DRAMA YAOI

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Pairing: Sasu x Naru

Rated: T

Genre: Romance/Humor

Warning: yaoi/shou-ai, AU, kadar kegajean yang tidak bisa ditolerir, OOC kelas kakap, dan kegaringan setengah nyemek *halah!*

Summary:
Gimana kalau seandainya seme-seme keren a.k.a Sasuke, Shikamaru, dan Neji disuruh oleh Kakashi-Sensei untuk mementaskan drama yaoi dengan uke-uke manis sekolah a.k.a Naruto, Gaara, dan Kiba demi perbaikan nilai?

.

.

.

Seorang guru bermasker memasuki ruangan bertuliskan IX A sambil membawa setumpuk kertas di tangan kiri dan sebuah buku berjudul Icha-Icha Paradise di tangan kanannya. Suasana kelas yang semula riuh, mendadak hening saat guru mereka membuka pintu kelas.

"Selamat pagi, Sensei."

"Pagi, anak-anak," jawab guru berambut keperak-perakan itu. "Hari ini sensei akan membagikan hasil ulangan bahasa jepang kalian. Yang mendapat nilai tertinggi seperti biasa Uchiha dan Nara. Selanjutnya…. Silakan kalian lihat sendiri."

Seorang bocah berambut pirang jabrik menelan ludah susah payah. Kalau Kakashi-sensei sudah berkata seperti itu, sudah bisa dipastikan kalau tidak ada harapan lagi bagi siswa lain selain siswa bermarga Uchiha dan Nara itu. 'Mati gue,' batin bocah berambut blonde yang diketahui bernama Namikaze Naruto itu.

"Haruno Sakura," Kakashi-sensei mulai memanggil muridnya satu per satu. Tangan kirinya menyerahkan hasil ulangan sementara pandangannya terfokus pada buku yang dibawanya tadi.

Wajah Sakura berubah pucat pasi saat melihat kertas yang dipegangnya sekarang. Keadaan di kelas makin menegang.

"Ino Yamanaka," Kakashi-Sensei melanjutkan. Kondisi Ino tidak jauh berbeda dengan Sakura.

"Inuzuka Kiba." Wajah Kiba berubah jadi horor dan muncul aura-aura hitam di belakangnya.

'Bukan pertanda bagus,' gumam Naruto pada dirinya sendiri.

"Hyuuga Hinata."

"…"

"Hyuuga Hinata," ulang Kakashi masih tetap terpaku pada bukunya.

"…"

Dimana Hinata? Nasibnya lebih parah daripada Sakura dan Ino. Cewek bermata lavender ini pingsan seketika bahkan sebelum tangannya menyentuh hasil ulangan. Poor Hinata

"Uzumaki Naruto."

Dengan gemetaran Naruto bangkit dari tempat duduknya. Lututnya bergetar hebat sampai-sampai ia terlihat akan roboh bahkan sebelum ia sempat berjalan. Tangannya meraih kertas yang dipegang oleh seorang sensei yang terkenal aneh dan sadis itu.

'Oh, shit!' umpatnya dalam hati. 'Dasar sensei pelit! Ngorup nilai gede amat!'

"Jangan salahkan aku kalau nilai ulanganmu jelek, Naruto," kata Kakashi tiba-tiba seolah ia bisa mendengar umpatan Naruto kepadanya barusan.

"Y.. ya, Sensei," ujar Naruto takut-takut. Ia berjalan lunglai ke kursinya sambil tak henti-henti menatap nilai yang terpampang jelas di hadapannya.

NOL BESAR.

Bisa dipastikan Naruto akan jadi perkedel kalau Kaasan-nya tahu hal ini.

'Gue harus ngapain sekarang?' bulu kuduk Naruto meremang saat membayangkan apa yang akan dilakukan Kushina nanti. Dihajar sampai sekarat? Disayat sampai bagian terkecil? Atau langsung dikubur hidup-hidup? Oh, entahlah, ia tidak mau memikirkannya sekarang. Matanya melirik ke kanan, tepat ke arah Sasuke yang sekarang sedang menatap kosong ke depan. 'Andai gue pinter kayak elo, Sas.'

"Nah, anak-anak," Kakashi melanjutkan. "Karena nilai kalian bisa dibilang tidak berprikenilaian (?), Sensei akan memberi kalian satu kesempatan lagi untuk memperbaiki nilai. Satu jilid makalah setebal empat ratus halaman harus kalian kerjakan sebelum liburan musim panas. Jadi waktu kalian hanya seminggu."

'What the?' batin anak-anak sekelas cengok. Neji mengangkat tangan kanannya.

"Ya, Hyuuga-san?"

"Sensei, bukankah tugas ini terlalu berat untuk kami? Makalah setebal empat ratus halaman dalam waktu seminggu? Saya rasa itu mustahil," protes Neji.

Kakashi tersenyum licik dari balik maskernya, "Tenang saja, Hyuuga-san. Tugas makalah ini khusus untuk anak perempuan."

Desahan napas lega terdengar dari anak-anak yang merasa sudah bebas tugas. Anak-anak perempuan yang merasa dianak tirikan, mulai men-deathglare sensei mereka.

"Hahaha~ Tenang saja anak-anak, Sensei punya tugas tersendiri untuk sisanya," tambah Kakashi sambil menggaruk belakang kepalanya tidak gatal.

Deathglare yang masih diaktifkan setengah kelas, mulai mendapat bantuan dengan aura horor yang terpancar dari setengah sisanya. Semua mata kini memicing tajam ke arah Kakashi.

"Sensei ingin…" Kakashi sengaja menggantung kalimatnya. Ia cekikikan dalam hati saat melihat wajah horor dari murid-muridnya. "Sensei ingin kalian membuat drama yaoi dengan pasangan yang sudah Sensei tentukan."

"WHAT?" seru murid sekelas kompak. Namun sebuah senyuman segera merekah di bibir anak perempuan yang rata-rata (baca: semuanya) adalah Fujoshi kelas paus (?).

"KYAAAA!" teriakan-teriakan histeris menggema di kelas.

Ekspresi lelah, letih, lesu, lemas, dan lunglai *emang anemia?*, tergambar jelas di wajah para siswa, kecuali Sasuke yang masih bertahan dengan muka stoic-nya dan Shikamaru yang sedang menguap untuk keseribu kali. "Hooaapp…. Merepotkan. Untung aja gue gak ikut," katanya malas.

"Siapa bilang kau tidak ikut, Shikamaru?" sambar Kakashi. "Kau dan Sasuke juga wajib ikut."

Sasuke melepas tampang stoic-nya selama dua detik setelah mendengar satu kalimat terakhir Kakashi . Seorang Uchiha Sasuke yang pintar dan keren ikut drama yaoi? No way! Ini tidak bisa dibiarkan. "Tapi Sensei, bukannya saya dan Shikamaru mendapat nilai tertinggi di kelas? Jadi untuk apa kami mengikuti program remidial?"

"Itu betul. Kau dan Shikamaru memang mendapat nilai tertinggi. Kalau kalian bisa mendapat nilai sebagus itu, Sensei yakin kalian bisa jadi panutan untuk anak-anak lain supaya bisa lebih mengerti tentang bab kali ini," jawab Kakashi ngasal.

"Tapi, Sensei…"

"Tidak-ada-protes," potong Kakashi penuh penekanan pada tiga kata barusan. "Nah, sekarang akan Sensei umumkan pasangan untuk drama nanti. Sensei hanya butuh beberapa pasang untuk mewakilkan teman-teman lainnya."

Suasana kelas mendadak hening. Yang cowok ketar-ketir takut mendapat bagian dari tugas gila Sensei-nya, yang cewek berdoa semoga pasangan yaoi nanti sesusai dengan keinginan mereka.

"Pertama, Shikamaru berpasangan dengan Kiba…"

"KYAAA!" teriakan-teriakan gaje kembali terdengar dari mulut para fujoshi.

" Neji dengan Gaara…"

"OOHH YEEAAHHH!"

"Dan Sasuke, kau dengan…." Kakashi berusaha mencari pasangan yang cocok dengan pemuda raven di hadapannya. "Naruto. Yak, Uzumaki Naruto. Dan sekali lagi, TIDAK ADA PROTES!"

"KYAAAA!"

Dan dimulailah pingsan berjamaah anak-anak perempuan karena tidak kuat menahan euphoria akibat senseinya, sedangkan yang laki-laki—minus Sasuke, Naruto, Neji, Gaara, Shikamaru, dan Kiba—langsung sujud syukur tiga kali.

'Oh, shit!' Hilang sudah harapan Sasuke untuk bisa lepas dari drama yang dianggapnya tidak bermutu dan tidak elit sama sekali. Pemuda emo ini berniat melaporkan Sensei-nya pada polisi karena sudah berusaha melakukan pembunuhan karakter seorang Uchiha. Memangnya gampang apa membangun image dingin dan keren didepan Fansgirlnya?

Sementara Sasuke sedang sibuk menghujani umpatan dan sumpah serapah pada Kakashi, Naruto malah menyunggingkan senyum lebar, cengiran lima jari khas Naruto. Cowok bermata safir ini sudah lama mendambakan untuk berkenalan dengan Sasuke. Di Konoha Junior High School, kelompok Sasuke adalah kelompok yang terkenal, karena semua anggotanya adalah seme-seme keren idaman para Fujoshi sekolah. Sebut saja Shikamaru dan Neji. Sedangkan Naruto dan dua temannya Kiba dan Gaara dikenal sebagai uke-uke jempolan di KJHS. Jadilah dua kelompok ini sering dijodoh-jodohkan secara tidak senonoh (?) oleh fujoshi-fujoshi sekolah. Tapi karena yang namanya Uchiha paling anti sama yaoi, ia berusaha sebisa mungkin untuk menghindar dari teman-teman lainnya selain Neji dan Shikamaru. Alhasil, Sasuke dan Naruto, dua kepribadian yang sungguh bertolak belakang tidak pernah ngobrol ataupun bertegur sapa.

"Batas waktu pementasan drama sama dengan pengumpulan makalah. Jadi, satu minggu ke depan, drama dan makalah kalian harus jadi. Atau Sensei akan korting nilai kalian lima puluh persen dari nilai semula," sambung guru bermasker tersebut.

Kiba berdecak kesal, 'Gila nih guru! Ngasih tugas seenak jidat! Udah gitu main korting-kortingan lagi. Emang toko baju apa?'

'Merepotkan.'

"Nih guru masih waras gak sih? Bisa-bisanya sekolah elit kayak begini terima guru gak bermutu kayak gitu?" gerutu Neji tapi tetap stay cool di luar.

'Dasar Sensei kurang setengah ons! Kalo mau main gila gak usah ngajak-ngajak kali!' cerca Gaara.

'Shit!'

'Arigatou, Sensei! Arigatou, Kami-sama!' Naruto menganggukkan pelan kepalanya.

Kakashi tertawa licik di balik maskernya, 'Kena kalian.'

(Kita skip sampai pulang sekolah aja yah!)

Kelas IX A sudah kosong melompong ditinggalkan penghuninya, hanya menyisakan enam cowok yang sudah diberi tugas laknat dari Sensei-nya.

"Baka Sensei!" Kiba kembali mengata-ngatai Kakashi. "Ngasih tugas seenak jidat! Emang gampang apa bikin drama kayak begituan?"

"Kita mau apa sekarang?" Neji angkat bicara.

"Apa lagi? Ya latihanlah!" ujar Naruto bersemangat.

"Baka! Elo pikir kita semua mau main drama ini? No way!" protes Gaara.

"Merepotkan."

"Tapi kalau kita nolak, nilai kita bisa abis dibabat Kakashi-sensei!" Naruto tetap bersikeras. "Turutin aja kemauannya Sensei. Lagipula cuma drama kok, iya, kan, Sasuke?"

"Jangan ngarep," kata Sasuke sinis.

"Tapi…"

"Enggak."

"Sas…"

"Gue bilang enggak ya enggak," terdengar ada sedikit nada membentak dalam suara Sasuke, namun masih tetap dengan gaya cool khas Uchiha. Naruto menggembungkan pipinya sebal. Ternyata tidak mudah mendekati cowok pantat ayan –eh ayam ini.

"Hei, jangan menambah masalah lagi disini," Kiba menengahi. "Yang harus kita pikirin sekarang adalah gimana caranya terlepas dari tugas konyol ini."

"Ada yang punya ide brilian?" tanya Gaara.

"Gue punya," tukas Neji sok misterius. "Kita bisa ngracunin Kakashi, memberinya obat mual dan semoga dia di opnam di rumah sakit sebulan karena keracunan makanan. Gimana?"

Lima anak sisanya menggeleng kompak. Bukanlah ide yang bagus untuk membohongi Kakashi.

"Ya udah, nggak ada pilihan lain selain menuruti perintah Kakashi-Sensei, kan?" Naruto berusaha meyakinkan teman-temannya.

"Kelihatannya elo kepengin banget main drama ini, Naruto," Gaara menyipitkan matanya ke arah Naruto. "Ada apa sih?"

"Err… itu…" Naruto mulai salting.

"Merepotkan," Shikamaru menguap sekali lagi. "Kita turutin aja kemauannya apa susahnya sih?"

"Tentu saja susah, Baka!" Sasuke mulai tidak sabaran. "Gue gak sudi main drama konyol kayak gitu."

"Musyawarah gak jalan, tiap orang punya pendapat sendiri dan gak bisa disatukan. Kalo kata guru Pkn sih, ambil jalan tengah," kata Kiba. "Kita adain voting. Siapa yang ikut?"

Naruto mengacungkan tangannya pertama kali, disusul Shikamaru yang setengah niat-setengah malas dan setelah agak lama berpikir, Kiba akhirnya mengikuti jejak teman duren dan nanasnya.

"Dan siapa yang gak mau ikut dan bisa dipastikan dapet diskon sukarela dari Kakashi?"

Sasuke, Neji, dan Gaara mengangkat tangannya kompak.

"Elo kenapa mbelot sih?" tanya pemuda berambut merah bata pada pemuda bertato segitiga merah terbalik dengan tatapan tidak suka.

"Elo pikir gue mau uang jajan gue dipotong dan HP gue disita sama Tou-san sebulan?"

Shikamaru mendesah, "Sekarang, bagi yang setuju kita adain latihan Sabtu sore di rumah gue. Dan bagi yang nolak, terserah kalian deh mau dateng apa enggak. Resiko tanggung sendiri."

"Yosh! Gue pasti datang!" seru Naruto berapi-api.

"Cih."

Keesokkan harinya…

"Sasuke~" seorang bocah berkulit tan sedang lari-lari gaje bak artis India nyasar di pintu gerbang sekolah, mengejar seorang cowok berkulit putih susu. Cowok itu menoleh lalu mendesah pelan. 'Kami-sama, cobaan apalagi yang akan kuhadapi hari ini?'

"Sasuke~ Jalannya jangan cepet-cepet, dong."

"Mau apa lo?" tanya Sasuke ketus.

"Jangan galak-galak gitu dong. Kita kan mau jadi pasangan nanti," kata Naruto agak manja.

"Siapa yang ngomong?"

"Kakashi-Sensei," jawab Naruto santai.

"Ya udah, lo main aja sama dia. Gue gak mau," Sasuke masih acuh tak acuh.

"Kenapa?"

"Karena gue gak berniat menjatuhkan harga diri, Dobe."

Naruto mengerucutkan bibirnya, "Jangan manggil gue 'Dobe', Teme! Gue punya nama."

"Hn."

Sekali lagi Naruto menggembungkan pipinya kesal, "Elo mau ke kelas kan?"

"Hn."

"Ngomongnya jangan pelit-pelit dong, Teme! Gue gak ngerti."

"Peduli amat. Satu lagi, berhenti manggil gue dengan sebutan 'Teme'," ia bergegas menjauh dari Naruto yang dianggap sebagai mimpi terburuk dalam hidupnya.

"Teme!" panggil Naruto yang sudah ditinggal jauh oleh Sasuke. Pemuda berambut raven itu segera menolehkan kepalanya dan memberi deathglare terbaiknya.

"Elo jadi ikut drama gak?"

Sasuke hanya mendengus ayam (author: namanya juga anak ayam, ya mendengusnya, mendengus ayam dong *kicked*) lalu segera melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Sore ini jam 4, Teme!" teriak Naruto sekencang-kencangnya. 'Gue gak akan menyerah, Sasuke.'

SKIP TIME

"Wuahh, rumah lo luas ya, Shika," Kiba berdecak kagum saat matanya menyapu ruang tamu rumah Shikamaru. "Ini mah dua kalinya rumah gue."

"Iya," Naruto ikutan nimbrung. "Gue belum pernah ke tempat segede ini."

"Biasa aja," Shikamaru menanggapinya dengan malas. "Sekarang kita harus mikirin drama apa yang bakal kita pentasin nanti?"

"Tau deh, Sadako?" usul Kiba asal.

"Elo aja yang main sendiri," gumam Naruto.

"Jaka Tingkir?" gantian Shikamaru yang memberi usul.

"Elo pikir ini jaman apa?" ujar Kiba tak sabaran.

"Malin Kundang?"

"Jangan sembarangan, Naruto! Mana orang tau yang namanya Malin Kundang!" dahi Kiba mulai berkedut.

"Gimana kalo karyanya Masashi Kishimoto?" Naruto kembali mengusulkan.

Shikamaru dan Kiba menautkan alis mereka masing-masing, "Masashi Kishimoto itu siapa?"

"Dia itu komikus yang jadi terkenal gara-gara komiknya yang mendunia," jawab Naruto ringan.

"Komikus?" Kiba masih kebingungan. "Emang komiknya Masashi Kishimoto apa sih?"

"Itu loh~ Komik terlaris se-dunia punyanya Masashi Kishimoto," Naruto sok serius. "Judulnya Naruto, persis kayak nama gue! Tuh komik kan mendunia banget!"

BLETAK!

Sebuah sandal jepit bekas langsung mencium ubun-ubun Naruto, membuat pemuda blonde itu meringis kesakitan. "Baka! Kalo ngomong jangan sembarangan!" urat-urat kesabaran Kiba sudah hampir putus. Ia sudah tidak menghiraukan teman baiknya yang sekarang lagi pundung di pojokan sambil ngorek-ngorek (?) lantai.

"Gimana kalo Romeo Juliet?" sebuah suara baru terdengar di telinga Shikamaru, Kiba, dan Naruto. Suara yang amat sangat mereka kenal.

"Teme!" Naruto segera bangkit dari keterpundungannya (?), berlari ke arah pemuda bertampang stoic itu, dan bersiap memeluknya. Sasuke yang sudah mengetahui gelagat Naruto dari awal, menggeser posisi berdirinya satu langkah ke kanan tepat sebelum Naruto memeluknya. Alhasil, Naruto mendapat kecupan maut tambahan dari tembok di depannya.

"Ittai…"

"Berhenti manggil gue dengan sebutan itu, Dobe."

"Elo jadi ikut, hah?" tanya Shikamaru yang disambut dengan anggukan pelan dari Sasuke. "Kenapa?"

"Karena gue gak mau nilai sempurna gue harus tercoreng gara-gara keinginan gila Kakashi."

Kiba melipatkan tangannya di dada, "Oke, berarti empat lawan dua. Tadi elo bilang apa? Romeo Juliet? Lumayan juga."

"Yeah, sama sekali gak jelek," suara baru kembali terdengar.

Tiga anak yang sedang berdiri di teras rumah Shikamaru ditambah seorang bocah yang sudah tersungkur di tanah menolehkan kepala ke sumber suara.

"Neji?"

"Hei, kalian nggak nyapa gue?" seorang bocah berambut merah bata muncul dari balik punggung Neji.

"Gaara?"

Mereka berdua berjalan tenang ke teras. "Hai, gomen kalau kita telat."

"Lo berdua jadi ikut?" tanya Kiba cengok. "Bukannya lo-lo pada kekeh gak mau main drama?"

"Awalnya sih gitu," kata Neji. "Tapi begitu nyampe di rumah Hinata maksa gue terus buat ikut drama. Gue nyesel deh sekarang udah ngijinin dia main sama Sakura sama Ino. Sumpah, fujo-nya sekarang udah gak ketulungan lagi."

"Elo?" tanya Naruto pada Gaara.

"Gue dipaksa sama author gak jelas ni buat ikut," jelasnya dengan penuh keterpaksaan. "Mana pake ngancem endingnya gue dirape lagi."

Semangat Naruto kembali berkobar ketika semua temannya sudah setuju ikut drama. "Nah, gitu dong! Kalo gini kan enak! Kalo semuanya mau kerjasama pasti bakal nyenengin, kok!"

"Enak di lo, kagak enak di kita!" bantah Shikamaru, Kiba, Sasuke, Neji, dan Gaara serempak.

"Ah, terserah deh! Yang penting dramanya jadi kan? Kita mau latihan apa sekarang?"

"Romeo Juliet?" Kiba meng-copypaste omongan Sasuke.

"Apa aja yang penting gue bisa cepet-cepet pergi dari sini," tukas Neji.

"Drama-nya kita pisah aja ya?" Gaara angkat bicara. "Temanya cuma satu tapi dimainin tiga kali dengan tiga pasangan berbeda."

"Terserah," Sasuke sudah tidak sabar untuk meninggalkan tempat itu. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya Kakashi memberi kesempatan remidial dengan cara seperti ini.

Dan dimulailah latihan drama yang seperti surga bagi Naruto dan musibah bagi kelima anak lainnya. Latihan pertama ini diwarnai oleh umpatan-umpatan dari Sasuke karena kebodohan pasangan blonde-nya, pertengkaran antara Shikamaru-Kiba yang tidak bisa kerjasama, dan ketegangan antara Neji dan Gaara.

"Hei, Teme?" bisik Naruto saat ia dan Sasuke sedang latihan berdansa. "Muka lo jangan datar kayak gitu dong. Jelek tau!"

"Hn."

"Teme~ jangan pelit-pelit ngomong! Elo bisa ngrusak drama kita. Keep smile." Naruto mulai mengembangkan senyuman lima jarinya.

"Gue gak mau. Dan berhenti memasang senyum menjijikkan itu!"

"Tapi, Teme…."

"Shut up," kesabaran Sasuke mulai habis. 'Kenapa waktu berjalan lama sekali sih?' omelnya dalam hati.

Naruto mengerucutkan bibirnya. Ternyata sulit sekali bekerjasama dengan Uchiha. Sikapnya sungguh dingin dan ketus. Keheningan memenuhi atmosfer antara mereka, sampai akhirnya Naruto kembali mencoba mengajak Sasuke berbicara.

"Hei, Teme?"

"Hn?"

"Gue punya ide buat ending drama kita nanti."

"Endingnya udah jadi dari dulu kali."

"Tapi kita tambahin adegannya gimana?" kata Naruto sok misterius. "Kita bikin yang happy ending, yang spesial gitu. Kan bosen dari dulu sad ending mulu."

"Emang lo mau yang kayak gimana?"

"Gimana kalo kita bikin kayak Sleeping Beauty? Elo harus cium gue biar gue sadar, terus kita nikah deh," jelas Naruto dengan senangnya.

BLETAK!

Satu benjolan kembali menghiasi kepala Naruto tepat di ubun-ubun.

"Ittai… Sakit, Teme!" omel Naruto jengkel sambil mengusap-usap ujung kepalanya.

"Jangan bodoh, Dobe," Sasuke menanggapi datar.

"Ayolah, kita coba aja dulu," bujuk Naruto. "Pelan-pelan aja dulu."

"Enggak," kata Sasuke singkat, padat, tegas dan jelas.

"Huh! Elo ini susah banget diajak kerjasama," sungut pemuda pirang itu. Naruto menutup mulutnya sejak saat itu. Percuma saja membangun percakapan dengan pemuda seperti Sasuke.

Waktu menunjukkan pukul enam sore. Sudah dua jam mereka berlatih dan tidak ada perkembangan sama sekali. Mereka sudah kelelahan baik fisik maupun mental, terkecuali Naruto yang masih semangat 45.

"Hei, Naruto? Elo udah mati rasa, ya? Apa elo terbuat dari mesin, hah?" tanya Kiba sambil ngos-ngosan karena gedeg ngurusin Shikamaru yang bawaannya ngatukkk mulu.

"Jangan gitu dong! Kita kan masih muda, jadi semangat masa muda harus selalu dikobarkan!" kata Naruto dengan mata berapi-api. Kelihatannya teman kita satu ini sudah ketularan syndrome semangat muda-nya Rock-Lee.

"Cih," Sasuke membalikkan tubuhnya sehingga kini memunggungi kelima temannya.

"Hei, Naruto," seru Shikamaru. "Tolong ambilin semua jus yang ada di lemari es. Gue udah haus banget nih."

"Heem, baiklah," Naruto segera melangkahkan kakinya ke dapur dan kembali dengan membawa beberapa jus jeruk, jambu, apel, dan tomat. Ia membagikannya satu-satu pada Kiba, Neji, Gaara, Shikamaru, dan yang terakhir….

"Teme!" Naruto berjalan ke arah Sasuke yang masih memunggunginya. "Ini ada…" perkataannya terpotong saat kakinya tersandung kaki Kiba yang sedang selonjoran di lantai. Naruto mengira tubuhnya akan menubruk punggung Sasuke karena jarak mereka yang sudah begitu dekat. Tapi, perkiraannya meleset jauh. Tepat saat Naruto akan menubruk punggung Sasuke, pemuda raven itu membalikkan badan.

BRUUKKK!

Naruto menutup matanya, begitupun Sasuke. Keduanya hampir berteriak saat mata mereka sedikit demi sedikit terbuka. Jarak antara bibir mereka sudah terhapus sepenuhnya. Baik Sasuke maupun Naruto mengalami blushing yang sama-sama parah. Naruto sempat kehilangan kesadaran sampai Sasuke membentaknya untuk segera menyingkir dari badannya.

"Minggir, Dobe!"

"Y…ya, Teme," jawab Naruto gemetaran. Betapa ia ingin menggali lubang sedalam mungkin dan menceburkan diri ke dalamnya sekarang.

Suara-suara godaan menggaung di seluruh penjuru rumah Shikamaru yang berasal dari Kiba, Gaara, Neji, dan Shikamaru.

"Cie cie," Kiba memprovokasi pertama kali. "First kiss nih ceritanya."

"Ooh, so sweet," Gaara ikut-ikutan. "Coba aja kalo gue bawa kamera tadi, bisa gue jual gambarnya ke Sakura sama Ino."

Tidak ada godaan saja sudah membuat SasuNaru blushing parah, apalagi ditambah godaan-godaan dari saiton terkutuk berwajah anjing dan bertato ai di jidat.

Sementara teman-teman Naruto lagi pada mengompori –eh mengopori sohibnya, Neji plus Shika tetep stay cool. Neji masih asyik meneguk jus apel pemberian Naruto, sementara Shikamaru udah ngorok di lantai.

Namun untuk pemuda emo yang satu ini, sudah muncul persimpangan siku-siku di dahinya. Baru saja marahnya mau hilang setelah sesorean (?) meladeni kebodohan Naruto, lalu sekarang? 'Kami-sama, kenapa Kau memberikan cobaan yang begitu berat padaku?' keluhnya dalam hati.

"Mendingan lo semua pulang sekarang," sela Shikamaru yang tiba-tiba udah ngomong padahal semenit lalu masih dalam alam baka (*jurus pengikat bayangan* author jadi patung seketika). "Orang tua gue bentar lagi pulang, dan gue gak mau kalo mereka tau kita latihan drama aneh kayak gini."

"Gak usah disuruh gue juga bakal pulang sekarang," Gaara bergegas meninggalkan rumah Shikamaru pertama kali, disusul Neji, Kiba, Naruto dan yang terakhir Sasuke.

Sasuke sempat terdiam selama beberapa menit memandangi punggung Naruto yang semakin menjauh. Kelihatannya ia malu karena sudah bertindak ceroboh. Rona merah di pipi yang punya tiga garis halus itu belum mau pergi. Safirnya juga tidak mau memandang onyx Sasuke sejak 'insiden' itu.

"Lumayan juga," gumam Sasuke sambil menyentuh bibirnya dengan telunjuk. Baru saja ia hendak keluar gerbang, onyx-nya mendapati sebuah tas berwarna oranye tergeletak di samping teras rumah Shikamaru. Tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui siapa pemilik tas itu.

"Dasar ceroboh," gumamnya sambil tersenyum tipis.

~TBC~

Gimana minna-san cerita gaje Rissa? Ini cerita nongol aja di kepala waktu Rissa lagi bengong. Jadi, gomen kalo ceritanya gaje sama OOC gimanaaa gitu~

Meskipun ini cerita gajenya setengah sekarat (?), Rissa mohon reviewnya dari readers sekalian yang mau meluangkan waktu untuk mengetik beberapa kata kritik atau saran untuk Rissa.

Review please?