Yo, semuanya! Ini Hana-tachi, kembali dengan fanfiction terbaru berjudul "I'm Sorry." By the way, ini pertama kalinya, lho, aku nulis buat fandom BLEACH Indonesia. Biasanya, aku nulis fandom Hunter x Hunter bahasa Inggris. Dan baru-baru ini buat crossover Beelzebub dan Kuroshitsuji.
Tulisan miring = flashback/ mimpi(?)/ berpikir/ sarkastik
Bold = kata-kata penting
By the way, tanpa basa-basi, langsung baca aja yuk~! xD
GgioSoi
Normal POV
I'm Sorry
Prolog
"Ggio pendek! Chibi! Bantet!" Ejek mereka.
Ggio kecil tersungkur dipojokan, dikelilingi oleh anak-anak yang sering menindasnya. Walaupun sudah sering ditindas, tetap saja rasanya sakit. Apa lagi kalau di dada.
"Hah! Anak sepertimu tidak pantas hidup!" Salah satu dari mereka menendangnya sampai terhempas. "Ukh!" Ggio menahan sakitnya.
Ggio tidak pernah menangis jika ditindas. Dia selalu menahan tangisannya itu.
"Bocah!" Mereka menendang Ggio lagi, tetapi dia tetap diam.
Dia hanya ingin—tidak—berharap ini semua berakhir, cepat atau lambat. Lebih cepat lebih baik. Ggio berharap ada pahlawan—terserah perempuan atau lelaki—menyelamatkannya dan mengeluarkannya dari kehidupan ini, dan mengenalkannya pada kehidupan baru.
Disaat salah satu dari mereka hampir mendaratkan sebuah tonjokkan terakhir, seseorang menghentikannya, Perempuan. Sepertinya tingginya tidak lebih tinggi dari Ggio. Dia memiliki rambut pendek, dan sisanya dikepang dua, yang bisa dibilang rambut aslinya itu lumayan panjang.
"Hei! Siapa—S-Soifon?!" Mereka terkejut.
"Soifon?" Mata Ggio melebar juga karena terkejut.
Soifon menarik nafas. "Apa salah Ggio? Apa dia telah melakukan sesuatu yang buruk kepada kalian? Tidak, 'kan? Kenapa kalian selalu saja menindas Ggio? Dia tidak salah apa-apa! Dia bahkan tidak pernah bersalah apapun kepada kalian!" Seru Soifon, menasihati para penindas.
"T-tapi..."
"Apa kalian ingin kuhajar?" Soifon memasang mata tajam pada mereka.
Para penindas pun menghentakan kakinya kebelakang. "WAAHH!" Para penindas pun berlari ketakutan karena tatapan Soifon yang menyeramkan.
Soifon pun menghela nafas panjang karena lega. Dia menengok ke arah Ggio dan tersenyum padanya. Soifon berjalan mendekati Ggio dan mengulurkan tangannya untuk membantu. "Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Soifon dengan nada yang lembut, membuat Ggio sedikit merona. Ggio pun mengangguk.
Ggio mengambil tangan Soifon dan berkata, "I-iya..."
Soifon tersenyum sebelum menarik tangan Ggio untuk membantunya berdiri. "Mulai sekarang, aku akan melindungimu!" Ujarnya mantap.
Dua Tahun Setelah Kejadian
"Ggio! Jangan ganggu dia!" Teriak Soifon saat melihat bahwa Ggio sedang mengganggu seorang adik kelas bernama Ururu Tsumugiya.
"V-Vega-senpai! T-Tolong balikin boneka itu!" Ujar Ururu sambil melompat-lompat, berusaha mengambil bonekanya itu dari genggaman sang Ggio Vega.
"Kouhai, seharusnya kamu tidak usah membawa boneka ini ke sekolah! Ini hanya akan membuatmu menarik perhatian orang-orang sekitar! Senpai sedang menasihatimu, lho!" Ujar Ggio.
"Hentikan, Ggio!" Soifon memperingatinya sekali lagi dengan nada lantang, tetapi Ggio tetap saja melanjutkan aktivitasnya mengganggu gadis pendek itu, seakan tidak mendengar peringatan Soifon sama sekali.
Soifon pun hilang kesabaran. Soifon berjalan ke arah Ggio dengan menghentakkan kakinya dengan kencang, membuat Ggio tersentak kaget mendengarnya. Ia menengok ke belakang untuk melihat Soifon, tetapi—BRAK! BUM! PLAK! BRAK!
Soifon berhasil menghajar Ggio dengan sukses, membuat Ggio meraung kesakitan di tanah seperti kucing. Soifon merampas boneka milik Ururu yang dipegang Ggio dan mengembalikannya kepada Ururu.
"Ini, bonekamu. Kalau ada masalah, katakan saja padaku."Senyum Soifon sebelum mengembalikan bonekanya pada Ururu.
Ururu mengangguk, "terima kasih, Soifon-senpai!" Ujarnya sebelum melambaikan tangannya dan pergi. Soifon pun membalas lambaian tangannya.
Tiba-tiba, Ggio berteriak, "Untuk apa kamu menghajarku, hah?!" teriaknya.
Soifon kaget mendengarnya. Tidak biasanya Ggio seperti ini. Biasanya dia hanya akan merengek minta maaf dan bersujud kepada Soifon. Tetapi tidak sekarang. Entah kenapa, sikapnya sekarang sedang berbeda—bisa dibilang, berubah drastis.
"Aku hanya iseng! Seharusnya kamu tidak usah sampai menghajarku seperti itu!" Teriak Ggio. Soifon lagi-lagi kehilangan kesabaran.
"Tapi kau mengganggu Ururu!" Balas Soifon.
"Memangnya kenapa kalau aku mengganggunya?!" Balas Ggio lagi.
"Itu tidak bisa dimaafkan! Masa mengganggu seorang Kouhai lugu seperti dia!"
Kini Ggio tidak bisa berkata-kata lagi setelah Soifon melontarkan kata-kata itu dari mulutnya. Dia kehabisan kata-kata. Ggio menunduk, dan mengepalkan tangannya. Dan secara tiba-tiba, dia menunjukan jari telunjuknya pada Soifon.
"Lihat saja! Nanti pasti—dan pastinya—aku akan membalas perbuatanmu ini! Pasti!" Teriak Ggio sebelum pergi meninggalkan Soifon sendirian.
Soifon menatap punggung Ggio sampai ia tidak terlihat dari pandangannya lagi.
"Tapi dulu aku menyelamatkanmu, bukan?" Setetes air mata menetes dari matanya.
Sepulang Sekolah
Pada saat Soifon ingin berjalan pulang, ia dicegat oleh seseorang, yakni Ggio Vega.
Soifon menatapnya dingin. "Mau apa kau?"
"Oi, jangan dingin, dong! Aku hanya ingin meminta... maaf, soal yang tadi." Ujar Ggio sambil menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal.
Soifon menatapnya ragu, lalu tersenyum. "Permintaan maaf diterima." Senyumannya membuat Ggio merona.
"Ba-baiklah, ayo kita pulang!" Ujar Ggio bersemangat, dan Soifon mengangguk.
Mereka pun berjalan pulang. Sebenarnya, rumah mereka bersebelahan, jadi mereka selalu pulang bersama. Mereka berjalan di dalam kesunyian, sampai Ggio memecah kesunyian itu.
"Hei, Soifon..."
"Ya?"
"Tahu tidak? Minggu depan aku akan pindah ke Amerika karena pekerjaan ayahku." Katanya dengan sedikit keraguan.
"Apa? Serius?" Ujar Soifon kaget. "Aku tidak percaya, bahwa Starrk-jiisan bisa bekerja dengan giat juga." Ucap Soifon geli, membuat Ggio sedikit tertawa. "Jadi, termasuk semua kakak-kakakmu? Termasuk Grimmjow-nii dan Ulquiorra-nii juga?" Ggio mengangguk.
Soifon hanya tersenyum. "Baiklah, jika itu keputusanmu."
Ggio kaget mendengarnya. 'Ia... Ia tidak keberatan?' pikirnya. Tapi ia hanya memberikan sebuah senyum palsu.
"Oh, lihat. Kita sudah sampai." Ujar Soifon tiba-tiba.
Ggio menatapnya dingin tanpa sepengetahuan Soifon. Ggio melihat ke arah semak belukar di depan rumahnya. "Soifon..."
"Ya?"
Tiba-tiba Ggio mendorongnya ke arah semak belukar itu, membuat Soifon berteriak. "Kyaaa!"
Setelah Soifon jatuh ke semak belukar, Ggio berkata, "Ha! Rasakan itu!" Ggio tertawa. Tetapi tawaannya berhenti ketika melihat butiran air mata dan tetesan darah Soifon mengalir dari sebuah luka miliknya. Soifon menatapnya dingin dan tajam. Ggio menelan ludah.
"S-Soifon... Maafkan a—" Kata-katanya terpotong oleh Soifon.
"Kamu ini..." Aliran air matanya sedikit demi sedikit menetes. "Kamu ini tidak pernah berterima kasih ya..." Isak Soifon. "Padahal dulu aku telah menolongmu dari para penindas dulu!" Seru Soifon diselingi oleh tangisannya.
Mata Ggio melebar. Dia kaget. Dia sendiri lupa pada kejadian itu. Padahal kejadian itu sangat berarti bagi kehidupannya. Kejadian itu mengubah jalan cerita hidupnya. Padahal ia sangat bersyukur akan kejadian itu. Tetapi, ia sendiri melupakannya.
"Kau lupa, bukan?" Tanya Soifon pelan.
"Eh?"
"Bahwa aku dulu menolongmu?"
Ggio menelan ludah kedua kalinya dan membuang muka. Ia tidak ingin melihat tatapan Soifon yang dingin bercampur sedih itu.
"Sudah kuduga." bisik Soifon. Dia bangkit dari jatuhnya. Tetesan air matanya jatuh ke tanah, begitu pula dengan darahnya yang mengalir.
"Ggio, aku..."
"Y-Ya?"
"Aku me..."
Ggio menelan ludah ketiga kalinya.
"AKU MEMBENCIMU, GGIO VEGA. SANGAT!" Teriaknya. Teriakn Soifon cukup keras hingga kakak-kakak Ggio keluar dari dalam rumah mereka.
"Ada ap—" pertanyaan Grimmjow terpotong saat melihat Soifon terluka dan menangis di depan adiknya dengan muka bersalah. Saat Soifon melihat ke arah Grimmjow dan Ulquiorra, dia berlari pulang ke rumahnya, meninggalkan Ggio yang sudah tidak bisa berkata apa-apa.
Inilah dimana saatnya Ggio dan keluarganya pergi pindah ke Amerika. Mungkin selamanya, mungkin tidak. Dengan berat hati, Soifon ikut keluarganya menemani keluarga Ggio di bandara. Mau tidak mau, Soifon haus mendengar sebuah—atau lebih—permintaan maaf dari Ggio. Ggio pindah—seperti yang kalian ketahui—karena pekerjaan Ayahnya, Starrk.
Masih dengan berat hati, ia turun dari mobilnya dan menggandeng tangan adiknya, Yachiru. Ayah dan Ibunya, Yoruichi dan Kisuke, berjalan di depan mereka. Beberapa detik kemudian, Soifon melihat 5 orang yang ia kenal selama kurang lebih 11 tahun. Starrk, Harribel, Grimmjow, Ulquiorra, dan... Ggio. Ia memalingkan tatapannya dari Ggio agar ia tidak melihat matanya.
"Soifon..."
"Apa?"
"Aku minta maaf..."
"...Sudah berkali-kali 3 kata 12 huruf 2 spasi itu kau katakan." Ujar Soifon. Ggio hanya terdiam. "Aku sudah sering bilang. Aku, tidak akan memaafkanmu."
"Tapi—"
"Diam! Sudah kau! Pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu itu lagi." Ujar Soifon tegas.
"...Baiklah." Ujar Ggio.
"Eh?"
"Baiklah, aku akan pergi. Tapi..." Ggio berhenti, kemudian mengedipkan satu matanya dan tersenyum. "Aku berjanji, akan membuatmu jatuh cinta padaku ketika kita bertemu kembali!" Ucapannya itu sudah cukup untuk membuat Soifon merona seperti tomat.
Soifon terkaget-kaget mendengarnya. Ia mencoba untuk berkata-kata, tetapi tidak ada satu kata pun keluar dari dalam mulut kecilnya itu.
Ggio melambaikan tangannya dan berkata, "sampai jumpa!" Ia pun hilang dari pandangan Soifon.
Dengan suara pelan, Soifon berbisik, "Sampai jumpa."
Tamaaat~~~
WOY, INI NGGAK TAMAT. INI CUMA PROLOG COY, MASA UDAH TAMAT *digaplok reader*
Oke, gimana ceritanya? Chapter selanjutnya sih udah selesai, cuma, mualeess xD Ngantuk sih, nulisnya malem-malem. Oke, ini tuh sebenernya GgioSoiTesla karena saya dapat ide dari fanfic-fanficnya koizumi nanaho. Fanficnya dia keren loh! Beneran deh, saya itu gak pernah boong! /buagh
Btw, kok kayaknya prolognya pendek yah... Ah, watepel.
By the way, review ya? Yang review boleh ngambil kucing ini deh~ *nyodorin kucing warna biru a.k.a Grimmjow*
Jaa, sayonara minna! Mata ashita nee~
