cepat ceritakan."

"Dia mulai lagi. Dia bilang kalau aku punya cowok lain."

"Kenapa bisa?"

"Gara-gara aku udah nggak sering kayak dulu lagi ngobrol dengan dia."

"Lalu tadi kenapa dia menjemputmu?"

"Sebelum itu dia minta maaf dan udah baik lagi kayak dulu. Pulang sekolah dia ngajak makan bareng, terus dia tiba-tiba bilang kayak gitu...hiks..hiks..."

"Udah jangan nangis. Cowokmu cuma Sasori kan?"

"Iya lah. Sasuke juga nggak percaya?"

"Bukan gitu. Sakura, udah sering banget kamu nangis nggak jelas kayak gini."

"Maksudmu?" Sial. Aku salah ngomomng.

"Daripada kamu nangis lagi, lebih baik putusin aja. Perempuan itu, jika tersenyum sangat terlihat cantik. Layaknya bunga yang sedang mekar

"Apaan sih Sasuke? Kau habis baca apa sampai bisa gombal kayak gitu."

"Aneh?"

"Ya begitulah. Ekspresimu dengan perkataanmu jauh beda, jadi terlihat aneh."

Dia lalu tertawa seperti tak ada lagi beban.

"Sudah puas?" tanyaku.

"Hihi... Maaf-maaf. Terimakasih sudah membuatku tertawa."

"Kalau belum berani putus. Bilang saja yang sebenarnya ke dia."

"Aku yakin itu tidak akan mempan ke dia."

"Coba tanya apa alasannya dia menuduhmu. Apa dia pernah melihatmu bersama cowok lain? Tanyakan itu kedia."

"Oke-oke. Akan aku coba. Terimakasih Dokter Sasuke. Jaa" dia lalu pulang kembali ke rumahnya.

Ke esokkan harinya. Sakura terlihat sudah akur lagi dengan Sasori. Sepulang sekolah, dia ke rumahku. Dan aku tebak dia akan mengis lagi. Aku sudah jenuh dengan semua ini. Aku lalu menyelimuti diriku dengan selimut tebal, untuk bersembunyi darinya.

"Sasuke!" teriak Sakura dari luar kamarku. Pintu kamar sudah aku kunci. Aku sedang tidak mau bertemu dengannya hari ini.

"Sasuke, kau ada di dalam?" pergilah Sakura, kumohon jika kau hanya ingin bercerita tentang dia kumohon pergilah. Dan tak lama kemudian kudengar tak ada suaranya lagi. Hp-ku bergetar. Itu pesan dari Sakura.

"Kau kenapa?"aku malas menjawabnya. Ya, satu hari ini aku mencuekinya. Biarlah, aku tahu kalau dia tahu tentang aku. Aku tahu dia tidak akan marah karena aku cueki. Aku lalu keluar dari kamar ingin pergi ke suatu tempat.